Borong, VoxNTT- Pengamat sosial politik asal Undana Kupang, Lasarus Jehamat menilai roda pemerintahan Agas Andreas dan Stefanus Jaghur di Kabupaten Manggarai Timur (Matim) akan ditantang oleh budaya “kapu manuk”.
Kapu Manuk adalah salah satu budaya Manggarai, yakni menggunakan ayam sebagai simbol adatnya. Dalam konteks kepemimpinan ini, kapu manuk dapat diterjemahkan meminta sesuatu secara adat Manggarai.
Dalam laporan tertulis yang diterima VoxNtt.com, Jumat (18/1/2019), Lasarus mengatakan budaya kapu manuk sebenarnya baik jika ditempatkan pada porsinya.
“Soal besar di Matim itu, pegawai rekrut karena tradisi kapu manuk itu,” ungkapnya.
“Masyarakat membawa ayam ke pejabat berwenang dan karena itu anaknya diterima bekerja di kantornya atau kantor yang lain,” tambah Lasarus.
Dosen sosiologi Undana Kupang itu juga menilai, efek politik balas jasa menjadi tameng dalam perekrutan pegawai di lingkup pemerintahan Matim.
“Nah, masyarakat tidak mungkin datang membawa tuak dan ayam kalau sebelumnya mereka tidak mendukung paket tertentu di sana,” katanya.
Lasarus sendiri tidak mempersoalkan perekrutan THL yang tidak berpendidikan sarjana.
Baca Juga: Pengamat: Perekrutan THL di Matim Menjadi Ruang Balas Jasa
Intinya, kata dia, semua bekerja sesuai fungsinya dan praktik penilaian kerja berbasis meritokrasi.
Kendati demikian, kata Lasarus, penempatan pegawai yang tidak sesuai bidang masih banyak ditemukan.
Walau berimplikasinya pada kinerja yang pegawai jeblok, sambung dia, anehnya fenomena seperti itu tetap dibiarkan dan bahkan dipelihara.
“Prinsip the right man on the right place tidak berlaku di Matim,” tuturnya.
Menyikapi hal itu kata dia, sangat tergantung pada keberanian Ande dalam menata birokrasi di Matim.
“Meski untuk sampai ke sana, hemat saya masih sulit. Sebab, kita hidup dalam budaya politik tradisional,” tukasnya.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba