Ruteng, Vox NTT- Meski beberapa kali didatangi orang untuk membujuk agar menyerahkan lahannya kepada perusahaan semen, namun tidak membuat hati Isfridus Sota (54) luluh.
Isfridus tetap bersikukuh untuk menolak lahannya diobrak-abrik oleh investor dalam rangka membangun pabrik semen.
Isfridus adalah salah satu dari dua kepala keluarga (KK) di Kampung Lingko Lolok, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang menolak kehadiran PT Singa Merah dan PT Istindo Mitra Manggarai.
Dua perusahaan itu dikabarkan akan memroduksi semen di Kampung Lingko Lolok dan Luwuk, Desa Satar Punda.
“Bagaimanapun bentuknya, saya punya tanah tidak boleh diganggu,” tegas Isfridus kepada sejumlah awak media di kebunnya, Kamis (16/04/2020) siang.
Ia menegaskan, tekad penolakannya sudah bulat dan berjanji untuk tidak akan tergiur sedikit pun dengan rayuan untuk menyerahkan lahan kepada perusahaan semen. Sebab bagi dia, tanah adalah “piring nasi” keluarganya.
“Kalau memang kamu datang bujuk saya untuk pro perusahaan, saya memang bersikeras untuk tolak,” kisah Isfridus ketika ada orang datang ke rumahnya untuk membujuk agar setuju dengan perusahaan semen.
Baca:
Timbang Untung dan Buntung Pabrik Semen Lingko Lolok
Suatu ketika, Isfridus pernah didatangi pria bernama Alo Dali dari Satarteu, Desa Satar Punda. Alo, kata dia, mengajaknya untuk segera menyetujui kehadiran perusahaan sembari menyampaikan alasan bahwa Bupati Manggarai Timur Agas Andreas meneleponnya. Konon, Bupati Agas dalam telepon dengan Alo menyampaikan bahwa secepatnya mengajak Isfridus agar pro dengan perusahaan semen.
“Saya bilang yang pro, pro. Yang kontra, kontra. Saya tidak mau pro, saya bilang,” tutur Isfridus saat menjawabi Alo Dali dari Satarteu.
Apalagi, kata Isfridus, tanah tidak akan berkembang, sementara manusia terus bertumbuh. Lingko Lolok pun bagi Isfridus adalah kampung bersejarah karena dengan susah payah dibangun oleh nenek moyang mereka.
“Jadi kami ke barat sudah ada orangnya di barat. Kami ke timur sudah ada orangnya di timur. Demikian juga ke utara, sudah ada orangnya dan ke laut sudah dibatasi, jadi kami mau ke mana lagi,” tandas pria empat anak ini.
Sementara Efridus Suhardi salah satu warga Kampung Luwuk yang pro terhadap pabrik semen sempat bersitegang dengan para awak media.
Ia bahkan sempat melarang para wartawan untuk mewawancarainya.
Baca:
Tiap KK Panen 10 Juta, Langkah Hukum “Senjata Andalan” Warga Lingko Lolok Diaspora
“Tidak usah wawancara itu, kami tidak suka itu,” tegas Suhardi saat ditemui di kediamannya, Jumat siang.
“Kami tidak tahu luas lahan yang akan dijadikan pabrik. Kami masyarakat tidak tahu apa-apa. Situasi di kampung ini aman-aman saja,” katanya.
Meski demikian, situasi bersitegang itu tidak berlangsung lama. Ia kemudian mengungkapkan alasan sikapnya yang menerima kehadiran pabrik semen.
Suhardi menyatakan, mungkin tujuan perusahaan semen hadir di wilayah itu untuk membuka lapangan kerja.
“Tapi kami tidak tahu selanjutnya. Kalau itu semua membawa kebaikan, untuk apa tidak terima,” tandasnya.
Soal penolakan, kata dia, tergantung pribadi masing-masing. Tetapi dia sendiri sudah menyiapkan lahannya 1 hektare untuk kemudian diserahkan ke perusahaan semen.
“Masih nego dengan perusahaan. Kami tidak tahu pasaran harga tanah, yang kami tahu harga kayu (kayu api) satu ikat 1000,” kata Suhardi saat ditanya harga tanahnya.
Ia menambahkan, rata-rata warga Kampung Luwuk berprofesi sebagai petani. Sebab itu, di balik kehadiran pabrik semen diharapkan bisa membuat kehidupan yang lebih baik.
Pernah Bertemu Bupati Agas
Kepala Desa Satar Punda Fransiskus Hadilaus mengaku, baik warga Kampung Luwuk maupun Lingko Lolok yang pro terhadap kehadiran pabrik semen pernah bertemu Bupati Manggarai Timur Agas Andreas.
