Kupang, Vox NTT – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Angelius Wake Kako memberi kuliah umum di Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang, Rabu (12/10/2022).
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu Pemerintahan (IPM) Fisip Uniwira Kupang.
Kuliah umum yang mengusung tema “Generasi Milenial Sebagai Pijakan Dalam Menguatkan Ideologi Pancasila” itu berlangsung di Aula St. Imaculata Unwira Kupang.
Angelius Wake Kako mengatakan milenial itu mempunyai tantangan tersendiri di kelompoknya. Sementara Pancasila juga mempunyai tantangan.
Ia mengatakan kuliah umum itu bagaimana mendorong peran milenial ini dalam kerangka menjaga dan mengamal Pancasila.
“Yang bisa kita menifestasikan dalam bentuk menungganggi globalisasi yang terjadi hari ini dengan mengkonsolidasi kekuatan milenial untuk mengkampanyekan Pancasila keluar. Biar Pancasila itu tidak hanya menjadi ideologi bangsa Indonesia, tetapi menjadi ideologi dunia. Targetnya ke sana,” kata Wake Kako.
Wake Kako menjelaskan dengan menungganggi globalisasi tekonologi yang sudah masif, ia mendorong milenial untuk menjadi pioner-pioner untuk mengkampanyekan Panacila ke dunia.
“Sebagai ideologi alternatif di tengah carut-marut kehidupan global saat ini,” ujarnya.
Kemudian, jelas Angelo, dalam lokal saat ini, kiranya para milenial-milenial ini bisa menjadi katalisator untuk produk-produk yang di NTT. Hasil-hasil karya lokal bisa dibawa, didiskusikan, ataupun bisa tembus keluar dengan situasi global yang terjadi saat ini.
“Dengan situasi global hari ini yang terjadi melalui gerakan-gerakan yang diinisiatif oleh milenial. Misalnya dengan gerakan tagar bersama apa soal NTT, soal Pariwisata kah, dan lain sebaginya. Itu ada beberapa hal yang saya coba dorong bersama mahasiswa Unwira ini,” pungkasnya.
Menurutnya, ada kelompok-kelompok tertentu yang mencoba mengganggu keberadaan Pancasila. Di mana ada paham-paham transional yang datang. Bisa paham yang baik dan bisa paham yang buruk.
“Yang buruk ini memang hari ini ada, nyata. Misalnya ekstresmisme agama. Kalau kita tidak kuat dalam memfilter ini, ya ini menjadi pekerjaan yang sungguh luar biasa. Tangangan banyak, bukti apa? Terjadi penolakan pembangunan rumah ibadah di Indonesia. Itu manifestasi apa? Adanya kelompok yang memang sedang tidak menginginkan Pancasila itu tumbuh subur di Indonesia. Itu perlu diwaspadai,” tegasnya.
Di NTT, tambah dia, perlu menjaga karena tidak menutup kemungkinan ditengah situasi terbuka saat ini, NTT bisa disusup-susupi oleh paham-paham radikalisme.
“Di NTT ini sedang dalam pemantuan juga oleh banyak pihak. Saya pikir perlu ditelusuri dan tetap menjaga keharmonisan yang menjadi kekuatan dasar kita di sini,” harapnya.
Sementara itu, Dekan Fisip Unwira Kupang, Marianus Kleden
mengatakan kuliah umum tersebut diprakarsai oleh jurusan Ilmu Pemerintahan Unwira Kupang.
Ia mengatakan kehadiran senator DPR RI, Angelius Wake Kako sesuatu yang positif karena akan membuka wawasan para mahasiswa untuk menghayati Pancasila dalam konteks nasional.
“Jadi, dia tidak hanya mengerti soal kabupaten, tetapi bagaimana menghayati Pancasila dalam konteks nasional,” kata Marianus.
Ia mengatakan kuliah umum digelar 1 hingga 2 kali dalam setahun. Mereka sering mengundang tokoh-tokoh nasional sebagai narasumber.
“Kita mengundang tokoh-tokoh penting dari Jakarta untuk memberikan kuliah umum. Dalam kontek politik kita pernah undang Pak Benny K. Harman, Pak Ansi Lema, dan sekarang Pak Angelo,” ujarnya.
Marianus juga menyampaikan terima kasih kepada anggota DPD RI, Angelius Wake Kako atas ketersidiaan untuk memberi kuliah kepada para mahasiswanya.
“Kami bangga dan terima kasih kepada Pak Angelo karena sudah memberi mata kuliah kepada mahasiswa di sini,” ucapnya.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba