Labuan Bajo, Vox NTT- Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Ruteng bersama masyarakat Wae Sano menggelar aksi di depan Kantor DPRD dan Bupati Manggarai Barat (Mabar), Senin (02/03/2020).
Aksi yang digelar PMKRI Ruteng dan masyarakat Wae Sano merupakan bentuk protes terhadap rencana Pemerintah Pusat yang ingin mengembangkan proyek Panas Bumi (Geothermal) di Wae Sano.
Ketua PMKRI Ruteng Ignasius Padur mengatakan, tahun 2017 melalui Keputusan Menteri ESDM, Pulau Flores ditetapkan menjadi Pulau Panas Bumi.
Potensi Panas Bumi di Flores kata Padur, tersebar di- 16 titik. Salah satunya di Desa Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat.
Padur mengatakan sejak awal, proyek Gheothermal yang dikerjakan oleh PT SMI mendapat penolakan dari masyarakat.
“PT SMI tidak obyektif dalam menganalisis dan mengkaji dampak negatif dari proyek Geothermal di Wae Sano. Hal itu terbukti dari awal PT SMI mengatakan masyarakat akan dievakuasi, karena ada penolakan dari masyarakat, tiba-tiba PT SMI dengan gampangnya mengatakan tidak akan ada evakuasi. Kajian seperti apa itu,” ujar Padur saat berorasi di depan kantor Bupati Mabar.
Ia bahkan menyebut, proyek Geothermal akan membuat konflik sosial terjadi di Wae Sano.
“Dalam proyek ini ada masyarakat yang setuju dan ada yang menolak. Ini pasti akan menimbulkan konflik sosial antara masyarakat pro dan kontra. Masyarakat dan pemerintah. Itu pasti terjadi,” lanjut Padur.
Karena itu ia meminta agar Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat untuk menghentikan rencana pengembangan proyek Geothermal di Wae Sano.
Menanggapi tuntutan PMKRI Ruteng dan masyarakat Wae Sano, Bupati Mabar Agustinus Ch Dula mengatakan tidak bisa menghentikan proyek Geothermal di Wae Sano.
“Ini program pusat, kita bagian dari NKRI. Sehingga jika mau menghentikan itu susah. Saya punya alasan kenapa tidak saya hentikan. Dan pembangunan ini dalam rangka pemanfaatan panas bumi. Karena Flores sudah dipilih menjadi kawasan panas bumi,” ungkap Dula saat beraudiensi dengan PMKRI Ruteng dan warga Wae Sano di ruangan kerjanya.
Dula mengajak PMKRI dan masyarakat Wae Sano untuk melihat lingkup Manggarai Barat. Dia akan tetap ngotot pembangunan itu dilanjutkan.
“Kita jangan dulu lihat Indonesia secara keseluruhan. Lihat dulu lokal. Lihat Manggarai Barat NTT. Saya juga ngotot membangun ini bukan karena saya mendapat uang. Dan rata-rata semua pembangunan itu persepsinya seperti itu. Saya nyatakan tidak,” tegas Dula.
Dula menegaskan pembangunan itu tidak akan merusak lingkungan seperti tambang.
“Saya sudah lihat semuanya. Dan itu bagus. Karena mereka sudah paparkan ke saya dan sosialisasi. Jadi tidak ada alasan bagi saya menolak,” tutup Bupati yang berpasangan dengan Maria Geong itu.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba