Atambua, Vox NTT- Sikap Kepolisian Resort (Polres) Belu terkesan “tutup mulut” seputar penanganan kasus pasangan suami istri yang membawa 4.874 pil ekstasi ke NTT.
Polres Belu bahkan enggan memberi informasi kepada publik terkait perkembangan penanganan kasus tersebut.
Polisi juga tampak menghindari wartawan yang ingin mendapatkan informasi seputar penanganan kasus yang melibat pasutri asal Negara Timor Leste itu.
Sejak Kamis pagi (30/05) hingga Sabtu sore (01/06), awak media di Atambua kesulitan untuk mengumpulkan informasi terkait identitas suami istri yang ditangkap dari pihak Kepolisian.
Pada Kamis siang, VoxNtt.com bersama sejumlah awak media di Atambua mencoba menemui Kasat Reskrim Polres Belu AKP Ardyan Yudo untuk menanyakan perkembangan penanganan kasus itu.
Namun, AKP Ardyan mengatakan keterangan pers akan disampaikan langsung oleh Kapolres Belu AKBP Christian Tobing, setelah dia tiba di Atambua.
“Sore akan ada press release. Kapolres masih di Kupang, sebentar lagi akan tiba. Kami sementara siapkan bahan-bahan untuk jumpa pers,” terang AKP Ardyan.
Namun demikian, hingga sore hari tidak ada informasi terkait akan dilaksanakannya jumpa pers.
Pada Sabtu pagi hingga sore hari, sejumlah pekerja media menunggu seharian di Mapolres Belu.Namun tidak berhasil menemui Kapolres Tobing.
Pesan yang dikirim melalui pesan WhatsApp yang isinya menanyakan tentang perkembangan kasus dimaksud pun tidak direspon Kapolres Tobing.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, Kapolres Tobing sementara mengantar tamu, sehingga wartawan diminta untuk menunggu.
Terpisah, Kepala Badan Nasional Narkotika Kabupaten (BNNK) Belu, Ferdinandus Bone yang dikonfirmasi wartawan mengatakan, sejauh ini pihaknya belum bisa memberikan statement.
Statemen dari BNNK Kabupaten Belu baru akan diberikan apabila sudah ada informasi resmi dari Polres Belu.
Hal itu lantaran kasus tersebut saat ini ditangani pihak Polres Belu.
Ferdinandus menambahkan, pihaknya akan terus melakukan peningkatan pengawasan dan koordinasi dengan stakeholder terkait.
Namun demikian, ia mengaku kendala yang dihadapi adalah keterbatasan fasilitas dan personel.
“Kendala kita masih terbatasnya personel di batas Motaain, baik jumlah maupun kualitas, serta sarana pendukung di mana kita masih mengandalkan informasi yang sifatnya manual. Kita belum memiliki sarana IT yang lebih baik,” jelas Ferdinandus.
Penulis: Marcel Manek
Editor: Ardy Abba