Borong, Vox NTT- Jembatan darurat yang terbuat dari kayu di kali Wae Pina Rangkat sudah sangat berjasa bagi warga.
Titian yang lebarnya sekitar 1,5 meter itu menghubungkan desa Lidi dan Bea Ngencung di Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur.
Jembatan kayu tersebut dikabarkan sudah sangat membantu akses transportasi bagi warga desa Lidi dan Bea Ngancung.
Setiap hari, siswa maupun guru SD dan SMP melintasinya menuju sekolah masing-masing.
Demi mendapat ilmu, anak-anak sekolah dengan berani melintasi titian. Begitu pun para guru. Semangat mereka tidak pernah pupus demi tugas mencerdaskan anak negeri.
Selain itu, ada petugas kesehatan yang mengabdi di puskemas di desa Lidi dan Bea Ngecung hampir setiap hari melintasi titian penuh jasa tersebut.
Mesti harus melintasi jembatan kayu, mereka tidak putus asa demi melayani masyarakat setempat.
Warga desa Lidi dan Bea Ngencung bila menjual hasil komoditi menuju Borong ibu kota Kabupaten Manggarai Timur harus melintasi jembatan kayu itu. Karena tidak ada jalan lain.
Maksimul Daisal, warga desa Bea Ngencung saat ditemui VoxNtt.com di Borong, Kamis (09/08/2018), mengatakan titian di kali Wae Pina Rangkat dibuat secara swadaya oleh masyarakat satu tahun yang lalu.
“Kami buat jembatan kayu itu dengan gotong royong. Demi anak sekolah, guru, petugas kesehatan, dan kerja petani di dua desa ini. Ini penopang hidup kami pak,” katanya.
Maksi menuturkan, titian di kali Wae Pina Rangkat menjadi penghubung utama akses transportasi menuju kota Borong.
Warga terpaksa harus berjalan di atas titian jika hendak menjual hasil komoditi di Borong.
Kata dia, titian di kali Wae Pina Rangkat tidak bisa dilalui mobil. Ia hanya bisa dilewati kendaraan roda dua dan pejalan kaki.
“Motor bayar 10 ribu tiap kali lewat. Kalau pergi pulang satu motor itu 20 ribu,” kata Maksi.
Dia menambahkan, saat musim hujan, mobil tidak bisa melewati kali Wae Pina Rangkat karena banjir.
Bahkan, musim kering juga menunggu jam 1-2 baru bisa melewati kali Wae Pina Rangkat. Itu karena air laut pasang tembus di jalur yang bisa dilewati warga dan kendaraan.
Maksi mengatakan, sebelumnya di kali Wae Pina Rangkat ada jembatan permanen.
Jembatan permanen dibangun sekitar 40 tahun lalu oleh Pastor Hans Runkel dari Jerman. Saat membangun jembatan, Pastor Hans menjabat sebagai pastor paroki Nanga Lanang.
Namun, jembatan permanen yang dibuat Pastor Hans sudah rusak. Warga terpaksa membuat titian agar masih bisa melewati kali Wae Pina Rangkat.
Butuh Perhatian Pemerintah
Tokoh muda asal desa Lidi, Theodorus Pamput saat diminta komentarnya mengatakan, warga desa Lidi dan Bea Ngencung sangat membutuhkan perhatian Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur.
Kata dia, kondisi infrastruktur menuju dua desa di kecamatan Rana Mese itu sangat memprihatinkan karena minimnya perhatian pemerintah.
“Selama ini kondisi daerah di sebelah Wae Musur yang muncul di media massa serba sedih dan parah. Sebenarnya Pemda Matim harus buka mata melihat kondisi itu,” ujar Theo.
Theo juga meminta anggota DPRD dari Dapil Rana Mese untuk memperjuangkan kondisi dan aspirasi masyarakat sebelah Wae Musur, khususnya desa Lidi dan Bea Ngencung.
“Kalau pergi reses di akar rumput itu jemput aspirasi bukan malah pergi omong besar dengan janji manis kepada masyarakat,” tegas Theo.
Penulis: Nansianus Taris
Editor: Ardy Abba