Mbay, Vox NTT- Bakal Calon Anggota DPR RI Stefanus Gandi mendorong anak muda untuk serius menggarap sektor pertanian.
Menurut dia, minat generasi muda menurun dalam pertanian disebabkan beberapa faktor. Ada yang menyebut sektor pertanian identik dengan dunia kotor, kumuh, miskin, dan komunitas yang terpinggirkan. Ada pula yang menganggap sektor pertanian tidak menjanjikan.
Padahal pertanian berpengaruh besar dalam menunjang ketahanan pangan, stabilitas nasional, serta sektor yang menjanjikan.
“Generasi muda diharapkan lebih berminat untuk menjadi petani,” kata Stefanus saat berdiskusi dengan sejumlah mahasiswa KKN Undana Kupang dan siswa praktik SMKN 1 Borong Manggarai Timur di lahan pertanian Bridge Academy Nagekeo yang berlokasi di Desa Totomala, Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo, Senin (22/08/2022).
Ia mengatakan, para mahasiswa yang mengambil jurusan pertanian adalah pilihan tepat. Sebab bonus demografi saat ini hampir 60 persen dan hampir 70 persen masyarakat berprofesi sebagai petani.
“Ketika ada anak-anak muda berani mengambil jurusan pertanian seperti ini, maka tentu ini menjadi kekuatan,” kata Direktur Stefanus Gandi Institut itu.
Karena itu, Stefanus mengharapkan agar para mahasiswa pertanian setelah tamat harus mampu memberdayakan petani dengan ilmu yang telah dipelajari di kampus.
Sebab, lanjut dia, kondisi pertanian hari ini tentu saja membutuhkan sebuah konsep yang menyeluruh. Saat ini sistem pertanian mengalami perubahan sebagai dampak kemajuan teknologi dan meningkatnya pengetahuan manusia. Sistem pertanian berkembang dari primitif, tradisional, hingga ke modern.
“Saat ini adik-adik sekalian tentu membutuhkan strategi untuk memodernisasi sektor pertanian dari pertanian tradisional menuju pertanian berbasis teknologi maju/modern. Untuk mendapatkan konsep ini tentu harus belajar dengan orang yang belajar khusus,” jelas Stefanus.
Senada dengan Stefanus, pendiri laboratorium pertanian Bridge Academy Nagekeo Kasianus Sebo mengatakan, petani adalah sebuah profesi bebas dan jarang mendapatkan pertentangan di masyarakat.
Petani juga bisa merangkap profesi dan tidak dilarang dalam aturan lembaga manapun. Sebut saja misalnya, seorang PNS tentu bisa merangkap sebagai petani. Seorang politisi juga bisa merangkap sebagai petani.
Berbanding terbalik, misalnya, PNS merangkap sebagai politisi. Sebab, dua profesi ini tidak bisa dijalankan bersamaan karena terikat dengan aturan atau dilarang Undang-undang.
“Menjadi petani tidak dipertentangkan oleh seluruh lembaga. Mau advokat, PNS dan jadi petani juga tidak ada yang permasalahkan,” ujar Kasianus saat berdiskusi dengan Stefanus Gandi dan para mahasiswa KKN.
Ia menambahkan, Bridge Academy Nagekeo merupakan lembaga pelatihan yang menyasar kaum milenial dan didirikan pada Mei tahun 2020 lalu.
Lembaga ini berusaha menjembatani kaum muda milenial dengan kebutuhan pasar hortikultura di Kabupaten Nagekeo dan Flores umumnya.
Dengan menggunakan pola alih pengetahuan dan keterampilan yang memadukan sekolah lapangan terpusat dan pengolahan lahan sendiri, Bridge Academy Nagekeo menciptakan multiplier effect atau dampak berganda bagi kelompok binaannya, sekaligus memberikan inspirasi kepada masyarakat sekitarnya.
“Setelah magang dari sini, pemerintah membantu anak-anak misalnya berupa pemberian traktor. Hingga kini sudah melatih 50-an anak muda, remaja putus sekolah. Lembaga ini untuk melatih kaum milenial. Saya ingin mengembalikan anak-anak muda untuk bertani. Sakarang anak-anak muda jarang punya niat untuk bertani. Mereka kuliah hanya ingin jadi PNS,” kata Kasianus. [*]