Mbay, Vox NTT – Fasilitas kesehatan di Pustu Riti, Kabupaten Nagekeo, kini berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Minimnya sarana dan prasarana menyebabkan tenaga kesehatan di sana harus berjuang keras dengan berbagai keterbatasan untuk tetap memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat.
Kondisi tersebut terungkap dalam reses yang digelar oleh Anton Sukadame Wangge di Aula Patronat Paroki Kristus Raja Riti pada Jumat, 14 Maret 2025.
Dalam pertemuan tersebut, Antonia Nungga (29), seorang bidan yang bertugas di Pustu Riti, mengungkapkan fakta memprihatinkan yang mereka hadapi hampir setahun terakhir.
“Bapak, tolong bantu perhatikan kami punya Pustu. Kami jahit pasien pakai senter HP,” ungkap Antonia yang akrab disapa Bidan Itha, dengan nada penuh harap di hadapan peserta reses.
Tidak ingin hanya memberikan laporan tanpa bukti, Bidan Antonia mengajak reporter VoxNtt.com untuk meninjau langsung kondisi Pustu Riti. Dalam tinjauan tersebut, ditemukan setidaknya tujuh persoalan krusial yang harus segera ditangani, antara lain:
Pertama, MCK Pasien dan Nakes Tidak Berfungsi. Salah satu unit MCK untuk pasien sudah tidak dapat digunakan, sementara MCK untuk tenaga kesehatan juga tidak memiliki sanitasi air akibat kebocoran pada bak penampungan.
Kedua, Enam Unit Daun Pintu Rusak Parah. Semua daun pintu di Pustu mengalami kerusakan parah, bahkan satu di antaranya sudah copot dari kusennya karena dimakan rayap.
Ketiga, Plafon Ambruk dan Menggantung. Kondisi plafon bangunan Pustu Riti sangat memprihatinkan. Beberapa titik plafon terpantau sudah berlubang, sementara triplek di bagian lain menggantung dan berpotensi runtuh.

Keempat, Akses Jalan Diblokir Pemilik Tanah. Kendala serius lainnya adalah tidak adanya akses jalan umum menuju Pustu Riti. Jalan yang biasa digunakan kini telah diblokir oleh pemilik tanah, sehingga pasien dan tenaga kesehatan harus berjalan kaki melalui kebun warga dan pepohonan cengkeh.
Kelima, Tidak Ada Air Bersih. Bidan Itha dan tenaga kesehatan lainnya terpaksa mengambil air dari bak umum menggunakan jeriken untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keperluan medis di Pustu.
Keenam, Tidak Ada Listrik, Pasien Dijahit Pakai Senter HP. Instalasi listrik di Pustu Riti sudah lama rusak. Minimnya lampu penerangan dan beberapa titik kabel yang terputus membuat tenaga kesehatan terpaksa menggunakan senter ponsel saat menangani pasien, termasuk saat menjahit luka.
Ketujuh, Laporan Sudah Disampaikan, Tapi Belum Ada Tindakan. Menurut Bidan Itha, laporan mengenai kondisi memprihatinkan ini telah disampaikan kepada pihak berwenang, namun hingga kini belum ada tindakan perbaikan.
“Kami sudah laporkan ini ke atasan, tapi sampai sekarang belum ada perbaikan. Kami butuh ini segera ditangani,” tegasnya.
Kondisi Pustu Riti yang jauh dari standar pelayanan kesehatan yang layak ini seharusnya mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah, khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo.
Anton Sukadame Wangge, anggota DPRD Kabupaten Nagekeo dari Partai NasDem, mengatakan, keberadaan Pustu di daerah terpencil seharusnya didukung dengan fasilitas yang memadai agar tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan yang optimal.
“Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka masyarakat setempat akan semakin sulit mendapatkan layanan kesehatan yang layak,” ujar Anton.
Politisi NasDem tersebut berjanji akan segera berbicara dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo untuk membahas temuan ini, dengan harapan agar segera turun tangan menangani masalah tersebut, termasuk memperbaiki infrastruktur, menyediakan akses air bersih, serta memastikan listrik dan sarana pendukung lainnya berfungsi dengan baik.
“Jangan sampai keterbatasan ini mengorbankan nyawa warga yang membutuhkan pelayanan kesehatan,” ujarnya dengan tegas.
Penulis: Patrianus Meo Djawa