*)Puisi-puisi Hyan Godho
Hening(1)
Kau boleh saja bertanya kenapa kau bersirobok dengan ide-ide nun ampuh, padahal sempat dengan diam saja kau masih diluluh-lantahkan oleh gersang yang paling garang.
Kau boleh saja curiga pada malam yang sedang hangat-hangatnya membara, pada pagi yang masih buta sedang mentari tertidur pulas, kau menyelinap masuk ke dalam kapel, di sana dua kakimu bersimpuh dan Roh Tuhan melayang-layang di angan-anganmu lalu menyatu dengan jiwamu, padahal sempat dengan tenang saja kau masih terlunta-lunta oleh gulana paling gundah.
Ataupun kau boleh saja berdemonstrasi di depan kantor kebahasaan, menuntut mereka atau boleh lebih kau berorasi penuh basi di sidang mereka, lalu kau berkoar dengan toah paling nyaring sekalipun ‘sesuatu yang bukan sekadar diam atau lebih dari tenang, itu apa namanya?’
Lantas kau pasti lambat laun merunduk malu, lamat-lamat rona wajahmu merah padam, sebab kau tahu semakin kau bertanya, sempat juga kau curiga dan akhirnya berdemonstrasi, semakin pula kau sudah tahu jawabnya bahwasanya hening itu bening yang tak pernah garing apalagi kering.
Hening (2)
Dan jikalau kau menganggap hening adalah bening yang tak pernah kering, lantas kau akan senyum-senyum sendiri. Di sana Kau akan melihat ide-ide itu menari girang antara estetis dan erotis beda-beda tipis.
Kadang kau ketawa-ketawa sendiri, nan berjingkrak-jingkrak engkau bertingkah pada jari-jari yang menyentil geli, antara lucu dan lugu menyatu padu.
Kadang kau bicara sendiri atau boleh berdua dengan lantai, bertiga dengan langit-langit atapmu tentang apa saja yang kau tahu.
Kadang kau mewek sendiri, lantaran mata air air matamu terlampau penuh (mungkin saja Kau terharu pada masa lampau yang piluh).
Tapi satu hal yang mesti kau tahu, perlahan-lahan hening pasti salah tingkah denganmu, sebab kau terlampau memandangnya nafsu.
Hening (3)
Andaikata hening menangkap pandangan nafsumu itu penaka kumbang meramu sarimadu, lantas terjadilah apa yang diidamkan genesis. Engkau pun menyetubuinya dan berbadan dualah ia. Dan kuyakin pada bulan kesembilan tahun itu, tangisan bayimu menggelegar pecah sampai ke ujung-ujung langit yang maha tinggi. Sebab kau tahu bermula dari keheningan, tercipta siapa kau sesungguhnya.
(2018)
*Hyan Godho tinggal di Ritapiret dan sedang mengenyam pendidikan di STFK Ledalero. Ia berminat pada sastra dan edit-edit.