Betun, Vox NTT- Memasuki musim kemarau sudah pasti debit air berkurang drastis bahkan kering total. Hal ini menjadi badai dan musibah bagi para petani yang hidupnya bergantung dari hasil bertani.
Kabupaten Malaka yang terkenal dengan lahan pertanian terbesar di daratan Timor pun mengalami dampak kekeringan tersebut.
Namun hal itu tidak memudarkan semangat Dies Susianawati bersama suaminya, Samuel Fahik untuk bertani. Segala daya diupayakan untuk bisa mendapatkan air yang cukup.
Ditemui di lokasi sawah dan hortikulturanya di Desa Kamanasa, Kecamatan Malaka Tengah, Dies Susianawati bersama suami dan tim kerjanya, lagi mencari sumber air untuk mengairi sawah dan lahan hortikultura.
Dengan alat seadanya yang masih manual, pasutri yang hobi bertani ini rupanya mengebor air dalam tanah untuk mencari sumber air.
Di bawah terik matahari yang membakar kulit, tim pencari sumber air berhasil mendapatkan air yang cukup bagus untuk mengairi sawah dan lahan hortikultura.
“Ya mau bagaimana lagi, lahan sudah siap dan air tidak ada. Saluran kering total. Terpaksa kita bor air sudah. Kita petani ini begini sudah,” kata Samuel Fahik, suami Dies Susianawati yang gemar bertani itu, Rabu (4/10/2023).
Kegigihan pasutri yang hobi bertani ini patut dijadikan contoh oleh kaula muda di Malaka dan NTT. Bagaimana tidak, walaupun dilanda kekeringan, dengan semangat dan ide yang cemerlang, pertanian tetap harus dilanjutkan.
“Kalau menunggu bantuan pemerintah, kita bisa mati kelaparan. Kita upaya sendiri,” ujar Samuel Fahik.
Terpantau, di atas lahan seluas 1,5 hektare itu, sudah siap lahan hortikultura yang bakal ditanami lombok, tomat dan sayuran, serta beberapa petak lahan sawah.
Samuel Fahik dan Dies Susianawati adalah pasutri yang bekerja tanpa mengenal lelah. Lebih tepatnya adalah pasutri pekerja keras.
Pemilik usaha percetakan terbesar di Malaka Sanxel grup ini memiliki lahan pertanian yang cukup besar di Malaka.
Setidaknya ada dua lahan pertanian yang berbeda yang siap dikerjakan saat ini. Ada lahan 2 hektare di Besikama dan 1,5 hektare di Kamanasa.
“Kita sudah biasa kalau musim kemarau begini. Tapi kali ini kering total. Jadi kita bor air sudah dan puji Tuhan di kedalaman 10 meter, kita dapat air,” kata Samuel Fahik.
Penulis: Frido Umrisu Raebesi