Kupang, Vox NTT – Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) , Josef A. Nae Soi mengharapkan agar Kalbe bersama para dokter dan dinas kesehatan bisa mensponsori penelitian tentang berbagai kekayaan alam yang punya kandungan nutirisi tinggi. Hal ini untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.
“Kegiatan penelitian ini sangat penting.Tidak hanya bermanfaat bagi ibu dan anak tapi terutama untuk perkembangan masa depan bangsa baik di NTT maupun di Indonesia. Karena itu, perlu juga dilakukan kolaborasi penelitian ilmiah ini dengan berbagai tanaman yang menjadi kekayaan alam NTT untuk pemenuhan nutrisi ibu dan anak,” kata Wagub Nae Soi saat membuka kegiatan Presentasi hasil penelitian atau riset tentang Pengaruh Suplementasi dan Edukasi Nutrisi pada Kesehatan Ibu Hamil dan Tumbuh Kembang Janin, Bayi dan Anak Pra Sekolah di Kota Kupang, NTT di Aula Fernandez, Kantor Gubernur NTT, Selasa (11/02/2020).
Menurut Nae Soi, di NTT banyak tanaman yang bernutrisi tinggi. Tidak hanya susu, biskuit, dan lain-lain.
“Tetapi kita punya kelor atau marungga (moringa oliefera), ” tutur politisi Golkar itu.
Marungga adalah kata dia, pohon ajaib (miracle tree). Menurut penelitian WHO jelas dia, kelor ini kaya akan kandungan antioksidan, memiliki mineral,asam amino esensial dan zat gizi lainnya.
“Ini luar biasa dan kekayaan satu-satunya yang ada di NTT untuk cegah stunting,” ungkapnya.
Ia mengatakan, kelor bisa ditanam di mana saja dan dalam lahan yang terbatas. Semua orang bisa tanam kelor di pekarangan rumahnya.
“Tanam kelor di pekarangan rumah sesuai kemampuan kita. Belum tentu semua orang punya sapi untuk bisa minum susu, belum tentu punya uang cukup untuk beli biskuit dan sebagainya. Tapi saya sangat yakin semua orang bisa menanam marungga di depan rumahnya. Mulailah dengan apa yang ada pada kita,” jelas Nae Soi.
Nae Soi menegaskan Pemerintah Provinsi NTT memiliki komitmen kuat untuk menurunkan angka stunting.
Bahkan ia juga memberikan apresiasi kepada Kalbe serta IDAI NTT dan Jawa Timur.
“Stunting tidak hanya berkaitan dengan ukuran badan seorang yang pendek, tapi juga berhubungan dengan gizi kurang dan pola hidup yang tidak sehat. Kalau miskin, gizinya pasti kurang yang berpengaruh pada kognitif, kesadaran dan aspek lainnya. Karena itu pemerintah provinsi terus berupaya keras untuk melakukan penurunan stunting secara komprehensif dan melibatkan berbagai sektor. Kami berikan apresiasi setinggi-tingginya atas hasil penelitian yang berdasarkan ketentuan ilmiah yang sudah teruji,” pungkas Wagub Nae Soi.
Terpisah, Ketua ADAI NTT, dr. Frans Taolin,SpA mengungkapkan Provinsi NTT merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang masih menghadapi berbagai tantangan terkait ibu, bayi baru lahir dan anak.
“Berdasarkan laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, persalinan di fasilitas kesehatan di NTT baru capai 48 persen sementara nasional sudah capai 66,7 persen. Bayi baru lahir dengan berat badan rendah di NTT capai 8,3 persen, nasional 6,2 persen. Prevelensi stunting di NTT masih tertinggi di Indonesia sekitar 42,6 persen, nasional 30,8 persen. Cakupan ASI eksklusifdi NTT sekitar 20,4 persen, nasional 37,3 persen. Dalam hal kesehatan lingkungan, baru dua kabupaten di NTT yang terverifikasi bebas dari Buang Air Besar (BAB) sembarang yakni Kota Kupang dan Kabupaten Aior,” jelas Frans Taolin.
Ia mengatakan, penelitian yang dilakukan oleh IDAI NTT dan Jawa Timur bertujuan untuk mendukung salah satu dari tiga program prioritas Gubernur dan Wagub NTT yakni percepatan penangulangan dan penanganan stunting.
“Tujuan presentas penelitian ini adalah untuk mendukung upaya pemerintah provinsi menuju cita-cita anak-anak NTT yang sehat, tumbuh dan berkembang secara optimal,” jelas dr. Frans.
Sementara itu, Ketua IDAI Jawa Timu, dr. Sjamsul Arief, SpA(K), MARS mengungkapkan kegiatan presentasi merupakan puncak dari beberapa kegiatan besar yang telah dilakukan sejak 2017.
“Selain kegiatan CSR di Puskemas dan TK, kami juga telah malaksanakan edukasi masyarakat melalui seminar tenaga medis di Kupang dan Labuan Bajo, Renovasi 2 TK di Kupang serta temu Malam Puncak Hari Kesehatan Nasional (HKN). Kami berharap hasil penelitian ini bisa bermanfaat bagi pemerintah daerah untuk turunkan stunting,” jelas Sjamsul.
Pimpinan Kalbe Nutrional, Yuni Herawati mengungkapkan kegiatan penelitian tersebut merupakan bagian dari Scale Up Nutrition (NUP) Movements.
“Kegiatan CSR kali ini tidak hanya dalam bentuk pelayanan dan pendidikan masyarakat Kupang, tetapi semua kegiatan tersebut kami sertai dengan penelitian yang dirancang oleh para ahli anak dari IDAI NTT-Jatim dan Pemda NTT,” jelas Yuni.
Untuk diketahui, Riset yang dilakukan oleh peneliti dari Ikatan Dokter Anak (IDAI) NTT dan IDAI Jawa Timur ini didukung penuh oleh Coorporate Social Responsibility (CSR) dari Kalbe Nutritional.
Dilakukan selama dua (2) tahun dari tahun 2017 hingga 2019 yang dilaksanakan di beberapa puskesmas, pustu (Puskesmas Pembantu), Posyandu, dan Sekolah TK di Kota Kupang. Tema yang diusung dalam presentasi ini adalah _NTT Melawan Stunting.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba