(Telaah perspektif substansi tunggal Baruch Spinoza)
Oleh: Putra Atmajaya
Sejak dahulu hingga saat ini banyak perdebatan soal masalah kosmos , saat awal dan saat akhir kosmos. Apakah alam semesta memiliki awal mula? Jika berawal apakah bersifat material atau spiritual? Apakah kosmos memiliki saat akhir?
Jika iya, apakah itu merupakan suatu situasi kehancuran total seluruh alam semesta. Pertanyaan- pertanyaan demikian telah banyak dipersoalkan oleh para filsuf dengan banyak yang meyakini bahwa alam semesta memiliki saat awal dan saat akhir dan tak sedikit yang mengakui bahwa kosmos tidak memiliki saat awal dan saat akhir.
Para filsuf menggunakan terminologi dan sudut pandang yang berbeda sesuai dengan latar belakang serta kepentingannya masing-masing. Melalui perbedaan latar belakang ini mereka memberikan argumen soal alam semesta dengna pemikiran filsafat secara berlainan. Mereka memberikan penekanan yang berbeda dan menggunakan metode yang bersesuaian dengan aliran filsafatnya.
Spinoza sebagai filsuf abad-17 menggunakan penjelasan mengenai substansi tunggal dalam menjelaskan soal saat awal dan akhir kosmos. Permasalahan substansipun merupakan suatu pertanyaan terbesar dalam filsafat sejak zaman Yunani kuno.
Bruch Spinoza lahir pada 1632 dari keluarga Yahudi yang bermukim di Amsterdam, Belanda. Ia lahir dari keluarga saudagar kaya keturunan Spayol. Di sekolah Yahudi ia belajar teologi dan perdagangan. Sejak usia 13 tahun ia bekerja di firma ayahnya sembari melanjutkan sekolah.
Ketika ayahnya meninggal pada 1654, ia mengelola firma ini bersama saudara laki-lakinya hingga 1656.
Pada tahun 1673 ia ditawari menjadi professor di Universitas Heidelberg di Jerman, tetapi tawaran ini ditolaknya. Karyanya yang utama adalah Ethica ordine geometrico de monstrata (etika yang dibuktikan dengan cara ilmu ukur).
Spinoza meninggal pada tahun 1677. Semula tulisan-tulisanya tidak diperhatikan. Lawan-lawanya menuduh dia atheis. Namun sejak pertengahan abad ke-18 pemikirannya semakin berpengaruh terutama di Jerman. Lessing, Herder, dan Goethe memperoleh banyak inspirasi dari pemikiran Spinoza.
Inti ajaran Spinoza adalah bahwa hanya ada satu substansi. Artinya segala kemajemukan yang kita alami hanyalah cara-cara substansi yang satu itu berada. Maka dari itu Spinoza dikatakan sebagai penganut monisme.
Apa yang ada hanyalah satu realitas dan realitas itu adalah Allah. Maka itu Spinoza juga menganut pantheisme. Apapun yang ada hanyalah cara berada Allah, maka alam pada hakikatnya hanyalah satu realitas dan realitas itu adalah Allah.
Menurut filsafat Yunani kuno dan scholastic, apa yang ada bersifat substansi. Substansi adalah apa yang berdiri sendiri yang bukan sekedar atribut dari sesuatu yang lain. Substansi menurut Spinoza adalah apa yang dapat dipahami tanpa perlu memahami sesuatu yang lain. Hanya ada satu yang kemudian memnuhi defenisi ini, yang dapat dipikirkan tanpa perlu memikirkan apapun lagi, yaitu Allah. Dengan demikian manusia harus bertolak dari Allah. Karna itu menurut Spinoza hanya ada satu substansi yaitu Allah.
Pernyataan mengenai substansi Allah mempunyai implikasinyang ditarik secara eksplisit oleh Spinoza bahwa segala yang ada itu Allah. Tepatnya segala pluralitas yakni segala ciptaan, manusia, binatang, tumbuhan, alam, juga pikiran dan perasaan, semuanya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan bagian dari bentuk keberadaan Allah.
Implikasi dari substansi Allah jelas disini yakni alam dan segala isinya identic dengan Allah. Yang membedakan hanyalah cara pandang. Inilah yang terungkap dalam rumusan Spinoza: Deus sive substantia sive nature, Allah atau substansi atau alam. Ketiga istilah demikian memiliki arti yang sama, jika dilihat dari segi alam, alam adalah natura natura naturata, alam yang dilahirkan, sedangkan dilihat dari sudut Allah alam adalah natura naturans, alam yang melahirkan.
Menurut Spinoza, tuhan bukan satu-satunya substansi. Alam yang dimaksud disini bukan alam yang terbatas. Keunikan dari pemikirannya, yakni konsep pemikiran tentang Deus siva natur (Tuhan atau alam) Spinosa memberi posisi bahwa Tuhan dan alam itu sama. Sifat Tuhan yang berada dalam semuanyamenjadikan semuanya adalah bagian dari Tuhan secara universal.
Alam semesta juga dikatakan sebagai Tuhan. Spinoza menganggap Tuhan dan alam adalah satu. Hal ini yang kemudian disebut pantheisme. Spinoza banyak dianggap sebagain seorang panteis dan monis.
Dari sini dapat terlihat bahwa Spinoza mencoba menjelaskan Tuhan bukanlah pencipta, Ia adalah alam itu sendiri. Antara Tuhan dan alam itu identik. Penegasan Spinoza bahwa Allah adalah alam semesta itu sendiri, dan alam dengan segala isinya merupakan Allah dalam cara-caranya. Dengan ini juga berarti Allah tidak bersifat pribadi, bahwa Allah memiliki relasi dengan manusia yang dapat menyapa dan mendengarkan.
Tuhan yang dimaksudkan oleh Spinoza adalah alam semesta ini. Tuhan Spinoza ini tidak berkemauan, tidak melakukan sesuatu tidak juga memmedulikan manusia. Spinoza mengatakan itulah yang dapat diketahui tentang Tuhan.
Akibatnya, tindakan manusia dan Tuhan tidak bebas. Didalam alam semesta ini, pasti sebagaimana mestinya, semuanya sudah ditentukan.
Spinoza antara lain menyebutkan sifat-sifat Tuhan sebagai berikut. Pertama, Tuhan bersifat tidak terbatas. Karna absolut maka ia tidak dapat terbagi dan abadi. Kedua aktivitas Tuhan tergantung pada hukum-hukum yang dimilikinya.
Ketiga, Tuhan adalah sumber sebab segala sesuatu. Keempat, essensi dan eksistensi Tuhan sama. Kelima, kekuatan Tuhan sama dengan essensinya. Keenam, essensi Tuhan sama identik dengan keabadianya. Ketujuh, tuhan memahami dirinya sendiri.
Dengan demikian karena Tuhan identik dengan alam, maka dari itu alam pada hakikatnya esensi alam kekal adanya. Tidak akan lenyap dan takan muncul yang baru, tidak memiliki saat awal dan saat akhir.