Ruteng, Vox NTT- Dua puluh lima (25) tahun mencari keberuntungan hidup di Kota Bandung-Jawa Barat, Felix Ahas akhirnya kembali ke daerah asalnya Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Di kota kembang, Felix banyak menimba pengalaman berbisnis.
Mimpi besarnya membangun daerah asalnya Manggarai dari sudut bisnis perlahan-lahan tercuat ke permukaan.
Pemilik nama lengkap Felix Musa Ahas itu dikenal sebagai direktur utama Bandung Utama Grup (BUG).
Sejak 2013 lalu kembali ke Manggarai, dia mulai menata bisnisnya dengan membangun minimarket di Kota Reo, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai.
Seiring berjalannya waktu, minimarket BUG yang bekerja sama dengan beberapa pengusaha lokal sudah membuka cabang di mana-mana, termasuk di Kota Ruteng ibu kota Kabupaten Manggarai.
Ada pula jenis bisnis lain dari BUG di bawah asuhan Felix. Salah satunya, bisnis kuliner yang berlokasi di Jalan Motang Rua, Kelurahan Mbaumuku, Kecamatan Langke Rembong.
Tempat kuliner yang khusus menyiapkan nasi goreng dan bakso pada malam hari itu persis berada di depan minimarket 24 jam milik BUG.
“Bisnis kuliner itu buka dari jam 6 sore hingga jam 6 pagi,” terang Felix kepada VoxNtt.com, Kamis (14/06/2018).
Mimpinya untuk membuka usaha kuliner di Kota Ruteng terinspirasi dari Kota Bandung.
Di ibu kota Provinsi Jawa Barat itu, kata dia, di setiap mall, minimarket, dan tempat perbelanjaan lainnya pasti ada pedagang kaki lima. Mereka mengais rezeki di seputar lokasinya.
Antara pedagang kaki lima dan pemilik tempat perbelanjaan tersebut seakan saling memberikan manfaat.
Perpaduan antara mimpi pribadi dan kenyataan di Kota Bandung itulah yang membuat Felix terinspirasi membuka bisnis kuliner di Kota Ruteng.
Ingin Ramaikan Kota Ruteng
Felix mengaku, ia membuka usaha kuliner di depan minimarketnya hanya untuk meramaikan Kota Ruteng di malam hari.
Pasalnya, saat pertama kali menginjakan kaki dari tanah rantauan tahun 2013 lalu, dia mengamati Ruteng menjadi kota sepi dan gelap.
Pria kelahiran Wakal, 3 Juni 1972 itu kemudian mulai memikirkan potensi bisnis yang tepat agar Ruteng menjadi kota yang hidup di malam hari.
Selanjutnya pada Juli 2017 lalu, ia kemudian membuka bisnis kuliner dengan menyiapkan nasi goreng dan bakso.
Bagi dia, untuk meramaikan suasana Kota Ruteng pada hari adalah dengan cara menyiapkan makanan.
Sebab, biasanya malam hari adalah waktu ideal bagi sebagian orang untuk mencari makanan yang sederhana dan mudah.
Ingin Memotivasi Anak Muda Manggarai
Felix mengatakan, sejak awal melebarkan bisnisnya di Manggarai sudah berkomitmen untuk berkontribusi terhadap daerahnya. Salah satunya dari aspek usaha kuliner.
“Sebelum buka kuliner itu, saya pernah merangkul beberapa anak muda di Mbaumuku. Responnya bagus untuk bersama-sama bergerak di kuliner itu. Tapi sebatas diskusi saja, saat eksekusinya lamban,” katanya.
Sebab itu, ia kemudian berkoordinasi dengan paguyuban Bandung yang ada di Ruteng untuk terlibat dalam bisnis kuliner di depan minimarketnya.
Dia berharap dengan kehadiran pedagang asal Bandung tersebut bisa memotivasi orang Manggarai agar bergerak di bidang yang sama.
“Sebenarnya saya hanya koordinator umum dan pengggasnya saja. Mereka punya koordinator tersendiri, namanya Pa Dede,” kata Felix.
Dia menambahkan, usaha kuliner itu sudah mendapatkan izin dari Badan Keuangan Daerah (BKD) Manggarai.
Dari usaha kuliner tersebut, para pedagang kaki lima menyetor retribusi paling tinggi Rp 150.000 dan paling rendah 60.000 tiap tiga bulan. Hitungannya diambil dari Rp 5.000 tiap satu meter yang menjadi lokasi usaha para pedagang.
“Yang terdata di saya ada 16 gerobak untuk menjual nasi goreng dan bakso. Semua pedagang telah sepakat untuk mengumpul iuran untuk air, listrik, satpam, dan sampah,” jelas Felix.
“Harapannya kepada pemerintah agar menfasilitasi para pedagang kuliner, karena mereka juga akan berkontribusi lewat retribusi untuk pendapatan daerah,” tambah dia.
Penulis: Adrianus Aba