Kupang, Vox NTT- Universitas Nusa Cendana Kupang melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) mengirimkan 20-an mahasiswa untuk melakukan Kuliah Kerja Nyata Tematik Terintegrasi (KKN-TT) ke Desa Bea Kakor, Kabupaten Manggarai.
Kegiatan dilakukan pada tanggal 12-13 Juni tahun 2023. KKN-TT merupakan upaya Undana melibatkan banyak unsur dalam kerangka pengabdian kepada masyarakat.
Selain masyarakat sendiri sebagai subjek, KKN-TT melibatkan Perguruan Tinggi, dunia usaha, pemerintah, dan media massa. Berbagai elemen tersebut dapat berkolaborasi menurut kekuatan masing-masing dalam menyelesaikan persoalan masyarakat.
Yosef Emanuel Jelahut dosen pembimbing lapangan yang mendampingi para mahasiswa KKN mengatakan bahwa kegiatan pengabdian ini dilakukan dalam kerja sama dengan Pemerintah Desa Bea Kakor, Kecamatan Ruteng untuk memberdayakan masyarakat desa dalam memanfaatkan potensi alam yang ada untuk meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat.
“Kegiatan pengabdian ini juga terintegrasi dengan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM),” katanya kepada VoxNtt.com, Rabu (21/05/2023).
Yosef merinci, permasalahan yang diidentifikasi ialah Desa Bea Kakor memiliki potensi alam yang melimpah khususnya tanaman palawija.
“Masyarakat hanya menggunakan potensi alam ini untuk konsumsi rumah tangga dan juga dijual dalam keadaan alamiah/belum diolah. Beberapa tanaman palawija seperti kentang dan keledai memiliki nilai ekonomis yang tinggi di pasaran bila diolah menjadi sebuah produk dengan kemasan yang baik serta dipasarkan baik secara offline maupun online. Mengapa belum dilakukan? Hal ini disinyalir karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat serta kekurangan modal,” ujarnya.
Kata Yosep, masyarakat belum mengetahui secara teknis pengolahan kentang menjadi keripik kentang, keledai menjadi kacang keledai ditambah dengan teknik pengemasan yang baik dan juga pengetahuan tentang digital marketing.
“Tujuan kegiatan Kerjasama pengabdian kepada masyarakat ini ialah untuk melatih masyarakat mengolah bahan baku kentang dan keledai menjadi sebuah produk yang siap dipasarkan baik secara offline maupun terutama secara online sehingga perlu juga untuk dilakukan pelatihan digital marketing,” jelasnya.
Yosep memaparkan, solusi yang ditawarkan pada mitra adalah sebagai berikut: Langkah pertama yang harus dilakukan ialah mempengaruhi dan membentuk cara pandang/mindset masyarakat (kelompok ibu rumah tangga mandiri) dari cara pandang tradisional dan konsumsif ke cara pandang modern dan produktif melalui penyuluhan dan pertemuan-pertemuan intensif serta pendampingan.
“Langkah ini sangat penting dilakukan demi membawa keluar masyarakat dari zona nyaman, budaya mapan yang semu, hedonis dan konsumtif,” jelasnya.
Langkah kedua, demikian Yosef, ialah pelatihan kewirausahaan bagi ibu-ibu rumah tangga sebagai dasar lahirnya Home Industri- Home Industri baru.
Kewirausahaan yang dimaksud berbasiskan pada bahan baku wilayah sekitar seperti pembuatan produk keripik kentang dan susu kacang kedelai.
Pelatihan pengemasan produk dan pelatihan digital marketing dalam hal ini pemasaran produk berbasis media sosial.
Dia mengatakan bahwa target dari setiap solusi di atas ialah berubahnya mindset masyarakat/ibu-ibu rumah tangga, sekurang-kurangnya mereka bersedia untuk diintervensi menjadi rumah tangga yang produktif.
“Lahirnya home industri-home industri baru melalui wirausahawan-wirausahawan. Secara umum peningkatan level keberdayaan mitra dalam hal tingkat pemahaman, terciptanya home industri-home industri baru di dalam setiap rumah tangga mitra demi menambah tingkat pendapatan rumah tangga,” jelasnya.
Masyarakat, kata Yosef mendapatkan referensi baru dalam pemasaran hasil produksi mereka melalui media sosial.
