Ruteng, Vox NTT – Rumah Sakit (RS) Pratama Reo, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, Flores, NTT resmi beroperasi sejak September 2023 lalu.
Fisik dan peralatan medik pun juga ikut beroperasi mendukung efisiensi pelayanan Rumah Sakit itu.
Namun, keberadaan fisik dan peralatan medik tersebut belum didukung dengan tersedianya dokter spesialis.
Ketiadaan dokter spesialis pada rumah sakit yang berdiri megah di jalan Reo-Kedindi itu disinyalir membuat tingkat rujukan ke RSUD Ruteng masih cukup tinggi.
Akibatnya beban pelayanan dokter spesialis di RSUD Ruteng juga ikut tinggi.
Saat ini tenaga medis di Rumah Sakit Pratama Reo berjumlah kurang lebih 60-an orang termasuk penambahan nakes yang diaktifkan kembali oleh Bupati Herybertus Geradus Laju Nabit per 1 Oktober 2024 lalu.
Dari 60-an orang ini terdapat dua orang dokter umum dan dua orang dokter gigi.
Dua orang dokter gigi ini hanya satu saja yang bertugas memberi pelayanan. Sementara satu lainnya tidak memberi pelayanan karena ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RS Pratama Reo, atas nama dokter Januar Irawan.
Sebagian lainnya nakes berstatus ASN dan tenaga penunjang TPPK, termasuk dua orang satpam.
Jumlah ini rupanya belum bisa menekan angka rujukan karena tidak didukung dengan keberadaan dokter spesialis.
Berbicara kepada VoxNtt.com, Petugas Pelayanan Medik Rumah Sakit Pratama Reo, dokter Patrisius Baso mengaku ketiadaan dokter spesialis membuat tingkat rujukan ke RSUD Ruteng masih cukup tinggi.
Sebab, kata Patris, pelayanan untuk pasien yang membutuhkan penanganan secara khusus tidak bisa dilakukan di Rumah Sakit Pratama Reo, harus dirujuk ke RSUD Ruteng untuk mendapat penanganan dokter spesialis.
“Sampai saat ini jumlah pasien yang rujuk karena ketiadaan dokter spesialis sebanyak 55 pasien, dihitung sejak Desember 2023 sampai Agustus 2024,” kata Patris beberapa waktu lalu.
Menurutnya, jumlah rujukan ini cukup tinggi akibat ketiadaan dokter spesialis yang membantu menangani pasien.
Bahkan, sejak Desember 2023 pihaknya sudah melakukan rujukan untuk pasien yang membutuhkan penanganan langsung oleh dokter spesialis, seperti pasien gejala stroke, usus buntu, jantung dan penyakit lainnya.
Untuk sementara, katanya lagi, pihak Rumah Sakit Pratama Reo belum bisa melayani pasien yang menjadi urusan dokter spesialis, meski ada prosedur rawat inap yang disiapkan.
Prosedur ini berlaku untuk semua pasien sebelum sebagiannya dirujuk ke RSUD Ruteng untuk ditangani dokter spesialis.
“Memang tidak langsung rujuk, kami harus rawat inap dulu sambil konfirmasi ke RSUD Ruteng. Kalau sudah konfirmasi baru pasiennya dirujuk,” jelas Patris.
Ia menambahkan, jumlah rata-rata pasien rawat inap di Rumah Sakit Pratama Reo sebanyak 50 an pasien, sementara untuk yang rawat jalan berjumlah kurang lebih 400 an pasien.
Ia bersyujur karena jumlah pasien rawat inap tidak sebanding jumlah pasien rawat jalan.
Masih Butuh Penambahan SDM
Selain tidak ada dokter spesialis, Rumah Sakit Pratama Reo juga membutuhkan penambahan Sumber Daya Manusia (SDM).
Kekurangan tenaga nakes masih sangat berpengaruh pada pelayanan
Dokter Patris menyebut, selama ini pihaknya sering memberi usulan ke Dinas Kesehatan untuk penambahan SDM karena akibat dari kekurangan SDM sebagian petugas disini merangkap jabatan.
Banyak petugas yang merangkap jabatan, ada perawat yang merangkap KTU, kemudian ada penanggung jawab rawat inap yang merangkap jabatan lain.
“Kondisi ini terjadi karena memang SDM belum terpenuhi, harus segera ditambah” tandas Patris.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, Bertholomeus Hermopan membenarkan kondisi Rumah Sakit Pratama Reo.
Menurutnya, saat ini pemerintah belum bisa menyiapkan dokter spesialis karena pelayanan RSUD Ruteng sangat tinggi membuat beban kerja para dokter spesialis juga berat.
Selain itu, ketiadaan anggaran daerah untuk mendatangkan dokter spesialis masih menjadi kendala yang dihadapi bersama.
“Kita belum ada anggaran untuk mendatangkan dokter spesialis, terpaksa untuk pasien yang perlu ditangani oleh dokter spesialis harus dirujuk ke Ruteng,” ungkap dia.
Kata dia, dokter spesialis yang perlu disiapkan harus minimal 4 orang, yang terdiri dari spesialis bedah, spesialis anak, spesialis penyakit dalam dan spesialis kandungan.
“Jadi minimal harus siapkan 4 orang spesialis dengan masing-masing skilnya, tapi sekarang belum ada anggaran untuk membiayai dokter itu,” ucap Bertholomeus.
Sementara untuk permintaan penambahan SDM, ia bilang permintaan tersebut sedang diupayakan oleh Pemda Manggarai.
Memang ada usulan dari Rumah Sakit Pratama Reo, tetapi penambahan SDM itu bukan hanya nakes tetapi juga non nakes, yakni, tukang masak, tukang cuci, tukang sapu, satpam, sopir dan teknisi.
Sekedar untuk diketahui, semenjak beroperasi Rumah Sakit Pratama Reo ini tidak hanya melayani pasien dari Kabupaten Manggarai saja tetapi juga melayani pasien yang datang dari Manggarai Barat dan Manggarai Timur.
Untuk wilayah Manggarai, rumah sakit ini tidak saja melayani pasien di seputaran Reo tetapi juga pasien dari Cibal, khususnya yang dekat dengan pesisir utara.
Demikian Manggarai Barat menjangkau sampai wilayah Rego, Pateng. Sementara Manggarai Timur menjangkau sampai wilayah Pota.
Pasien dari Rego, Pateng wilayah Manggarai Barat memilih untuk berobat ke Rumah Sakit Pratama Reo dari pada harus jauh-jauh ke Labuan Bajo.
Begitu juga pasien dari Pota memilih Rumah Sakit Pratama Reo dari pada harus jauh-jauh ke Rumah Sakit Watu Nggong, ditambah pertimbangan kondisi infrastruktur jalan raya yang sangat buruk.
Kontributor: Berto Davids