Ruteng, Vox NTT- Beberapa tokoh adat dan para kepala desa dari tujuh desa di wilayah bagian timur Kecamatan Wae Ri’i mendatangi Kantor Bupati Manggarai untuk mengantarkan proposal permohonan debit air untuk tujuh wilayah persawahan di daerah tersebut, Senin (20/06/2022).
Kedatangan sejumlah tokoh adat bersama para kades itu diterima secara langsung oleh Bupati Manggarai Herybertus G.L. Nabit. Adapun tujuh desa yang bagian timur yang dimaksudkan antara lain yakni Desa Wae Ri’i, Desa Persiapan Bangka Wade, Desa Longko, Desa Bangka Jong, Desa Golo Mendo, Desa Golo Cador dan Desa Persiapan Ling.
Di hadapan Bupati Manggarai, utusan tokoh adat dan para kepala desa itu menyerahkan proposal dengan ritus adat Manggarai yakni Tuak Kepok. Adapun juru bicara atau Tongka pada kegiatan tersebut adalah Robertus Jelahu.
Robertus menyampaikan bahwa tokoh masyarakat dan para kepala desa yang hadir adalah perwakilan dari seluruh masyarakat wilayah Wae Ri’i bagian tumur. Menurut Robertus, mereka mendatangi kantor bupati guna menyerahkan proposal.
“Wilayah Kecamatan Wae Ri’i bagian timur sebetulnya mempunyai lahan pertanian yang cukup dijadikan daerah persawahan, namun akibat kesulitan akses air menyebabkan sebagiannya (lahan tidur) ditelantarkan,” ungkap Robertus, tokoh masyarakat asal Kampung Nggori itu.
Terpisah, Heribertus Erik San, inisiator kegiatan kunjungan ke Bupati Manggarai itu menerangkan tentang kondisi beberapa desa di wilayah bagian timur Kecamatan Wae Ri’i. Warga hanya mengandalkan air dari Bendungan Wae Ri’i untuk mengairi persawahan.
Heribertus mengatakan, air yang mengalir dari bendungan itu tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat karena debitnya sangat sedikit. Padahal, potensi lahan tidur sangat memungkinkan untuk diolah menjadi lahan produktif.
“Dengan kondisi banyaknya ‘lahan tidur’, berdampak pada sumber pendapatan masyarakat dari pengolahan lahan pertanian yang rendah, padahal tuntutan kebutuhan hidup sehari-hari tinggi,” ungkap Alumni Pascasarjana Universitas Nasional Jakarta ini.
Ia mengungkapkan total potensi lahan persawahan di daerah adalah 561,5 hektare.
“Hasil kajian kami, luas areal pertanian yang ditanami padi dua kali dalam setahun 218 hektare. Yang ditanami padi satu kali dalam setahun 238 hektare dan yang tidak ditanami padi 105,5 hektare,” terang Heribertus.
Dari areal persawahan, lanjut Heribertus, yang ditanami padi dua kali dan satu kali dalam setahun, total produksi sebanyak 3.370 ton/ tahun dengan asumsi produksi rata-rata 5 ton/hektare.
“Akibat kondisi kekurangan debit air, total kehilangan potensi produksi padi dalam setahun adalah 2245 ton per tahun. Dengan asumsi harga gabah kering Rp4.500,00, maka nilai kehilangan potensi pendapatan petani dalam setahun adalah Rp10.102.500.000,00 (sepuluh miliar seratus dua juta lima ratus ribu rupiah),” jelas Ketua Umum LSM-Lembaga Pusat Pengkajian kebijakan Pembangunan Daerah (LPPKPD)-Manggarai itu.
Kondisi tersebut menurut dia, merupakan sebuah ironi mengingat pada bagian barat dari wilayah persawahan masyarakat Wae Ri’i terdapat beberapa sungai yang cukup besar debit airnya seperti: Wae Decer, Wae Belang dan Wae Kokak. Namun sampai saat ini belum dioptimalkan potensinya. Akibatnya, sebagian besar aliran sungai tersebut akhirnya terbuang percuma sampai ke Laut Flores, Bagian Utara Pulau Flores.
“Atas dasar persoalan tersebut, maka proposal ini dibuat yang pada intinya mengajukan penambahan debit air Irigasi Wae Ri’i dengan cara pembangunan bendung di titik pertemuan Wae Decer dan Wae Belang, lalu dipasang pipa besar 500 mm SDR 17 (PN 10) menuju selokan irigasi Wae Ri’i. Sehingga debit air semakin besar dan bisa dimanfaatkan untuk areal persawahan dan ‘lahan tidur’,” terang pria kelahiran Kampung Nggori, Desa Bangka Jong, Kecamatan Wae Ri’i ini.
Menanggapi itu, Bupati Manggarai Heribertus G.L. Nabit mengapresiasi langkah yang ditempuh masyarakat Wae Ri’i bagian timur karena sudah menginisiasi pembuatan proposal untuk penambahan debit air.
Di hadapan tokoh adat dan Kades yang datang, Bupati Nabit mengemukakan komitmen untuk melaksanakan aspirasi masyarakat Wae Ri’i bagian timur, mengingat bahwa perjuangan tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak.
“Secepatnya saya akan instruksikan Organisasi Perangkat Daerah terkait untuk cepat tanggap dan segera membentuk tim khusus (Timsus) percepatan penambahan debit air Irigasi Wae Ri’i. Timsus akan berkoordinasi dengan aparat desa setempat dan tokoh masyarakat,” jelas Bupati Nabit.
“Setelah Timsus membuat kajian dan proposal jadi, Pemda Manggarai akan menyiapkan skema anggaran pembangunan infrastruktur penambahan debit air ini, baik bersumber dari Dana DAK (Dana Alokasi Khusus) Pusat atau pun nantinya dari Dana DAU (Dana Alokasi Umum) Daerah,” tutup Bupati Nabit.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba