Mbay, Vox NTT – Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Nagekeo diminta serius melakukan penanganan bencana di Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo.
Pasalnya, hingga saat ini, akses jalan menuju RT 13 Kopodako dan wilayah Desa Odo Ute, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, masih terputus akibat banjir bandang yang terjadi secara berturut-turut sejak tahun 2022 hingga 2025.
Banjir bandang yang melanda selama tiga tahun terakhir menyebabkan badan jalan di sepanjang bantaran Kali Iru Eti hingga Jembatan Nangaroro amblas dan tak bisa lagi dilalui kendaraan.
Topografi wilayah yang berupa perbukitan curam semakin memperparah kondisi tersebut. Di sisi barat, banjir juga menggerus tanah hingga mengurangi area permukiman warga di Kampung Kodi Dewa, RT 14, Kelurahan Nangaroro.
Ketua RT 13 Kopodako, Yan Blasius Djema (32), kepada VoxNtt.com mengungkapkan bahwa dirinya bersama pihak Kelurahan Nangaroro telah empat kali melaporkan kondisi tersebut kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nagekeo.
Meski tim BPBD pernah turun ke lokasi untuk melakukan identifikasi awal, hingga kini belum ada satu pun tindakan nyata yang dilakukan.
“Kami sudah lapor berulang kali, tapi tak ada kelanjutannya. BPBD hanya datang lihat-lihat, habis itu hilang kabar,” kata Yan Djema.
Kepala BPBD Nagekeo, Agustinus Pone, hingga saat ini tidak merespon upaya konfirmasi awak media terkait tanggapannya atas permintaan penanganan bencana tersebut.
Sementara itu, tokoh masyarakat setempat, Marselinus Minggu (59), menilai bencana ini merupakan dampak dari eksploitasi Sungai Iru Eti sejak tahun 2010 oleh PT Conbloc Infrategno yang mengambil material batu dan pasir menggunakan alat berat untuk proyek jalan Nangaroro–Aegela.
“Dari dulu, ini Kali (sungai) aman – aman saja. Tapi sejak ada pengambilan material besar-besaran, tiap banjir pasti longsor. Puncaknya ya sejak 2022 sampai sekarang,” ujar Marselinus.
Lurah Nangaroro, Yosep Mosa menyatakan pihaknya akan kembali membangun koordinasi antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) guna membahas langkah penanganan bencana tanah longsor ini bersama BPBD.
“Karena jalan ini sangat vital. Warga dari Kopodako, Desa Odo Ute, sampai Fataleke harus memutar jauh lewat jalur Trans Flores Aegela–Nangaroro untuk ke pusat kecamatan maupun ke Puskesmas,” jelas Yosep.
Penulis: Patrianus Meo Djawa