Borong, Vox NTT-Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Manggarai Timur (PDIP Matim) melakukan penanamanan 1000 anakan pohon di bantaran sungai Waebobo, Kelurahan Kota Ndora, Kecamatan Borong, Jumat (14/02/2020).
Anakan pohon yang ditanam yakni, Kelapa, trambesi dan waru.
Kegiatan ini selain bertepatan dengan valentine day (hari kasih sayang) juga dalam dalam rangka memperingati HUT (Hari Ulang Tahun) ke-47 PDI Perjuangan dan kado Ulang Tahun 73, Ketua
Umum PDI Perjuangan, Hj. Megawati Soekarnoputi.
Terpantau, turut hadir dalam kegiatan ini, Ketua DPC PDIP Marselis Sarimin Karong, Anggota DPRD Selesius Medi dan Gorigonius Bajang, Lurah Rana Loba Haji Ali, pelajar TK Kota Ndora, TK Al Hidayah dan TK RA Fatibra Qalbussalim, puluhan warga Rana Loba dan beberapa pengurus partai PDI-P.
Selain kegiatan cinta bumi, PDIP Matim juga melakukan kegiatan perlombaan makan telur dan kerupuk sebagai simbol gerakan bersama melawan stunting.
Melalui rilisnya, PDI-P Matim menjelaskan politik kontemplasi partai itu dibangun dengan tradisi menanam, politik cinta lingkungan dan investasi masa depan.
Pesoalan stunting, tentu disebabkan kekurangan gizi kronis pada anak, kurangnya kesadaran akan kebersihan dan pola hidup sehat, juga pola asuh orangtua yang tidak memberikan asi eksklusif kepada bayi selama 6 bulan.
“Untuk itulah sebenarnya kegiatan ini dilaksanakan, untuk mengingatkan orangtua akan pentingnya pola asuh orangtua terhadap 3 penyebab stunting yang disebutkan,” tulis PDIP Matim.
Dijelaskan juga akibat dari persoalan pola asuh orangtua tentu akan berimplikasi pada penyakit stunting dan kecerdasan anak.
Data yang dirlis oleh Kementerian Kesehatan misalnya, menyebutkan bahwa 27,67% anak di Indonesia mengalami stunting.
Angka ini terbilang cukup besar, bahkan pada 2016 Indonesia berada pada urutan 108 dari 132 negara berdasarkan data dari Global
Nutrition Report.
Di Asia Tenggara, Indonesia berada di peringkat kedua teratas setelah Kamboja. Tingginya angka prevalensi stunting tersebut menimbulkan masalah lain, yaitu tingkat kecerdasan anak.
Sebab pertumbuhan anak kurang optimal. Indonesia pernah berada diurutan 64 dari 65 negara untuk urusan tingkat “kecerdasan” siswa berdasarkan asesmen PISA, lembaga internasional yang melakukan asesmen terhadap kompetensi membaca, matemnatika, dan sains.
Sementara itu, berdasarkan hasil Pantauan Status Gizi (PSG) 2017, prevalensi stunting bayi berusia di bawah lima tahun (Balita) di Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 40,3%.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi dibanding provinsi lainnya dan juga di atas prevalensi stunting nasional sebesar 29,6%.
Di Manggarai Timur misalnya, menurut rilis pos kupang Rabu (24/07/2019) menunjukan sebaran stunting tersebar di 47 desa. Menurut PDIP, ini tentu bukan persoalan biasa, Manggarai Timur darurat persoalan stunting.
Momentum ini, DPC PDI-P mengingatkan persoalan tersebut. Persoalan stunting harus menjadi gerakan bersama agar anak-anak tumbuh sehat dan cerdas.
Visi Manggarai Timur 30-40 tahun yang akan datang sangat tergantung pada anak-anam.
Untuk itu pencapaian visi ke depan tentu tidak bisa ditakar hanya dengan investasi pembangunan fisik, tetapi bagaimana persiapan Sumber Daya Manusia Manggarai Timur.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba