Ruteng, Vox NTT- Sore itu, Senin (09/08/2021), suasana rumah Vinsensius Jala (29), warga Desa Benteng Pau, Kecamatan Elar Selatan Kabupaten Manggarai Timur, NTT, tampak ramai.
Puluhan warga dengan usia yang beragam terlihat berkumpul. Mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua. Mereka berdiri memenuhi halaman rumah Vinsensius.
Tidak hanya warga, kepala desa dan beberapa aparatur desa juga ada di sana. Mereka membentuk formasi lingkaran. Pandangan mata mengarah pada satu titik yang di tengah.
Sesekali, mereka bertepuk tangan. Sesekali juga mereka tersenyum dan tertawa. Seperti sedang diliputi perasaan bahagia.
Di tengah-tengah mereka, terdapat seorang bocah. Bocah tersebut mengenakan sebuah baju kaos berwarna putih campur merah dan bercelana pendek. Ia duduk di sebuah kursi roda berwarna hitam.
Di kursi itu, sang bocah terlihat duduk santai. Posisi tubuhnya dibiarkan bersandar ke belakang. Tangan kirinya terlihat melipat di pangkuan samping. Sedangkan tangan kanannya terlihat seperti memegang pangkuan.
Bocah tersebut merupakan anak sulung dari Vinsensius Jala dan Roswita Nelci Nggoweng. Ia bernama lengkap Yohanes Devilje Laja. Bocah yang kerap disapa Yones itu, kini sudah berusia delapan (8) tahun.
BACA JUGA: Lumpuh Sejak Lahir, Anak Delapan Tahun Asal Manggarai Timur Butuh Bantuan Kursi Roda
Sejak dilahirkan pada tahun 2013, ia memiliki kebiasaan yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Ia kerap kali menangis sepanjang malam. Siang harinya ia tidur. Hal itu dialami Yones selama kurang lebih empat bulan.
Karena terlihat aneh, kedua orangtuanya mencari jalan keluar. Mereka mengambil inisiatif untuk membawa Yones ke pengobatan tradisional di kampung.
Berkat pengobatan, kebiasaan Yones yang kerap menangis sepanjang malam itu akhirnya berhasil dipecahkan. Yones tidak lagi menangis di malam hari.
Seiring berjalannya waktu, kedua orangtuanya tidak pernah berpikir bahwa Yones terlahir dengan kondisi cacat fisik. Situasi itu baru diketahui saat Yones berusia satu tahun delapan bulan. Di usia tersebut, Yones belum kunjung berjalan seperti anak-anak lain di kampungnya.
Pada saat itu kedua orangtua Yones sempat memiliki kerinduan agar membawanya ke rumah sakit. Namun, karena tidak memiliki BPJS, niat pengobatan Yones pun terpaksa dibatalkan. Yones menderita cacat lumpuh dan bisu.
Keadaan Yones yang demikian memaksa kedua orangtuanya untuk bergantian menjaga buah hati mereka. Tidak ada hari yang dilalui tanpa dampingan. Bahkan ketika musim kerja tiba, hanya salah satu di antara orangtuanya yang pergi kerja. Salah satunya harus tetap berada di rumah untuk menjaga Yones.
Hingga usia yang sudah mencapai delapan tahun, kebiasaan itu tetap dijalankan oleh kedua orangtuanya. Sang ayah pergi mengumpulkan pasir untuk dijual, sedangkan sang ibu menjaga Yones di rumah.
Merindukan Kursi Roda
Tiga tahun lalu saat Yones masih berusia lima tahun, kedua orangtua sangat merindukan agar Yones memiliki kursi roda.
Mereka pun berusaha keras mengumpulkan uang agar keinginan menghadiahi kursi roda bisa terwujud.
Setelah berhasil mengumpulkan sejumlah uang, Vinsensius datang ke Ruteng. Ia membawakan uang sebanyak Rp1.000.000 untuk membeli kursi roda.
Namun, setelah sampai Ruteng harga kursi roda ternyata jauh melampaui uang yang dipersiapkan. Harganya mencapai Rp1.700.000. Ia akhirnya mengurung niat membeli kursi roda dan pulang ke rumah dengan tangan kosong.
Hingga Yones berusia delapan tahun, kerinduan itu masih belum terwujud. Yones masih harus digendong orangtuanya saat keluar rumah.
Saat hendak meminum air, ia memegang mulutnya sendiri. Begitu pun saat ia lapar dan hendak makan, ia meraba-raba perutnya. Ia sama sekali tidak bisa berjalan dan berbicara.
Satu-satunya alasan yang membuat kedua orangtua Yones tidak membeli kursi roda yakni karena keterbatasan uang.
Apalagi, penghasilan mereka tidak stabil. Walaupun pasir sudah berhasil dikumpulkan oleh ayah Yones, kalau tidak ada datang membeli, maka tidak ada uang yang mengalir ke keluarga. Begitu pun sebaliknya, walaupun kebutuhan pasir seketika banyak, namun karena tenaga hanya sanggup sebagian maka uang pun juga tidak banyak. Benar-benar untuk membiayai kebutuhan makan dan minum keluarga.
Rumah Seadanya
Vinsensius Jala dan Roswita Nelci Nggoweng adalah sepasang suami istri yang telah menikah secara resmi tahun 2014 yang lalu.
Mereka dikarunia tiga orang anak. Yones merupakan anak sulung. Adik kedua di bawah Yones sudah meninggal dunia. Sedangkan yang bungsu baru berusia sembilan hari.
Mereka tinggal di sebuah rumah berukuran 4×4 meter. Rumah yang dibangun tahun 2014 itu, berlantai tanah dan berdinding pelupuh bambu. Di dalamnya hanya terdapat sebuah kamar.
Saat hujan tiba, air kerap kali masuk rumah. Apalagi kalau hujan angin. Tidak hanya lantai tanah yang terkena basah namun seisi kamar juga basah.
“Kalau hujan dan angin, air masuk ke dalam karena seng di luarnya itu tidak panjang,” aku Vinsensius.
Kondisi itu terpaksa dipertahankan oleh Vinsensius dan istrinya karena ketiadaan uang untuk membangun rumah.
Diperparah dengan minimnya intervensi pemerintah desa dan kabupaten dalam hal pemberian bantuan kepada keluarga Vinsensius.
Sentuhan Yeni Veronika
Mendengar kabar tentang kondisi keluarga tersebut, Anggota DPRD NTT, Yeni Veronika pun pergi ke sana. Ia pergi membawa sebuah kursi roda untuk Yones yang sudah delapan tahun mengalami lumpuh total.
Wakil ketua DPW PAN itu, tiba di rumah Yones pada pukul 17. 35 Wita. Ia mengajak Yones untuk duduk di kursi yang dipersiapkan. Ayah Yones pun menggendong buah hatinya itu menuju kursi tersebut. Yones tampak bahagia dengan hadiah tersebut.
Melihat itu, beberapa warga sekitar pun datang menghampiri. Mereka menyaksikan penyerahan bantuan kursi roda tersebut kepada Yones. Warga yang datang itu pun kemudian dibagikan masker oleh Yeni Veronika.
Dalam kesempatan penyerahan bantuan, Yeni mengaku dirinya berniat membantu setelah sebelumnya membaca berita di sejumlah media online. Yeni pun mendiskusikan niat itu ke anak-anaknya. Mereka semua setuju untuk membantu Yones memberikan kursi roda.
“Saya sangat beruntung bisa menyerahkan kursi roda ini kepada Yones. Saya tahu bahwa kursi roda ini merupakan keberuntungan Yones. Tuhan menitipkan itu melalui saya untuk diserahkan kepada anak Yones,” ujarnya.
Yeni kemudian mengharapkan agar kursi roda tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Yones. Selain itu, Yeni juga menyampaikan bahwa ia akan berupaya mengkomunikasikan bantuan rumah kepada pemerintah sempat.
“Kali ini saya hanya berikan kursi roda, harapannya nanti kita berpikir bagaimana bisa membantu agar mereka bisa dapat rumah bantuan. Saya akan berusaha untuk mengkomunikasikan itu ke beberapa pihak terkait,” tutup Yeni.
Sementara itu, Vinsensius ayah Yones menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yeni Veronika atas bantuan yang diberikan kepada putra sulungnya.
“Saya berharap Yang Maha Kuasa bisa melihat jasa dari ibu Yeni Veronika ini karena terus terang kami tidak bisa membalas jasa baiknya dia. Hanya kepada Yang Kuasa saja kami serahkan semua ini,” ujar Vinsensius.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba