Ruteng, Vox NTT- Sejumlah kader Pergerakan Mahasiswa Manggarai (PMM) bersama masyarakat Wae Pesi dan Kali Reba menggelar aksi unjuk rasa di Reok, Kecamatan Reok, Manggarai NTT, Selasa (11/06/2019).
Aksi yang berlangsung sejak pukul 10.00 Wita itu untuk menagih janji PT Menara Armada Pratama kepada masyarakat yang tidak terealisasi.
Jendral lapangan aksi, Hanif dalam orasinya mengatakan, kehadiran PT Menara Armada Pratama yang berdirinya kurang lebih 20 tahun tidak memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.
Ia mengaku kehadiran perusahan untuk menggiling batu pembuatan aspal tersebut justru memberikan dampak buruk bagi masyarakat.
Menurut Hanif, saat PT Menara Armada Pratama berproduksi, masyarakat setempat harus menutup pintu rumahnya lantaran debu dan polusi yang tak terbendung. Debu malah tetap masuk ke rumah melalui fentilasi rumah.
“Tak sedikit tanaman di sekitar mati di mana tanaman itu untuk mereka jual agar dapat bertahan hidup,” pungkas Hanif.
Ia mengaku janji dari PT Menara Armada Pratama untuk melakukan cek kesehatan dua kali dalam satu tahun. Namun sampai sekarang tidak terealisasi.
Pembiaran debu, kata Hanif, akan mengakibatkan penyakit paru-paru, terganggunya pernapasan dan dapat berdampak buruk terhadap anak-anak dan ibu hamil.
Bahkan sampah padat dan cair dari perusahan itu langsung buang ke sungai. Sehingga masyarakat di sekitar perusahan tidak dapat menggunakan air sungai.
“Padahal selama ini air sungai tersebut digunakan untuk minum, cuci, dan mandi sekarang tidak dapat lagi digunakan, sangat ironis bukan,” tegasnya.
Hanif menegaskan sesuai keputusan konsollidasi pihaknya akan memboikot PT Menara Armada Pratama apabila direktur perusahan tersebut tidak menemui massa aksi.
Ia mengatakan, sudah memboikot perusahan tersebut, sehingga tidak dapat beroperasi sampai hari yang ditentukan.
Direktur PT Menara Armada Pratama harus datang menemui masyarakat. Itu masyarakat kecewa banyak janji perusahan itu yang tidak terealisasi.
“Kami akan kawal ketat kasus ini sampai tuntutan rakyat dapat terpenuhi sehingga tidak ada diskriminalisasi yang dilakukan oleh PT terhadap masyarakat Wae Pesi dan Kali Reba,” tutup Hanif.
Penulis: Pepy Kurniawan
Editor: Ardy Abba