Kupang, Vox NTT – Sejak diluncurkan oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Melki Laka Lena dan Johni Asadoma (Melki Johni), program MeJa Rakyat telah menjadi wadah bagi masyarakat untuk mengadu berbagai permasalahan.
Salah satu laporan pertama yang diterima adalah dari Margarita Lusi, seorang guru asal Rote Ndao, yang merasa nasibnya terabaikan.
Pada Senin, 17 Maret 2025, Margarita dengan penuh harapan melaporkan nasib nahas yang menimpanya di lantai satu Kantor Gubernur NTT, setelah menempuh perjalanan jauh dari Rote Ndao menuju Kupang.
Margarita, yang telah mengabdi sebagai guru di SMA Negeri 1 Rote Barat, mengungkapkan bahwa dirinya dipensiunkan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Keputusan ini membuatnya kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, mengingat ia masih memiliki tanggungan keuangan yang cukup besar.
“Saya dipensiunkan tanpa ada pemberitahuan. Saya tidak pernah menerima surat pemberitahuan, tidak ada sosialisasi, dan tidak ada Masa Persiapan Pensiun (MPP) yang biasanya diberikan kepada pegawai negeri menjelang masa purna tugas,” kata Margarita dengan nada sedih.
Sebelumnya, Margarita sempat mengetahui dari seorang rekan kerja yang bertugas di Bendahara Setda Kabupaten Rote Ndao bahwa namanya tidak lagi terdaftar dalam daftar gaji sejak 30 Januari.
“Teman saya bertanya, apakah saya masih guru atau sudah pindah, karena nama saya sudah tidak ada lagi di daftar gaji sejak 30 Januari,” ungkapnya.
Merasa ada yang tidak beres, Margarita berusaha mengonfirmasi langsung ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT. Namun, jawaban yang diterimanya justru semakin membuatnya terpuruk.
“Saya dipensiunkan karena bukan guru fungsional,” ujarnya.
Padahal, sejak pertama kali menerima SK, Margarita mendapat informasi bahwa SK fungsional sudah melekat dengan SK kenaikan pangkat.
Namun, seiring berjalannya waktu, ia tidak pernah menerima arahan atau informasi lebih lanjut mengenai administrasi pensiun.
Lebih menyedihkan lagi, pada awal Februari, gajinya dihentikan tanpa pemberitahuan. Hal ini sangat memberatkannya, mengingat Margarita masih memiliki pinjaman bank sebesar Rp118 juta dengan cicilan bulanan lebih dari Rp1,7 juta.
“Saya masih punya tanggungan, sementara saya tahu pensiun saya seharusnya baru di tahun 2027. Bagaimana saya bisa bertahan?” keluh Margarita.
Dalam keputusasaan, Margarita berharap agar pemerintah, khususnya Gubernur Melki Laka Lena dan Wakil Gubernur Johni Asadoma, mendengar pengaduannya dan memberikan solusi atas masalah yang dihadapinya.
“Saya ini seorang guru, saya bukan penjahat. Mengapa saya tidak pernah diberi tahu akan pensiun? Saya mohon, Pak Melki, dengarlah pengaduan saya,” ujar Margarita penuh harap, dengan mata berkaca-kaca.
Margarita berharap pengaduannya dapat menjadi perhatian bagi pihak terkait, agar nasibnya dan mungkin banyak guru lainnya yang mengalami hal serupa dapat segera mendapat kejelasan dan bantuan.
Penulis: Ronis Natom