Labuan Bajo, Vox NTT- Sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Itulah perjalanan bisnis Kopi La Bajo oleh-oleh dari tanah Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sebelumnya kopi tepung dikemas dalam plastik bening dan tentu saja tak banyak orang mengenalnya. Namun kini Kopi La Bajo dikemas dalam kantung kertas jenis greaseproof dan sudah terkenal di kanca nasional.
Souvenir ini mulai dikenal publik sejak tahun 2013 pasca Sail Komodo. Ajang sail komodo merupakan rangkaian kegiatan bahari tingkat internasional yang diselenggarakan di tanah Labuan Bajo.
Sejak itu, Kopi La Bajo menjadi satu-satunya buah tangan yang banyak dibeli di sejumlah supermarket dan outlet oleh para wisatawan yang berkunjung di kota kecil ujung barat NTT itu.
Kopi La Bajo yang saat ini sudah tersebar luas di berbagai tempat penjualan di Labuan Bajo itu diproduksi di Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai.
Pemilik Kopi La Bajo Wemmi Sutanto, Selasa (14/3/2017) mengatakan membangun usahanya itu hingga terkenal telah menghabiskan modal Rp 70 juta.
Modal itu untuk membeli mesin goreng kopi dan biji kopi. Biji kopi ia beli dari kelompok tani yang ada di Manggarai Raya (Manggarai, Mabar, dan Manggarai Timur).
Wemmi mengaku, sebelumnya dari tahun ke tahun Kopi La Bajo hanya laku 200 kilogram setiap bulannya di pasaran.
Sedangkan, tahun 2017 hasil penjualannya melambung tinggi. Ia laku terjual 1 ton per bulannya dalam bentuk 4.000 kemasan ¼ Kg.
“Saat ini, keuntungan setiap bulan dari hasil jual Kopi La Bajo 1 ton itu sebanyak Rp 50 Juta. Di luar biaya operasional dan gaji 25 karyawan yang mengurus Kopi La Bajo,’’ tutur Wemmi.
Selain menjual di Labuan Bajo, Kopi La Bajo juga dijual di sejumlah mall dan supermarket di Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur.
Di Surabaya di jual di Ranch Maket Galaxy Mall, Ranch Market Graha Fammily, Ranch Market Basuki Rahmat, Farmer Market Grand City, Bonet Supermarket, Bilka, Transmart Rungkut, Green Grocer serta sejumlah Carrefour.
“Yang menjadi unggulan dari Kopi La Bajo adalah 100 % kopi murni dari bahan baku yang terpilih dari Kopi milik masyarakat Manggarai sendiri,’’ kata Wemmi.
Dia mengatakan Juli 2017 mendatang, Kopi La Bajo akan menjajah pasar di Bali-Denpasar, Jakarta dan Manado. Pencinta Kopi La Bajo yang ada di tiga kota terbesar di Indonesia itu dapat membeli di sejumlah Mall dan mini market.
Sementara bulan April 2017, bertempat di Bandara Komodo akan diresmikan Cafe khusus Kopi La Bajo. Selanjutnya akhir Tahun 2017 akan ada restorant di Labuan Bajo yang menyajikan minuman Kopi La Bajo dan makanan khas Manggarai lainnya.
“Sejumlah Hotel di Labuan Bajo saat ini, menyajikan Kopi La Bajo untuk minuman pagi para tamu saat berada di hotel,’’ kata Wemmi.
Teruskan Bisnis Orangtua
Pada tahun 1990, Hery Sutanto dan Wanti Susilo, kedua orangtua Wemmi Sutanto menjual Kopi Manggarai dalam bentuk tepung kopi. Kala itu mereka mengemasnya dalam plastik bening dan dijual di Toko Aneka yang beralamat di Jalan Katedral No.29 Ruteng, Manggarai.
Bisnis jual tepung kopi dalam kemasan plastik tersebut terus digeluti oleh Hery Sutanto bersama istrinya sampai tahun 2010. Sehingga, pada tahun 90-an, rata-rata orang yang ke Ruteng pasti membeli kopi di Toko Aneka.
Membaca peluang bisnis tepung kopi, Wemmi Sutanto kemudian meneruskan pada tahun 2013.
Awalnya Wemmy Sutanto menamakan Kopi tepung tersebut dengan nama “Kopi Cero”. Belakangan Kopi Cero diberi hak paten dengan Nama La Bajo.
Kopi Cero adalah pengolahan kopi sebutan orang Manggarai yakni menggoreng dengan mengunakan alat tradisional. Kopi digoreng dengan mengunakan tacu (kuali) yang terbuat dari tanah liat.
“Nama Kopi Cero tidak diterima oleh lembaga yang memberikan hak paten di Jakarta dengan alasan nama Kopi Cero sudah dimiliki oleh orang Italia,’’ ujarnya.
Wemmi mengaku, ia memilih nama Kopi La Bajo karena Labuan Bajo sudah semakin terkenal di mata nasional dan internasional.
“Sehingga, jika wisatawan ke Labuan Bajo pasti mereka mengenal Kopi La Bajo. La Bajo berasal dari Kata Labuan Bajo,” jelas Wemmi.
Biji Kopi La Bajo kata dia, berasal dari kelompok tani yang ada di Manggarai Raya seperti Cibal, Colol, Golo Welu dan Tentang.
Kopi yang diolah merupakan biji kopi pilihan terbaik. Para petani yang menjual kopinya diberi pelatihan. Itu terutama cara mengelolah kopi, mulai dari petik hingga pengeringan.
Hal tersebut dibuat agar harga kopi biji yang dijual ke La Bajo berbeda dengan harga di pasaran.
‘’Permintaan Kopi La Bajo setiap tahun semakin meninggkat. Pada tahun 2017 direncanakan Kopi La Bajo akan memproduksi 2 ton/bulan. Pemasaran yang paling tinggi Kopi La Bajo ada di Kota Surabaya, Jakarta dan Labuan Bajo,’’ kata Wemmi.
Dari kopi tepung yang dikemas dalam plastik biasa. Kini, Kopi La Bajo dikenal secara nasional.
“September 2016 lalu, Kopi La Bajo sudah mengikuti Festival Kopi Flores di Jakarta. Sehingga, saat ini wisatawan yang datang di Labuan Bajo pasti membeli Kopi La Bajo dan tagline Kopi La Bajo “Dari Flores untuk Indonesia” sudah semakin dekat akan terwujud,’’ kata Wemmi. (Gerasimos Satria/VoN)