Mbay, Vox NTT- Pagelaran budaya dan tradisi masyarakat Nagekeo dalam kemasan Festival Literasi tahun 2019 secara resmi telah usai, Minggu (30/09/2019).
Puncak acara Literasi Kabupaten Nagekeo tahun 2019 ditutup dengan parade 1000 Periuk Tanah dalam kemasan festifal “Esu Kose” di Lapangan Berdikari Danga.
Sejak dibuka pada 27 September, Festival Literasi telah mempertontonkan sejumlah pertunjukkan budaya dalam bentuk tarian kolosal mengangkat sistem peradaban Nagekeo di tengah era modernisasi yang kian pesat.
Ritual kearifan lokal dipertunjukkan di atas pentas panggung utama di tempat itu. Ada juga pameran buku dan tawaran kuliner lokal telah menunjukkan bahwa Nagekeo memang kaya akan budaya warisan yang patut dijaga melalui literatur.
Parade “Esu Kose” misalnya. Dalam bahasa lokal Nagekeo Esu berarti bertanak nasi dalam tembikar tanah dengan sumber api dari arang. Sedangkan Kose adalah kepandaian meramu daging yang dipanggang di dalam media bambu.
Parade 1000 Periuk Tanah melibatkan ibu-ibu dan wanita dari lima desa di Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo.
Dengan titik start di depan kantor Bupati Nagekeo, mereka mengarak periuk tanah menuju panggung utama di Lapangan Berdikari Danga sejauh 2 Kilometer.
Di depan pengusung periuk tanah ada drum band siswa siswi SMAK St. Fransiskus Xaverius Boawae, disusul barisan paguyuban Jawa yang juga ikut memeriahkan Festival Literasi Nagekeo dengan pertunjukkan Kuda Lumping.
Malam penutupan Festival Literasi sekaligus menjadi momentum pengukuhan Nagekeo sebagai kabupaten Literasi pertama di Provinsi NTT yang dilakukan oleh Kepala Perpustakaan Nasional, Muhamad Shyarif Bando.
Penulis: Patrick Romeo Djawa
Editor: Ardy Abba