Internasional, Vox NTT-Ketegangan sejumlah negara terjadi di awal 2022 ini. Terbaru adalah konflik antara Rusia dan Ukraina, yang melibatkan Amerika Serikat dan NATO.
Rusia diyakini akan menyerang Ukraina. Intelijen Barat mengklaim sekira 100.000 pasukan sudah berada di perbatasan.
AS dan NATO juga telah mengirimkan pasukan, kapal perang, dan jet tempur ke wilayah Laut Hitam, karena permintaan Ukraina. Kendati bekas Uni Soviet, Ukraina sekarang merapat ke NATO.
Jelas, konflik antara Rusia dan Ukraina yang melibatkan AS dan NATO tersebut memicu Perang Dunia ke-3 (World War III). Begitu yang dijelaskan seorang pejabat senior Ukraina kepada Sky News.
Baru-baru ini, Presiden AS Joe Biden menegaskan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin soal Ukraina. Dia mengumumkan akan mengerahkan pasukan ke Eropa Timur.
Biden mengatakan dia akan mengirim pasukan ke sana, meski “tak terlalu banyak”.
“Untuk meningkatkan kehadiran NATO di Eropa timur karena ketegangan tetap meningkat,” tegasnya dikutip CNBC Indonesia dari AFP, Minggu (30/1/2022).
AS sendiri sudah memiliki puluhan ribu tentara yang ditempatkan di sebagian besar Eropa Barat. Sebelumnya kapal perang dan jet tempur negara-negara NATO telah berlayar untuk latihan militer di dekat Ukraina.
Pernyataan Biden ini adalah yang terbaru pasca-desakan Pentagon untuk diplomasi di hari yang sama. Pentagon menilai masih ada waktu untuk diplomasi guna menghindari perang.
Ketua Kepala Staf Gabungan, Mark Milley menyebut perang adalah hal mengerikan. Jika terjadi akan jatuh korban dalam jumlah yang besar.
“Jika dilepaskan di Ukraina, itu akan signifikan dan mengakibatkan sejumlah besar korban,” ungkap Milley, dikutip dari laman yang sama.
“Dan bisa Anda bayangkan seperti apa itu di daerah perkotaan yang padat, sepanjang jalan dan sebagainya. Ini akan mengerikan, akan buruk,” Sambung dia
Milley menekankan perang itu bisa membuat penduduk sipil menderita. Rusia pun juga akan menderita dengan hal tersebut.
“Jika Rusia memilih menyerang Ukraina, itu tidak bebas biaya, dalam hal korban atau efek lain,” jelasnya.
Sejalan dengan ucapan Milley, Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan konflik Ukraina masih bisa dihindari. Meskipun Putin telah mengumpulkan lebih dari 100 ribu tentara di perbatasan dua negara.
Dia mendorong Putin melakukan hal benar dan memilih mengurangi ketegangan dua negara. Menurutnya Putin bisa membubarkan pasukan yang sudah disiapkan itu.
“Tuan Putin juga bisa melakukan hal yang benar. Tidak ada alasan situasi ini berubah jadi konflik. Dia bisa memilih mengurangi ketegangan, memerintahkan pasukannya pergi,” kata Austin.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak para pemimpin Barat untuk menghindari ‘kepanikan’ atas penumpukan pasukan besar-besaran Rusia di perbatasan negaranya. Kemarin, dalam pembicaraannya dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Putin menyetujui perlunya de-eskalasi meski tetap menyalahkan Barat yang tak memahami Rusia.
Bagaimana Indonesia?
Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati pun memberikan perhatian khusus terhadap kondisi geopolitik yang memanas antara Rusia dan Ukraina. Dikhawatirkan memicu perang dunia 3 karena menyeret Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
“Waspada baru geopolitik, karena yang terjadi seperti Rusia dan Eropa dan NATO dan Amerika Serikat (AS) di Ukraina,” ungkap Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Kamis (27/1/2022).
Persoalan Rusia dan Ukraina kompleks. Bukan hanya melibatkan klaim wilayah, dalam hal ini Krimea yang dicaplok Rusia tahun 2014, tapi juga hegemoni Rusia dan Barat.
Ketegangan ini memicu ketidakstabilan di pasar global. Sementara indeks saham utama Rusia jatuh dan bank sentral menghentikan pembelian mata uang asing setelah Rubel merosot.
Bila kondisi ini tidak terkendali, maka bisa mempengaruhi harga komoditas, khususnya energi. Indonesia sebagai pengimpor bahan bakar minyak (BBM) akan terkena imbas cukup berat dari sisi APBN maupun inflasi.
“Itu pengaruhi dampak ke komoditas energi baik gas dan minyak,” ujarnya.
Geopolitik lain yang menjadi perhatian adalah tensi tinggi antara China dan Amerika Serikat (AS). Baru saja pemerintah Amerika Serikat (AS) berencana untuk mengizinkan diplomatnya yang berada di China untuk meninggalkan negara itu.
“Jadi ini yang kita kelola di 2022,” tegas Sri Mulyani.
Sumber: CBNC Indonesia