Mbay, VoxNtt.com-Kepala Desa Aeramo, DBD, baru-baru ini menjadi buah bibir masyarakat karena diduga mengirimkan dan memamerkan foto kelaminnya kepada MS, seorang Ibu rumah tangga.
Kasus ini kemudian menimbulkan reaksi protes dari warga Desa Aeramo yang tergabung dalam forum peduli Aeramo (FPA) dengan melarang sang Kepala Desa untuk berkantor.
Korban MS juga telah melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian atas kejadian itu.
dr. Caroline Claudia, seperti dikutip dari Alodokter mengatakan orang yang kerap memamerkan alat kelamin kepada lawan jenis dengan maksud untuk mendapat kepuasan seksual disebut telah mengalami gangguan seksual ekshibisionisme.
Ekshibisionisme adalah suatu bentuk penyimpangan seksual dengan memamerkan alat kelamin di tempat umum, terutama ke lawan jenis, untuk mendapatkan kepuasan seksual. Sebagian besar pelaku ekshibisionisme adalah pria.
Belum diketahui secara pasti penyebab utama munculnya gangguan seksual ekshibisionisme ini. Ada sejumlah faktor yang memungkinkan seseorang mengalami gangguan seksual ekshibisionisme, meski masih dalam taraf penelitian lebih lanjut.
Faktor-faktor itu misalnya adanya faktor genetik dan neuropsikologis yang diduga disebabkan oleh gangguan pada otak penderitanya ketika masih berada dalam kandungan (janin).
Selain itu, faktor trauma masa kecil yang mungkin diakibatkan sebagai korban pelecehan seksual serta kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua juga dimungkinkan seseorang dapat mengalami gangguan seksual ekshibisionisme ini.
Faktor lain yang memungkinkan menjadi pemicu meningkatnya risiko penyimpangan perilaku ekshibisionisme, seperti memiliki kepribadian antisosial, penyalahgunaan alkohol, serta tak memiliki rasa percaya diri.
“Fantasi seksual yang menyimpang dapat menjadi salah satu bentuk mekanisme untuk mengatasi trauma masa kecil tersebut (coping mechanism)” tulis Dokter Caloline.
Namun, berbeda dengan kades Aeramo yang sudah memasuki usia tua, dokter Caroline mengatakan, gangguan seksual ekshibisionisme biasanya muncul pada usia 15 – 25 tahun dan mulai berkurang seiring bertambahnya usia.
Lebih lanjut, kata dr. Caroline, penderita penyimpangan seksual ekshibisionisme dapat diatasi dengan melakukan Psikoterapi, di mana penderitanya diberikan konseling bersifat spesifik seperti topik pernikahan dan keluarga. Ini dilakukan agar penderitanya dapat memperbaiki perilaku dan kemampuan berinteraksi secara sosial.
Selain psikoterapi, solusi lainnya dapat pula melalui terapi melalui pemberian obat-obatan penekan hormon dan obat antidepresi. Obat-obatan ini diharapkan mampu mengurangi dorongan seksual, sehingga perilaku seksual yang menyimpang pun dapat ditekan.
Penulis: Patrik Djawa
Editor: Irvan K