Ruteng, Vox NTT- Antonius Bikir (45) telah tiada. Warga Pering, Desa Nati, Kecamatan Lelak, Kabupaten Manggarai itu diketahui tewas tertimbun longsor di kebunnya pada Jumat, 8 Februari 2019 kemarin.
Tak ada yang menyangka pria yang dikabarkan masih berstatus bujang itu pergi meninggalkan keluarga secara naas.
Kepada Polisi, keluarga Antonius sudah menerima kematian tersebut sebagai sebuah musibah, sehingga tidak diotopsi.
Kendati demikian, rasa duka mendalam terus merongrong hati keluarga korban. Apalagi saat ditemukan, jasad korban dalam keadaan membusuk.
Kasubag Humas Polres Manggarai, Ipda Daniel Djihu mengungkapkan kronologis sesaat sebelum korban meninggalkan dunia untuk selamanya.
Berdasarkan pengangkuan kakak ipar korban Viktoria Banut (60), kata Djihu, pada Senin, 4 Februari 2019 lalu, Antonius keluar dari rumah untuk ke kebunnya.
Sebelum ke kebun, anak mantunya Reneldis Naul (20)memanggil korban untuk sarapan pagi.Korban pun, lanjut Djihu, menyantap sarapan pagi.
Sembari menyantap makanan, korban lantas memberitahukan kepada Reneldis bahwa ia akan pergi bekerja di sawahnya.
Djihu menambahkan,pada Selasa, 5 Februari 2019 ada orang menelepon melalui HP Martinus Yurven Son (35), anak dari Viktoria Banut.
Dalam telepon, orang tersebut membutuhkan bantuan korban. Korban juga dikabarkan selama ini dikenal sebagaiorang yang pandai menolak hujan atau pawang hujan.
Sekitar pukul 08.00 Wita, Martinus mencari korban ke kebun. Di sana, ia bertemu korban dan langsung menceritakan tujuan kedatangannya yakni ada yang meminta bantuan dari Ruteng.
Saat itu, korban meminta Martinus agar menunggu hingga sore hari. Alasannya, korban saat itu mengaku ingin ke Bung, Desa Bulan, Kecamatan Ruteng.
Selanjutnya, kata Djihu, pada pukul 10.00 Wita Martinus pergi lagi ke kebun guna memastikan jawaban korban.
Sesampai di kebun, korban tidak ada di tempat. Martinus hanya melihat alat kerja berupa, linggis 1 batang dan sekop 1 batang. Seketika itu juga Martinus pulang ke rumah karena tidak bertemu dengan korban.
Sementara berdasarkan pengakuan, Aleksius Gun (35),adik kandung korban pada Senin, 4 Ferbruari sekitar pukul 16.00 Wita, ia melihat Martinus melintasi TKP. Saat itu ia sedang memindahkan ternak sapinya.
Aleks, kata Djihu, melihat keadaan TKP belum longsor. Korban pun tidak ada di TKP.
Pada Selasa, 5 Februari 2019 sekitar pukul 08.00 Wita, Aleks pergi memindahkan lagi ternak sapi di dekat TKP. Posisinya saat itu berjarak sekitar 40 meter dari TKP. Saat itu, Aleks melihat sudah terjadi longsor di TKP.
Djihu menambahkan, berdasarkan pengakuan Maria Josiana Luju (25), anak kandung dari kakak korban, pada Jumat, 8 Februari 2019 sekitar pukul 08.00 Wita, ia pergi ke TKP dari kebun mereka bekerja. Jarak dari kebun itu ke TKP sekitar 40 meter.
“Dan kebetulan dekat TKP ada mata air minum dengan jarak dari TKP sekitar 25 meter, Ibu Meri (Maria Josiana Luju) melihat TKP longsor dan melihat plastik jas hujan yang dipenuhi dengan kerumunan lalat dan tercium bau yang menyengat,” terang Djihu.
Tidak lama berselang, lanjut dia, Meri langsung meningglkan tempat mata air. Ia kembali ke kebun mereka bekerja dan menceritakan kejadian ini.
Setelah mendengar informasi tersebut, Alfons Noe (30), anak dari kakak kandung korban langsung mengecek TKP. Alfons kemudian melihat korban dalam keadaan tewas tertimbun longsor.
Alfons selanjutnya memberitahukan ke semua keluarga, termasuk Pemdes Nati.
Sekitar pukul 14.00 Wita, jasad korban kemudian dievakuasi anggota keluarga, Babinsa Lelak Sertu Ferdi Dahur bersama Bhabinkamtibmas Lelak, Bripda Charles Darwin Jansen dan Camat Lelak Jenaru Yohanes, dan Kades Nati bersama staf.
Penulis: Ardy Abba