Borong, Vox NTT- Warga mengeluhkan padamnya beberapa lampu jalan Borong-Kembur, Kabupaten Manggarai Timur (Matim).
Pasalnya pemadaman itu akan berdampak pada keselamatan pengendara dan para pejalan kaki yang melintasi jalan tersebut pada malam hari.
“Ini sangat berbahaya bagi kami pengendara yang melewati jalan ini apalagi ada beberapa ruas jalan berlubang, seperti di depan SMAK Pancasila itu,” ujar Robinson Jala (37), salah seorang pengendara yang ditemui VoxNtt.com di Borong, Selasa (04/06/2019) malam.
Diakuinya, pemadaman lampu jalan ini bukan hal yang baru dialami oleh para pengguna jalan.
“Kan setahu kita mungkin lampu jalan ini pakai tenaga matahari, jadi kalau musim hujan atau mendung dia tidak menyala, tetapi yang terjadi biar cuaca cerah dan musim kemarau beberapa lampu jalan ini justru tidak menyala,” keluh pria asal Kelurahan Satar Peot itu.
Lanjut dia, selain padamnya lampu jalan dan beberapa ruas jalan berlubang, salah satu hal yang turut memengaruhi kenyamanan berlalulintas yakni hewan peliharaan warga.
“Kalau kita lewat di sini banyak sekali anjing yang duduk di jalan, ini kan kadang kita kaget apalagi dalam keadaan gelap,” kata Robinson.
Ibu Kota Kabupaten Tampil Beda
Menurut Robinson, sebagai pusat ibu kota, Borong semestinya tampil beda dengan beberapa wilayah kecamatan lain.
Sehingga, kata dia, daerah itu harus tampak lebih maju dari sisi pembangunan.
“Borong ini kan indikator. Orang bisa saja melihat Manggarai Timur dari sini. Kalau pembangunan di sini mantap pasti di wilayah lain mantap,” tukasnya.
“Saya pikir Borong ini lebih dekat dengan Lehong sebagai pusat pemerintahan, sehingga persoalan seperti ini bisa ditanggapi secara cepat,” sambungnya.
Dia berharap, pemerintah melalui instansi terkait mampu melihat ini sebagai persoalan publik yang perlu diperhatikan secara serius.
“Semoga ini bisa segera di atasi dengan baik apalagi di sini kan ramai,” harapnya.
Pantauan VoxNtt.com, Selasa malam, beberapa lampu jalan yang ada di ruas jalan itu mati total. Sebagian ruas jalan itu tampak berlubang dan menganga.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba