Kupang, Vox NTT- Ketua Dewan Pembina Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (PADMA) Indonesia, Gabriel Goa, meminta agar tidak terpancing dengan menuvernya Alexon Lumba yang melaporkan Ketua ARAKSI NTT, Alfred Baun ke Polda setempat.
Sebelumnya dikabarkan, Alexon Lumba melaporkan Alfred Baun ke Polda NTT atas dugaan pencemaran nama baik Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat.
Kabarnya, laporan tersebut atas kuasa dari Gubernur Laiskodat dalam kapasitas Alexon Lumba sebagai Kepala Biro Hukum Pemprov NTT.
BACA JUGA: Gubernur Viktor Lapor Ketua Araksi ke Polda NTT
“Publik jangan terpancing dengan manuvernya Alexon Lumba, SH, M.Hum yang melaporkan Ketua ARAKSI Alfred Baun ke Polda NTT atas kuasa dari Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, SH dalam kapasitas dia sebagai Kepala Biro Hukum Pemprov NTT,” ujar Gabriel melalui pesan WhatsApp-nya, Minggu (08/08/2021) malam.
Ia mengatakan, PADMA Indonesia menemukan beberapa kejanggalan yang mengarah pada maladministrasi dalam laporan tersebut.
Pertama, kata Gabriel, bukti Laporan Polisi (LP) di Polda NTT tertera pelapor atas nama Alexon Lumba, SH, Mhum sebagai pribadi, bukan sebagai Kepala Biro Hukum Pemprov NTT atas surat kuasa Gubernur NTT pada tanggal 26 Juli 2021.
“Di sini jelas beliau melaporkan Saudara Alfred Baun, Ketua ARAKSI atas nama pribadi bukan sebagai Kepala Biro Hukum atas aurat kuasa Gubernur NTT dan tidak dijelaskan dalam bukti LP surat kuasa Gubernur NTT,” tegas Gabriel.
Kedua, lanjut dia, surat panggilan Polda NTT kepada Fabian Latuan, Direktur utama media online Korantimor.com tertera LP terhadap Alfred Baun tertanggal 2 Juli 2021.
Hal ini menurut Gabriel, juga bukti dugaan maladministrasi yang dilakukan pihak Polda NTT, di mana tanggal LP-nya Alexon Lumba adalah pada tanggal 26 Juli 2021 bukan pada tanggal 2 Juli 2021.
“Kami juga menghargai saudara Fabianus Latuan yang belum memenuhi panggilan Polda NTT karena beliau taat pada UU Pers dan MoU antara Dewan Pers dan Mabes Polri terkait bukti karya jurnalistik harus taat pada UU Pers dan MoU,” tegas Gabriel.
BACA JUGA: Lapor Ketua ARAKSI, Pengamat: Karo Hukum Tidak Usah Baper
Ia menjelaskan, dalam UU Pers Nomor 40 Tahun 1999 diatur bahwa pihak yang merasa keberatan atas pemberitaan wajib untuk melakukan ‘Hak Jawab’ dan ‘Hak Koreksi’.
Apabila ‘Hak Jawab’ dan ‘Hak Koreksi’ tidak dimuat pers bersangkutan, maka bisa segera dilaporkan ke Dewan Pers bukan ke Polisi.
Selain itu pers juga taat pada Kode Etik Jurnalistik. Wartawan yang dipanggil menjadi saksi juga sudah taat pada UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik yakni pemberitaan berimbang.
Atas kasus ini, Gabriel pun mendesak Kapolda NTT dan Dirkrimum Polda NTT untuk tidak memproses Laporan Alexon Lumba yang mengaku sebagai Kepala Biro Hukum Pemprov NTT atas surat kuasa Gubernur Laiskodat.
Kemudian, ia mendesak Kapolda NTT dan Dirkrimum Polda NTT untuk taat pada UU Pers dan MoU Dewan Pers dan Mabes Polri terkait karya jurnalistik yang dijadikan bukti laporan tindak pidana umum.
Gabriel juga mendesak Gubernur NTT untuk menindak tegas ASN yang telah bertindak untuk dan atas nama Gubernur tanpa memperlihatkan bukti surat kuasa kepada publik.
“Kami juga mendesak solidaritas masyarakat dan pers untuk melawan kriminalisasi terhadap penggiat antikorupsi dan pers yang berani membongkar mafiosi korupsi berjamaah di NTT menuju NTT bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,” tegas Gabriel.
Penulis: Ardy Abba