Pertemuan itu berlangsung di Kampung halaman Bupati Agas di Cekalikang, Kecamatan Poco Ranaka.
Saat ke Cekalikang, kata Kades Fransiskus, ia sendiri yang mendampingi 28 warga Kampung Luwuk untuk bertemu Bupati Agas. Sedangkan untuk warga Lingko Lolok yang datang bertemu sebelumnya tidak didampingi Kades Fransiskus.
“Yang pertama, warga Kampung Luwuk menyampaikan kepok (acara adat permintaan) kepada Pa Bupati bahwa mereka terima kehadiran pabrik semen. Kepok-nya ke Pa Bupati bahwa kehadiran pabrik di Luwuk kami terima,” terang Kades Fransiskus saat ditemui di kediamannya di Satarteu, Jumat (27/04/2020) sore.
Saat ke-28 warga Luwuk bertemu di kediaman pribadi Bupati Agas, kata dia, tidak ada pihak perusahaan yang mendampingi. Unsur pemerintah yang lain pun tidak ikut dalam pertemuan tersebut.
Menurut Kades Fransiskus, respon Bupati Agas saat itu sepertinya menerima permintaan warga Luwuk. “Dia bilang ya, apapun yang menjadi keputusan bapa, kami sebagai pemerintah terima. Soal tuntutan-tuntutan tergantung bapa,” terang dia meniru respon Bupati Agas di hadapan warga Luwuk.
Kades Fransiskus sendiri juga tidak mengetahui siapa yang menginisiasi pertemuan antara warga Luwuk dengan Bupati Agas di Cekalikang tersebut.
“Saya tidak tahu apakah Pa Bupati yang undang atau orang Luwuk yang punya inisiatif. Tetapi saya tiba-tiba diajak paginya, mereka pakai oto cold (bus kayu)
mereka pakai oto cold, jadi tiba-tiba mereka (warga Luwuk) ajak saya. Saya ikut saja, saya dampingi,” jelas Kades Fransiskus.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan Bupati Agas berhasil dikonfirmasi. Pihak PT Singa Merah dan PT Istindo Mitra Manggarai pun demikian.
Pada Jumat (17/04/2020) sore, para awak media menyambangi Kantor PT Istindo Mitra Manggarai yang berlokasi di Reo, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai.
Para awak media tiba di kantor itu sekitar pukul 17.00 Wita untuk mengonfirmasi seputar rencana pendirian pabrik semen di Kampung Lingko Lolok dan Luwuk.
Para awak media yang diperkenankan masuk ke ruangan tamu berusaha menunggu sekitar satu jam lebih.
Sayangnya di sana tidak berhasil bertemu dengan pimpinan perusahaan itu. Hanya ada beberapa karyawan yang mengaku tidak berhak menyampaikan tanggapan atas nama perusahaan, kecuali pimpinan.
Baca:
PADMA Indonesia Pertanyakan Rencana Pabrik Semen di Lingko Lolok
Seorang pekerja menginformasikan bahwa pimpinan mereka menginap di hotel. Ia juga enggan menyebutkan nama hotel, tempat pimpinannya inap.
Meski demikian, karyawan itu berjanji akan memberitahukan ke pimpinannya dan menyuruh para awak media untuk datang kembali ke kantor itu keesokan harinya, Sabtu (18/04/2020) pagi.
Pada Sabtu pagi, para awak media pun kembali mendatangi kantor itu. Terpantau, pintu gerbangnya ditutup rapat dan kantor tampak sepi. Di luar kantor juga tidak ada papan nama perusahaan.
Setelah beberapa saat menunggu, ada dua karyawan menghampiri pintu gerbang. Keduanya hanya berdiri di balik pintu gerbang yang sedang dikunci.
“Mereka tidak masuk,” kata pria yang mengaku bernama Budi seorang mekanik di PT Istindo Mitra Manggarai dari balik pintu gerbang.
Baca:
Janji Bupati Agas di Balik Rencana Pabrik Semen Lingko Lolok Omong Kosong
Sebagai informasi, PT Singa Merah akan menggandeng PT Istindo Mitra Manggarai untuk pabrik semen di Luwuk dan Lingko Lolok.
Dilansir dari berbagai sumber, PT Istindo Mitra Manggarai diduga salah satu perusahaan yang pernah mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi mangan dengan luas 736,30 hektare dan berlaku hingga 2017. IUP dikabarkan diberikan oleh Pemkab Manggarai Timur.
Penulis: Ardy Abba