Menurutnya, kegiatan utama dalam program pengabdian ini adalah: Pertama, memberikan pelatihan dengan prinsip learning by doing tentang cara pembuatan produk olahan jamur tiram dan kerajinan dari bahan kain perca.
Kedua, menyampaikan tentang produktivitas ibu rumah tangga untuk meningkatkan motivasi dalam peningkatan ekonomi keluarga pada pertemuan pertama.
Ketiga, mengajarkan cara membuat souvenir berupa tempat jarum pentul dan bros, cara membentuk bahan-bahan hantaran, yaitu handuk dan kain menjadi bentuk hewan dan bunga serta praktik membentuk masjid dari mukena dan merangkai 1 baki hantaran lamaran pada pertemuan kedua hingga keempat.
Keempat, melakukan praktik mengolah jamur menggunakan peralatan yang diberikan pada pertemuan berikutnya.
Kelima, Memberikan edukasi tentang pemasaran produk hasil pelatihan pada pertemuan terakhir.
Dari hasil dan luaran yang telah dicapai dari program Ipteks bagi Masyarakat kelompok ibu rumah tangga, dapat disimpulkan bahwa ketrampilan kelompok ibu rumah tangga dalam mempraktikkan materi yang diajarkan instruktur dalam pengolahan produk palawija dan produk kerajinan lainnya sangat bagus dan mempunyai nilai jual.
Semangat kelompok yang cukup tinggi juga ditunjukkan dengan peran serta dalam pengadaan bahan-bahan yang dibutuhkan, serta antusias peserta pelatihan yang menjadi modal yang kuat untuk pengembangan kelompok usaha.
Peningkatan motivasi dan semangat kelompok mitra juga terlihat dalam meningkatkan ekonomi keluarga, serta telah terbentuk kelompok usaha dalam bidang pengolahan palawija dan kerajinan tangan lainnya.
Variable utama yang mendukung kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Bea Kakor ialah semangat dan motivasi internal ibu-ibu rumah tangga.
Diketahui bahwa daya dukung internal seperti ini memudahkah pelaksanaan kegiatan.
Selain itu, kemauan kuat dari pemerintah desa terkait penguatan kapasitas masyarakat, terutama ibu-ibu rumah tangga yang berujung pada pengentasan kemiskinan menjadi daya dorong lain kesuksesan kegiatan ini.
Faktor Penghambat
Masih menurut Yosef, selain faktor pendukung di atas, satu dua faktor penghambat di sana. Yang paling utama ialah Desa Bea Kakor masih kesulitan mengakses air bersih.
Kekurangan air menyebabkan pelaksanaan kegiatan PKM harus benar-benar terukur. Selain itu, cuaca di Manggarai yang masih hujan menyebabkan kegiatan berjalan agak terlambat.
“Untuk memastikan bahwa peserta benar-benar dapat mempraktikkan materi yang diajarkan, instruktur dapat menyediakan tugas tambahan berupa pembuatan produk yang sedikit lebih kompleks dan rumit,” jelasnya.
Kata Yosef, instruktur juga dapat memberikan evaluasi akhir berupa pengujian dan presentasi produk yang telah dibuat oleh peserta. Ini akan membantu instruktur untuk memastikan bahwa peserta telah menguasai materi yang diajarkan.
Untuk membantu kelompok Ibu Rumah Tangga dalam menyadarkan masyarakat.
Menurutnya, kegiatan berikut dapat dilakukan: mengadakan pelatihan tentang keterampilan pembuatan produk olahan pisang bagi para ibu rumah tangga, memberikan informasi kepada masyarakat mengenai peran perempuan di masyarakat dan manfaat dari produk olahan pisang, mendorong para ibu rumah tangga untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan sumber daya lokal yang ada di lingkungannya, memberikan informasi dan edukasi tentang cara memanfaatkan sumber daya lokal untuk menghasilkan produk olahan pisang, membantu para ibu rumah tangga dalam memasarkan produk olahan pisang secara online, menciptakan jaringan pemasaran yang kuat untuk mempromosikan produk olahan pisang.
“Mengadakan kegiatan-kegiatan untuk membantu para ibu rumah tangga mengembangkan usaha produk olahan pisang, dan memfasilitasi pembentukan kelompok usaha untuk memperkuat solidaritas para ibu rumah tangga,” tandasnya.
Penulis: Ronis Natom