Oleh: Bernadeta Y. Desy
(Mahasiswa Tingkat 1 Prodi PGSD Unika Ruteng)
Perang menghadirkan banyak pilu dan kematian, rentetan tangis bercucuran membasahi pipi.
Dampak perang sangatlah besar, bukan hanya bagi negara yang sedang berperang, negara di seluruh dunia pun terkena dampaknya meskipun tidak sebesar pelaku perang.
Bukti dampak perang bagi dunia sangatlah nyata, misalnya dampak perang dunia kedua yang berlangsung dari 1939 sampai 1945.
Perang antara sekutu dan poros ini, melibatkan banyak negara dengan korban jiwa yang sangat banyak.
Total korban perang ini mencapai 73 juta korban jiwa dengan 61 juta dari pihak sekutu dan 12 juta dari pihak poros.
Melihat banyaknya korban jiwa akibat perang, negara-negara di dunia harus berpikir matang-matang jika ingin menyatakan perang dengan negara lain.
Meski begitu, masih banyak negara yang masih nekat berperang. Sebut saja Perang dingin Amerika dan Uni Soviet (1947-1991), Perang Korea (1950-1953), Perang Tiongkok-India (1962), Konflik Israel-Palestina (1948-sekarang), dan yang terbaru Perang Rusia-Ukraina.
Semua perang ini mengakibatkan banyak korban, tetapi mereka seakan tidak peduli.
Rusia dan Ukraina baru-baru ini kembali berseteru. Kenapa “kembali”, karena sejatinya, mereka telah berkonflik sejak lama, namun baru tampak saat Rusia melakukan agresi militer ke Ukraina.
Mengapa sampai Rusia melakukan agresi? Padahal mereka serumpun dan pernah berjuang untuk bendera yang sama yaitu Uni Soviet.
Hal ini tidak lain tidak bukan, akibat pengaruh Amerika. Negara adidaya yang berbalut dalam nama NATO ini, membuat Ukraina tergiur untuk bergabung.
Sejatinya api tidak akan berkobar jika tidak ada yang menuangkan minyak di atasnya, begitu kira-kira keadaan Ukraina saat ini.
Menurut penulis, tidak mungkin tak ada intervensi Amerika sebelum perang ini terjadi.
Amerika bermain dalam gelap hingga perang berkecamuk. Penulis beranggapan, ada tawaran dari Amerika melalui NATO untuk mengajak Ukraina menjadi bagian mereka.
Tawaran ini dianggap sebagai sebuah keuntungan besar bagi Ukraina, karena dengan bergabung dengan NATO maka dengan otomatis mereka dilindungi oleh negara-negara NATO termasuk Amerika.
Amerika juga sangat dduntungkan jika Ukraina bergabung dengan NATO dan menjadi sekutu, karena mereka dapat mendirikan pangkalan militer di Ukraina dan menjadikannya sebagai markas spionase untuk melihat Rusia dari dekat.
Ini yang memicu kemarahan dari Rusia sehingga agresipun dimulai. Namun setelah agresi Rusia, Ukraina sama sekali tidak mendapat bantuan dari NATO, ini karena Ukraina belum resmi menjadi bagian dari NATO.
Namun Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, tetap bersikeras untuk bergabung dengan NATO. Bahkan dalam beberapa pidatonya ia mengecam NATO dengan mengatakan bahwa mereka takut dengan Rusia.
Melalui pidato itu, Zelensky berharap NATO dapat diprovokasi dan membantu mereka dalam perang.
Penulis beranggapan, tindakan Presiden Zelensky adalah tindakan yang gegabah. Ia tak dapat memperkirakan apa akibat dari pernyataan yang ia buat.
NATO tidak mungkin membantu mereka secara langsung jika Ukraina belum resmi bergabung dengan NATO.
Karena ini akan berakibat buruk bagi negara-negara yang tergabung didalaminya, mereka akan mendapatkan sanksi dari PBB.
Tindakan yang dilakukan beberapa negara NATO pun tak kalah buruknya. Meski tak membantu langsung Ukraina, mereka melakukan pembekuan ekonomi terhadap aset Rusia di negara mereka.
Contohnya, Inggris yang membekukan lima bank asal Rusia dan menghukum tiga pebisnis kaya yang memiliki relasi dekan dengan Presiden Putin.
Salah satunya Bos Chelsea, Roman Abramovich. Amerika menjatuhkan sanksi pada sejumlah institusi Rusia yang memiliki nilai aset 80 triliun dolar, dll.
Dengan begitu banyak sanksi yang dijatuhkan terhadap mereka. Rusia tidak mungkin tinggal diam. Mereka akan melakukan sesuatu untuk membuat negara-negara NATO dan negara lainnya.
Yang paling mungkin adalah membekukan ekspor gas alam ke Eropa, suatu sanksi yang akan membuat Eropa mengalami musim dingin yang menyeramkan.
Penulis beranggapan sanksi yang diberikan kepada Rusia justru akan menjadi pemantik baru yang menyalakan perang yang besar.
Pada tulisan ini, penulis mencoba membaca akhir dari Perang Rusia-Ukraina. Jika Ukraina masih bersikeras bergabung dengan NATO, maka perang akan terus berlanjut sampai Ukraina melupakan NATO dan menjadi negara netral.
Ukraina merupakan bagian penting bagi Rusia, sehingga mereka mencekam tindakan Ukraina yang ingin bergabung dengan NATO.
Jika Ukraina bersikeras dan bergabung dengan NATO, maka khayalan tentang Perang Dunia Ketiga akan menjadi kenyataan.
Amerika bersama negara-negara NATO akan mengumpulkan kekuatan untuk menyerang dan Rusia dengan kroco-kroco komunisnya akan balas menyerang.
Jika benar terjadi, Perang Dunia Ketiga akan menyebabkan kerusakan besar, karena teknologi perang yang canggih membuat kerusakan yang begitu masif di area perang, kestabilan dunia akan terganggu, sektor ekonomi akan menjadi salah satu yang paling terdampak.
Negara-negara di Eropa tidak akan tenang hidupnya, karena selalu dihantui oleh misil-misil yang beterbangan di atas langit mereka dan akan ada negara adidaya baru di dunia, mungkinkah China?
Tetapi penulis berekspektasi, Perang Dunia Ketiga tidak akan terjadi, karena tidak ada negara yang mau rugi dan mempertaruhkan kestabilan dunia.
Penulis beranggapan Ukraina akan menyerah kepada Rusia dan memutuskan menjadi negara netral dan menyerahkan daerah-daerah perbatasan yang menjadi konflik kepada Rusia.