SoE, Vox NTT-Kepala Balai Penjamin Mutu Pendidikan Provinsi (BPMP) NTT, Ponto Yelipele, berada pada mobil paling depan saat tiba di Sekolah Dasar Inpres Mnelafau, Kecamatan Kota SoE, Kabupaten TTS.
Dia ditemani oleh Ayun, Kepala Seksi Ketenagaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan TTS.
Melalui jalan pengerasan dan belum di aspal sekitar 3 KM dari arah Kota SoE, Tim Inovasi, BPMP dan utusan Dinas P dan K Kabupaten TTS disambut oleh Kepala SD Inpres Mnelafau dan semua guru, serta siswa pada Selasa (20/09/2022) siang.
Kunjungan itu sendiri diagendakan untuk melihat program reading camp. SD I Mnelafau satu dari sebanyak 32 sekolah di TTS yang mengikuti program itu untuk tahap awal.
Tidak jauh berbeda dengan SD Inpres Pollo. Sekolah yang terletak cukup jauh dari perkampungan penduduk itu, juga memiliki daftar siswa yang belum mengenal huruf dan belum membaca bisa membaca secara lancar.
BACA JUGA: Perangi Rendahnya Literasi di TTS, Dimulai dari SD Inpres Pollo
Kepala SD Inpres Mnelafau, Albinus Seran, mengatakan kondisi sekolahnya dengan total sebanyak 90 siswa.
“Guru ada 22 PNS ada tiga orang sisanya honor,” ujarnya.
Menurutnya, sejak tes tahap awal masih terdapat banyak sekali siswa yang belum mengenal huruf dan tidak bisa membaca secara lancar.
“Bahkan ada pada kelas tinggi yakni 4, 5 dan 6,” ujar dia.
“Pada tanggal 20 Juli kami ikut sosialisasi sesudah itu kami langsung bentuk tim. Ada 8 orang guru pendamping. Bulan Agustus kami melakukan tes. Kegiatan itu sangat baik membantu kami. Menghimpun semua dewan guru saya bagi tugas. Dalam perjalanan kami lakukan tes memang ada kemajuan,” ujar dia.
Menurutnya, dengan adanya program reading camp sangat membantu sekolahnya untuk mendeteksi siswa yang tergolong belum mengenal huruf dan tidak bisa membaca.
“Siswa senang karena bisa didampingi melatih membaca kata. Untuk guru pembimbing saya sampaikan motivasi,” jelas Albinus.
Sementara, Kepala BPMP NTT, Ponto Yelipele menyampaikan apresiasi.
“Terima kasih karena kami diterima dengan baik. Kami ke sini hanya melihat proses yang sudah kurang lebih satu bulan berjalan. Sejauh mana kita menolong anak anak kita mengenal huruf dan membaca lancar. Kami yakin bapak ibu sudah lakukan banyak hal,” ujar Ponto.
Ponto kemudian menceritakan bagaimana awal mula BPMP NTT mencetuskan program reading camp.
“Ada salah satu staf yang peka. Dia punya pengalaman dan praktik baik dari teman-teman di Inovasi dan instrumennya. Dia coba praktikan di salah satu sekolah. Hasilnya baik. Membangun komunikasi aktif dengan teman-teman dinas. Ketika contoh pertama itu berhasil maka itu di komunikasi ke TTS dan TTU. Saya lihat memang berangkat dari kepekaan. Secara kelembagaan dari awal sudah melihat hal itu harus dicarikan jalan keluar. Kami juga harus siap karena permintaan dari TTS untuk diterapkan ke semua sekolah dan juga Manggarai Barat. Kota Kupang dan Kabupaten Kupang. SDM kami juga harus diperkuat terlebih teman teman kami di BPMP,” paparnya.
Program reading camp, demikian Ponto, merupakan salah satu cara dari sekian banyak cara.
“Kalau cara ini baik mari gunakan cara ini dengan baik. Ini menjadi tantangan bagi Kepsek dan teman-teman kalau ada anak anak yang belum bisa baca itu juga harus kita lakukan banyak hal. Program ini kita nyontek dari Inovasi. Program ini juga diadaptasi di Manggarai Barat. Minggu depan Kota Kupang dan Kabupaten Kupang,” jelasnya.
“Kalau tunggu pemerintah dengan cara dan juga anggaran nanti waktu habis. Anak anak tetap tidak tertolong. Orang-orang tua harus selalu sering di ajak juga,” sambung dia menegaskan.
Untuk diketahui, reading camp adalah sebuah program yang dilakukan Inovasi di Kabupaten Sumba Barat sebagai 1 dari empat kabupaten sebagai daerah kerja Inovasi di NTT.
Program ini dilakukan untuk mendeteksi siswa yang belum mengenal huruf dan tidak bisa membaca. Terdapat instrumen dan bahan penilaian. Siswa-siswa yang sudah dideteksi dengan tes tahap awal akan dimasukan ke dalam grup yang disebut level.
Mereka akan mendapat pendampingan khusus dari guru selama 30 menit saat jam sekolah dalam dua hari di satu minggu.
Pada waktu 30 menit itu siswa akan dilakukan pendampingan dengan berbagai metode dan petunjuk, mulai dari mengenal huruf, mengenal suku kata, membaca kata dan kalimat serta membaca dan memahami.
Pendampingan dan pelatihan akan dilakukan dalam waktu tiga bulan serta dilakukan tes untuk mengukur kemampuan siswa.
Sebagai tahap uji coba awal, BPMP NTT sudah menerakan di tiga kabupaten yakni, TTS, TTU dan Manggarai Barat.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba