Labuan Bajo, Vox NTT- Pemuda Muhammadiyah Manggarai Barat (Mabar) akan membuka perpustakaan. Direktur Stefanus Gandi Institut (SGI), Stefanus Gandi, pun siap menyumbangkan sejumlah buku, jika gedung perpustakaan sudah dibangun.
Untuk mewujudkan niatnya, Stefanus berharap agar Pemuda Muhammadiyah Mabar segera membangun gedung perpustakaan atau mengoptimalkan gedung yang sudah ada.
“Jika nanti teman-teman Muhammadiyah sudah memiliki perpustakaan maka saya siap sumbang buku. Atau jika tidak ya pakai saja bangunan yang sudah ada. Tapi nanti saya tunggu konfirmasi dari teman teman Muhammadiyah,” kata Stefanus saat menghadiri acara Kema Kader Pemuda Muhammadiyah Mabar yang digelar di Bukit Muhammadiyah, Kecamatan Komodo, Sabtu (26/03/2022).
Sebagai informasi, acara tersebut berjalan di bawah tema “Menggembirakan Keberagaman dan Memajukan Manggarai Barat”.
Dengan tema tersebut, Stefanus berharap kaum muda bisa menjadi agen untuk menggemakan nilai toleransi dan menghargai keberagaman.
“Menjaga keharmonisan agar tetap terjaga dengan baik. Saya berharap supaya kita saling menjaga,” katanya.
Di kota, kata dia, mungkin banyak gesekan. Namun ia berharap di Mabar harus menjaga keharmonisan dan merawat keberagaman.
“Kami membuka diri untuk memberikan kontribusi untuk kaum milenial. Bantuan itu berupa pikiran. Orang Manggarai itu hebat. Jadi diskusi kita ke depan itu lebih terbuka dalam situasi apapun,” ujarnya.
Ia menjelaskan, NTT merupakan role model nilai toleransi di Indonesia. Karena itu, Pemuda Muhammadiyah Mabar harus bisa menjadi agen yang terus menggaungkan nilai-nilai toleransi di tengah keberagaman.
“Di tangan generasi muda kita diberi beban menjaga keharmonisan umat. Saya pribadi ingin memberikan contoh sebagai model menggaungkan keharmonisan yang mejadi trend. Muhammadiyah bisa mengambil peran menjaga keharmonisan,” pungkas Stefanus.
Ia juga berharap Pemuda Muhammadiyah Mabar bisa membangun manusia menjadi manusia. Baginya, pembentukan karakter manusia yang harmonis dan toleransi merupakan bagian dari upaya membangun manusia.
Selain itu, menjaga pembangunan manusia dengan cara membentuk pola pikir yang positif. Hendaknya memandang perbedaan bukan lagi menjadi sekat, melainkan keberagaman yang harus diapresiasi.
“Kita menggemakan suara keberagaman. Kita akan berkunjung ke pesantren untuk kenjungan moral membantu manusia menjadi manusia karena membantu sesama itu tidak pakai identitas,” kata Stefanus.
Penulis: Ardy Abba