Ende, Vox NTT-Hujan disertai angin kencang melanda wilayah Timur Kabupaten Ende, Flores, NTT selama sepekan awal Tahun 2020. Akibatnya, bangunan sekolah terancam longsor dan roboh ditindis pohon.
Peristiwa tersebut diketahui awak media saat kunjungan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Ende Mathildis Mensi Tiwe pada Selasa (14/01/2020).
Misalnya, Tembok Penahan Tanah (TPT) di SMP Katolik Wolotolo, Kecamatan Detusoko yang sudah nyaris roboh akibat longsor.
Tembok tersebut dibangun untuk menahan satu ruangan di tepi sungai. Jika tidak ditangani segera, maka tembok maupun bangunan tersebut terbawa longsor.
“Ya, terjadi baru-baru ini pak. Memang kita khawatir kalau misalkan tidak ditangani segera maka bisa dibawa longsor,” tutur Kepala SMPK Wolotolo Titus Mana kepada wartawan.
“Kalau dilihat memang sudah sangat rawan. Di sisi belakang mesti dibangun tembok penahan tanah,” sambung dia.
Menanggapi itu, Mathildis meminta pihak sekolah untuk membuat laporan tertulis kepada pemerintah sebagai akibat dari bencana.
Usulan Mathildis agar proses kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak terganggu. Apalagi dalam persiapan mengikuti Ujian Nasional (UN).
Hal serupa juga ia sarankan kepada pihak sekolah di SMP Negeri 2 Wolowaru, di mana atap bangunan roboh ditindas pohon besar.
Ia menekankan agar setiap sekolah di Ende yang kini telah terancam bencana alam segera merilis atau membuat kronologis secara tertulis kepada pemerintah.
“Jadi dibuat dulu laporan tertulisnya, kapan terjadi, apa-apa saja kerusakan. Harus secepat mungkin supaya proses KBM tidak terganggu,” kata Mathildis.
“Ingat bahwa UN akan segera dilaksanakan. Jadi segala peristiwa alam yang terjadi di sekolah harus dirilis dan dikirimkan ke pemerintah,” tegas dia.
Disaksikan VoxNtt.com, ruang kelas IX A dan ruang kelas VII C pada SMP Negeri Wolowaru hingga kini tidak digunakan. Hal itu akibat dari patahan pohon besar yang menindas atap bangunan hingga roboh.
Kepala SMP Negeri Wolowaru, Maria Yasinta Suku menerangkan bahwa ruang yang tidak digunakan itu adalah laboratorium yang dialihfungsikan menjadi ruang kelas sebelum terjadi musibah. Hal itu lantaran akibat dari kekurangan ruangan untuk proses KBM.
“Jadi, kita bersyukur karena musibah terjadi saat sekolah masih libur. Kita juga waspadai ada beberapa pohon besar dikelilingi sekolah,” katanya.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba