Ruteng, Vox NTT- Bupati Manggarai Deno Kamelus menyatakan selalu mendukung adanya bisnis kuliner di Kota Ruteng.
Menurut dia, usaha kuliner sudah mulai menggeliat di Kota Ruteng dan berbagai tempat lainnya.
Salah satu usaha kuliner yang sudah ramai saat ini ialah di depan minimarket 24 jam milik Bandung Utama Group (BUG) di jalan Motang Rua, Kelurahan Mbaumuku, Kecamatan Langke Rembong.
Bisnis kuliner yang dikoordinir oleh Direktur Utama BUG Felix Musa Ahas tersebut ialah menyiapkan nasi goreng dan bakso oleh sejumlah pedagang.
Tempat kuliner yang dibuka dari jam 6 sore hingga jam 6 pagi itu sudah ramai dikunjungi pembeli. Terutama bagi warga yang membutuhkan nasi goreng dan bakso pada malam hari.
Baca Juga: Bangun Kuliner, Mimpi Felix Ahas dari Kota Kembang
“Kuliner sudah mulai menggeliat. Tersebar di berbagai tempat. Saya tentu senang dengan perkembangan ini,” ujar Bupati Deno saat dimintai komentarnya seputar usaha kuliner yang sudah mulai nampak di Kota Ruteng, Kamis (14/06/2018).
Dia berjanji, ke depan akan meminta masukan dari penjual dan pegiat kuliner sebelum mengambil kebijakan.
“Pemerintah selalu support,” tandas Deno.
Dikabarkan sebelumnya, Felix Musa Ahas mengaku, ia membuka usaha kuliner di depan minimarketnya hanya untuk meramaikan Kota Ruteng di malam hari.
Pasalnya, saat pertama kali menginjakan kaki dari tanah rantauan tahun 2013 lalu, Koordinator umum usaha kuliner di Jalan Motang Rua itu mengamati Ruteng menjadi kota sepi dan gelap.
Pria kelahiran Wakal, 3 Juni 1972 itu kemudian mulai memikirkan potensi bisnis yang tepat agar Ruteng menjadi kota yang hidup di malam hari.
Selanjutnya pada Juli 2017 lalu, ia kemudian membuka bisnis kuliner dengan menyiapkan nasi goreng dan bakso.
Bagi dia, untuk meramaikan suasana Kota Ruteng pada hari adalah dengan cara menyiapkan makanan.
Sebab, biasanya malam hari adalah waktu ideal bagi sebagian orang untuk mencari makanan yang sederhana dan mudah.
Ingin Memotivasi Anak Muda Manggarai
Felix mengatakan, sejak awal melebarkan bisnisnya di Manggarai sudah berkomitmen untuk berkontribusi terhadap daerahnya. Salah satunya dari aspek usaha kuliner.
“Sebelum buka kuliner itu, saya pernah merangkul beberapa anak muda di Mbaumuku. Responnya bagus untuk bersama-sama bergerak di kuliner itu. Tapi sebatas diskusi saja, saat eksekusinya lamban,” katanya.
Sebab itu, ia kemudian berkoordinasi dengan paguyuban Bandung yang ada di Ruteng untuk terlibat dalam bisnis kuliner di depan minimarketnya.
Dia berharap dengan kehadiran pedagang asal Bandung tersebut bisa memotivasi orang Manggarai agar bergerak di bidang yang sama.
“Sebenarnya saya hanya koordinator umum dan pengggasnya saja. Mereka punya koordinator tersendiri, namanya Pa Dede,” kata Felix.
Dia menambahkan, usaha kuliner itu sudah mendapatkan izin dari Badan Keuangan Daerah (BKD) Manggarai.
Dari usaha kuliner tersebut, para pedagang kaki lima menyetor retribusi paling tinggi Rp 150.000 dan paling rendah 60.000 tiap tiga bulan. Hitungannya diambil dari Rp 5.000 tiap satu meter yang menjadi lokasi usaha para pedagang.
“Yang terdata di saya ada 16 gerobak untuk menjual nasi goreng dan bakso. Semua pedagang telah sepakat untuk mengumpul iuran untuk air, listrik, satpam, dan sampah,” jelas Felix.
“Harapannya kepada pemerintah agar memfasilitasi para pedagang kuliner, karena mereka juga akan berkontribusi lewat retribusi untuk pendapatan daerah,” tambah dia.
Penulis: Adrianus Aba