Betun, Vox NTT- Likurai adalah tarian khas asal Malaka. Dalam sejarahnya, tarian ini dipentaskan saat menjemput para pahlawan perang yang telah memenangkan sebuah pertempuran.
Maknanya adalah sebuah ungkapan atau luapan kegembiraan para wanita yang menjemput pahlawan mereka, yang dengan gagah berani bertempur di medan perang.
Tarian Likurai ini sudah menjadi tariam khas Malaka yang di zaman modern ini. Biasanya ia dipentaskan saat-saat upacara kemenangan, syukuran kebahagiaan dan acara-acara terhormat lainnya.
Saat ini, tarian Likurai terus dikembangkan dan dilestarikan kelompok pencinta budaya. Salah satunya, komunitas Sanggar Tari Ikatan Mahasiswa Kanokar Liurai Malaka (Itakanrai) Kupang.
Bertepatan dengan hari pahlawan, 10 November 2019, Itakanrai Kupang mementaskan tarian Likurai. Pementasan berlangsung dalam acara ‘Malam Minggu Kebangsaan Mengenang Hari Pahlawan’ di Taman Nostalgia Kupang, Sabtu (09/11/2019) malam.
Acara ‘Malam Minggu Kebangsaan Mengenang Hari Pahlawan 10 November 2019’ ini dimotori oleh Gerakan Pemuda Penjaga Kesatuan Bangsa.
Ketua umum Itakanrai Kupang Jho Kapitan mengaku, komunitasnya tampil dengan tarian Likurai saat acara itu. Pementasan tarian Likurai, kata dia, sekaligus merefleksikan kembali sejarah panjang yang terjadi pada 10 November 1945.
Jho menjelaskan, tarian Likurai pada hakekatnya adalah tarian kemenangan. Pada zaman dahulu, leluhur Malaka menari Likurai untuk menyambut para pahlawan perang.
“Untuk itu, bertepatan dengan 10 November sebagai Hari Pahlawan ini, kami dari Sanggar Tari Itakanrai Kupang, ikut mengenang dan menghormati para pahlawan perang Indonesia,” kata Masiswaha Undana asal Babotin ini kepada VoxNtt.com, Sabtu malam.
Sementara itu, Pelatih Sanggar Tari Itakanrai Kupang Natalia Seran mengungkapkan eksistensi komunitas itu adalah bentuk pelestarian budaya khas Malaka.
“Lewat Tarian Likurai ini kami hadir untuk menjaga dan merawat bangsa yang sudah didirikan oleh para pejuang terdahulu. Selain itu yang paling penting adalah mempromosikan budaya lokal khas Malaka,” ungkap Natalia saat dihubungi melalui pesan WhatsApp-nya.
Penulis: Frido Umrisu Raebesi
Editor: Ardy Abba