Labuan Bajo, Vox NTT– Gala premiere Film ‘Nona Manis Sayange’ bakal digelar di Waterfront Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur pada Minggu, 27 September 2023 mendatang.
Excecutive Produser Film Nona Manis Sayange, Dr. Ngadiman kepada awak media, Minggu (10/09/2023), mengatakan dalam kegiatan tersebut nanti akan dihadiri Menteri kabinet Jokowi, artis, serta influencer.
Ngadiman kemudian mengungkapkan serangkaian agenda gala premiere dan tayang perdana Film Nona Manis Sayange.
Itu di antaranya; festival musik lokal dan soundtrack film, festival kuliner, menyajikan hidangan lokal yang dikreasikan oleh chef ternama, serta pameran produk lokal.
Ia menjelaskan, film yang mengangkat kearifan lokal Manggarai itu akan ditayang perdana pada Senin hingga Selasa (28-29/09/2023) di Waterfront Labuan Bajo.
Film ‘Nona Manis Sayange’, Perpaduan Kisah Romansa dan Budaya Manggarai
Film bertajuk romansa dan adat istiadat itu disutradarai oleh Hestu Saputra, Nominasi Sutradara terbaik FFI 2013 dan diperankan oleh Haico Van Der Veken(Sikka), Pangeran Lantang (Akram) juga pemeran lainnya seperti Luz Victoria (Dina), Bhisma Mulia (Rendy), Mathias Muchus (Dermawan) dan Chanceline (Rumi).
Venue utama dari film ini yakni Hotel Loccal Collection Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Ngadiman menerangkan, Film ‘Nona Manis Sayange’ memadukan daya tarik visual Labuan Bajo, musik unik namun menawan dari Indonesia Timur, dan kisah romansa yang dapat diterima secara universal yang berakar pada budayanya.
Melalui film ini, Dr. Ngadiman, didorong oleh hasratnya yang kuat untuk memajukan industri perhotelan di Indonesia sekaligus memperkenalkan keindahan menawan dari keanekaragaman budaya dan alam Nusantara.
Kali ini, berlatar belakang Labuan Bajo, film ini menampilkan lokasinya yang sangat indah, potensi wisata, kekayaan budaya, bahkan tantangan yang dihadapi masyarakat setempat.
“Semua dikemas dengan cerita romance dan juga ada komedinya. Sehingga isi film ini memberikan edukasi yang comprehensive terhadap penonton. Selama ini hanya film hantu yang banyak dibuat tapi tidak ada nilai edukasinya,” ujar Ngadiman.
Kata Ngadiman, film ini dibuat untuk mempromosikan pariwisata juga memperkenalkan kebudayaan, masalah sosial, tentang belis atau mahar atau nama lain di daerah lain yang selalu disalahartikan dengan uang, sehingga kekerasan wanita juga sering terjadi dalam perkawinan.
Sinopsis
Film ‘Nona Manis Sayange’ menceritakan tentang Sikka seorang gadis remaja yang lahir dari keluarga pengusaha kaya.
Sikka bersahabat semenjak kecil dengan Akram, anak keluarga seorang pelaut yang hidup di pesisir pulau Labuan Bajo, mereka tumbuh bersama dan saling menguatkan melewati perjalanan hidup yang memperdalam perasaan cinta mereka berdua.
Kisah cinta mereka seketika rumit, manakala ambisi dan manipulasi datang dari ayah Sikka untuk memisahkan mereka.
Sebagai anak pelaut, Akram dituntut aturan adat untuk membayar belis (syarat Mahar tradisi suku Manggarai di Labuan Bajo) dari ayah Sikka yang nilainya fantastis, jika ia ingin menikah dengan Sikka.
Hal itu tidak membuat sosok Akram mundur dan tetap berjuang demi Sikka. Di sisi lain, Sikka juga berusaha meyakinkan ayahnya bahwa cinta sejati bukan dilihat dari nilai materi ataupun status sosial.
Beragam Keindahan romantisme alam Labuan Bajo ternyata bisa menyatukan kisah cinta remaja dengan pengaruh norma adat dan budaya yang berkembang di masyarakatnya.
Konten Lokal Punya Daya Tarik Luar Biasa
Film-film lokal Indonesia telah berulang kali membuktikan bahwa adat istiadat, budaya, dan kearifan lokal dapat menjadi nilai jual yang menarik penonton bioskop Indonesia. Misalnya saja “Uang Panai” yang menarik lebih dari 500.000 penonton.
Fil Uang Panai berlatarbelakang adat istiadat, budaya dan kehidupan Makassar menjadi karakter sentralnya.
Selain Uang Panai, pada tahun 2022, dunia perfilman Indonesia dikejutkan dengan film “Ngeri Ngeri Sedap”. Film itu berlatar belakang suku Batak yang menampilkan keindahan Danau Toba. Film ini sukses meraup lebih dari 2,6 juta penonton.
Tak hanya film, konten lokal seperti industri musik lokal telah berkembang di seluruh negeri. Seperti Denny Caknan dari Ngawi dan Didi Kempot dari Solo.
Para seniman ini telah mencapai kesuksesan luar biasa dan mendominasi puncak karier musik Indonesia dengan lagu-lagu yang bahkan mungkin tidak ditulis dalam Bahasa Indonesia.
Dr. Ngadiman SH, SE, Msi sebagai Produser Eksekutif
Memulai kariernya di Direktorat Jenderal Pajak, beliau kemudian membangun usaha yang sukses di bidang jasa konsultasi perpajakan dan keuangan serta industri real estate dan perhotelan.
Ngadiman mempunyai ambisi dan semangat yang luar biasa untuk memajukan pariwisata di kawasan Labuan Bajo dan sekitarnya dengan menghidupkan kisah luar biasa ini melalui proyek film.
Hestu Saputra sebagai Sutradara & Penulis
Hestu memulai perjalanan pembuatan filmnya dengan menjadi asisten Hanung Bramantyo di beberapa filmnya.
Dia membuat debut penyutradaraannya dalam film ‘Pengejar Angin’ pada tahun 2011.
Pada tahun 2013, Hestu menyutradarai “Cinta Tapi Beda” membuatnya mendapatkan nominasi Sutradara Terbaik di Festival Film Indonesia. Dari dulu, Hestu telah menyutradarai 12 film layar lebar. [*]