Larantuka, Vox NTT- Jubelina Fele (43), seorang pasien asal Lowokeleng, Kecamatan Ileboleng-Adonara Kabupaten Flores Timur dibawa pulang keluarganya kembali ke kampung menggunakan KM Feri Ranaka, Minggu (30/04/2017).
Jubelina yang kini belum mengetahui pasti sakit yang dideritanya memilih pulang kampung didampingi suami dan seorang keponakan serta seorang perawat yang “dipinjamkan” dari RSUD Johannes Kupang.
Dibawa pulangnya Jubelina kembali ke kampung ini setelah sebulan berusaha pengobatan dengan merujuk di RSUD Prof.DR.W.Z.Johannes Kupang sejak tanggal 1 April 2017 lalu.
“Dokter bilang istri saya terindikasi gangguan hati (lever). Tapi juga dokter kandungan bilang dicurigai tumor ganas,” kata Gaspar Suban, suami pasien tersebut.
Namun demikian, Gaspar menceritakan sejumlah persoalan yang menjadi keluhan pelayanan yang dirasakan dirinya selama mendampingi istrinya.
Awal mula istrinya dirujuk dari RSUD Larantuka menuju RSUD Johannes Kupang pada tanggal 1 April 2017, untuk mendapatkan perawatan dengan fasilitas rumah sakit yang lebih baik. Dengan berbekal Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), istrinya Jubelina diterima di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) selama sehari dan kemudian dilanjutkan perawatan di ruang Cempaka.
Beberapa tindakan pelayanan dilakukan semisal pemasangan oksigen, foto ronsgen, dan tindakan medis lainnya. Dan pada tanggal 13 April 2017 pihak rumah sakit menganjurkan pasien untuk melakukan rawat jalan (rajal).
Akan tetapi, keesokan harinya Jubelina kembali dilarikan ke rumah sakit pada pukul 02.00 wita lantaran kembali mengalami sesak nafas.
“mungkin karna kondisi tanta masih sangat lemah dipaksa lepas oksigen dan dirawat jalan makanya dia kumat lagi,” tambah Darius Peda, keponakan yang ikut mendampingi pasien.
Jubelina kembali ditindak di ruang IGD dengan pemasangan kembali oksigen sebagai alat bantu pernapasan, pemasangan infus, kemudian pukul 17.00 wita dilanjutkan perawatan di ruangan Teratai.
Lebih lanjut, Gaspar yang berprofesi petani ini mengeluhkan keseriusan dokter dalam menangani proses kesembuhan istrinya tersebut. Pasalnya, dirinya mengaku sulit bertemu untuk berkonsultasi dengan dokter yang menangani istrinya.
Sebagai contoh, dokter melakukan pengambilan sampel cairan darah dan melakukan pemasangan selang di tubuh istrinya. Namun setelah melakukan tindakan tersebut, dokter melakukan perjalanan ke luar kota tanpa menginformasikan kepada tim medis lainnya ataupun kepada keluarga.
“Mungkin kami datang hanya modal surat tidak mampu saja makanya pak dokter tangani begitu-begitu saja,” sebut Gaspar.
Oleh karena itu, atas berbagai kejadian dalam penanganan medis terhadap istrinya serta kondisi Jubelina sendiri yang tak kunjung stabil untuk dilakukan penanganan lebih lanjut maka dirinya berkonsultasi dengan dokter dan bersepakat untuk membawa pulang istrinya kembali ke kampung halamannya.
“Kami bawa pulang ke kampung saja sambil tunggu kondisi istri saya stabil. Siapa tau ada obat kampung bisa sembuhkan dia,” ungkapnya.
Peralatan oksigen yang dipinjamkan dari rumah sakit akan kembali dibawa pulang oleh perawat yang turut mendampingi Judelina. (Florianus Sambi Dede/VoN)