Borong, Vox NTT- Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang terletak di Pota, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), membagikan cerita unik terkait pengolahan sampah-sampah bekas.
Guru mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan MAN Pota Yohanes Soubirius De Santo mengaku, sekolahnya telah menyulap sampah-sampah menjadi barang-barang bermanfaat.
Yohanes berkisah, kegiatan tersebut berangkat dari realitas pengelolaan sampah yang hanya dibakar saja. Kondisi tersebut tentu saja berkontribusi negatif terhadap keberlangsungan lingkungan.
“Berawal dari isu tentang lingkungan, keresahan akan penghasilan sampah masih yang utama, salah satu penghasil sampah yang tertinggi adalah sampah kertas. Di lingkungan masyarakat, tahapan akhir dalam pengolahan sampah kertas, seringkali hanya dibakar saja, begitu juga dengan sampah jenis lainnya, seperti plastik, kaca, logam, dan jenis-jenis sampah lainnya. Namun, tanpa disadari kegiatan pembakaran sampah ini akan melepaskan karbondioksida (CO2) yang justru akan semakin memperparah pemanasan global,” jelas Yohanes, Kamis (25/11/2021).
Kondisi demikian mendorong Yohanes untuk menyulap sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
“Pada kesempatan di mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, berusaha untuk merespon permasalahan sampah dengan mengolah sampah kertas menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat daripada hanya menjadi bahan bakaran saja,” jelasnya.
Yohanes mengatakan, selain untuk penyelamatan lingkungan, pengelolaan sampah tersebut juga berguna untuk mengasah kepekaan siswa akan lingkungan sekitarnya, serta sebagai pemantik inisiatif siswa agar bisa mengolah sampah-sampah jenis lainnya.
Proses Pengolahan
Proses pengolahan sampah menurut Yohanes, dimulai dari mengumpulkan bahan utama berupa kertas dari tempat-tempat pembuangan sampah di sekitar sekolah. Kemudian kertas tersebut dilebur dengan air, hingga menjadi bubur kertas.
“Setelah itu siswa membuat desain untuk proses pengolahan kertas selanjutnya, di mana desain yang dibuat tercipta dari bentuk-bentuk flora yang ada di sekitar sekolah, namun di sini untuk melatih kreativitas siswa, guru menerapkan teknik stilasi (memperkaya objek) dalam desain yang mereka buat,” jelasnya.
Pada tahapan berikutnya, setelah pemilihan dan pengeringan bubur kertas, maka bubur kertas yang sudah kering dibentuk dan dirangkai sesuai dengan ragam bentuk dari desain yang mereka buat sebelumnya.
Lalu, pada tahapan akhir yakni memberi sentuhan warna, guna untuk memperkaya kesan estetik dari produk kerajinan yang dibuat.
“Setelah berbagai proses tersebut, diharapkan dari produk yang mereka hasilkan ini, selain untuk memberikan solusi bagi permasalahan lingkungan sekitar, juga bisa menjadi peluang usaha, khususnya usaha dalam sektor kerajinan, baik kerajinan yang bertujuan sebagai fungsi pakai ataupun fungsi hias yang memliki nilai jual, sehingga dapat turut serta menunjang perekonomian keluarga, maupun perekonomian masyarakat,” tutupnya.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba