Ruteng, Vox NTT-Kampus Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng menampilkan pemandangan yang tidak biasanya. Kampus Katolik itu terlihat sunyi seperti rumah tanpa penghuni.
Kantor, ruang perkuliahan, tempat parkir, lapangan sepak bola hingga ruang perpustakaan tampak sepi tanpa ada manusia.
Pemandangan tidak biasa itu bermula saat salah seorang mahasiswa terpapar Covid-19 pada pertengahan September lalu.
Pihak kampus pun enggan mengambil risiko. Melalui instruksi bernomor 015/USP/R00/TPT05/P/9/2020 yang dikeluarkan oleh Rektor Unika Santu Paulus Ruteng, aktivitas perkuliahan tatap muka offline terpaksa diberhentikan. Itu semata untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Hingga kini, kampus Unika Ruteng masih terlihat sepi. Rektor belum mengeluarkan instruksi terbaru tentang pemberlakuan kuliah tatap muka offline. Semua perkuliahan masih dijalankan secara online tanpa perlu pergi ke kampus.
Apalagi, trend peningkatan kasus Covid-19 di daerah itu terus meningkat. Per Kamis, 22 Oktober 2020 jumlah penambahan pasien positif di Kabupaten Manggarai sebanyak 10 orang.
Jumlah itu menyebabkan dongkraknya akumulasi pasien Covid-19 di Manggarai yang totalnya sudah sebanyak 58 orang.
Rektor Unika Santo Paulus Ruteng Dr. Yohanes Servatius Lon, M.A, mengatakan, tahun ini kemungkinan kampus itu tidak mengadakan kegiatan asistensi Natal, mengingat jumlah peningkatan pasien Covid-19 semakin meningkat.
“Kemungkinan besar tidak diperbolehkan jika demikian kondisi pandemi covid-nya,” ujar Servatius melalui pesan WhatsApp kepada VoxNtt.com, Kamis (29/10/2020) sore.
Situasi itu membuat Agustinus Hermes Par, mahasiswa semester III Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian sedih.
Ia mengatakan, bulan Oktober dan November tahun 2020 ini sangat berbeda jauh dengan tahun sebelumnya.
Sebelumnya ketika memasuki bulan Oktober dan November menjelang perayaan Natal, ia sering mengikuti berbagai kegiatan di kampus itu.
Perayaan Natal, bagi dia, merupakan kesempatan bagi mahasiswa Unika Ruteng untuk merasakan langsung kehidupan umat.
Pengalaman itu menurut Agustinus, tidak ditemukan di kampus. Ia hanya menemukan ketika mengikuti kegiatan asistensi.
Pada bulan Oktober dan November menjelang perayaan Natal, kata dia, adalah momentum berkesan baginya dan mahasiswa lain. Momen itu tidak ditemukan di kampus-kampus lain yang ada di Indonesia.
Mahasiswa Unika Ruteng biasanya disibukkan dengan berbagai aktivitas kampus persiapan asistensi Natal dua bulan sebelum pelaksanaan. Itu seperti latihan koor untuk dibawakan ke setiap stasi dan paroki yang di Manggarai Raya. Bisa juga latihan drama untuk mengisi malam kesenian di tempat asistensi Natal.
Dikatakan, sebelum kegiatan pelatihan dimulai, ada banyak hal yang harus dilalui mahasiswa.
“Seperti misalnya adakan pertemuan kepanitiaan kegiatan. Antar surat permohonan kunjungan asistensi ke paroki atau stasi dan juga mencari pelatih dan organis yang kompeten untuk bisa melatih mahasiswa,” aku Agustinus.
Aktivitas itu, kata Agusnius, sudah membudaya di Kampus Unika Ruteng. Apalagi sudah didukung dengan kebijakan kampus yang memberlakukan kebijakan Sistem Kegiatan Ekstrakurikuler (SKE).
SKE turut mempengaruhi persentase nilai akademik mahasiswa. Yang jarang atau malas ikut kegiatan ekstrakurikuler secara otomatis mendapat nilai yang pas-pasan saja.
Apalagi kalau tidak didukung dengan nilai akademik yang mencukupi, maka bisa terbantu manakala nilai SKE-nya baik.
Kini kata Agustinus, aktivitas latihan seperti itu sudah tidak dilakukan di Kampus Unika Ruteng. Padahal Oktober dan November adalah bulan yang terhitung ramai karena diwarnai dengan berbagai kegiatan persiapan asistensi Natal.
Aktivitas perkuliahan tatap muka pun juga sudah dilakukan secara online dengan batas waktu yang tidak tentu.
“Hal itu bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” katanya.
Pria asal Desa Rangga, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat itu kemudian berharap agar badai pandemi Covid-19 segera berlalu.
Hal itu agar bisa melakukan perkuliahan tatap muka dan kegiatan lainnya dengan normal kembali.
“Semoga pandemi ini segera berlalu agar tidak ada kegiatan tatap muka yang terhalang,” tutupnya.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba