Weetebula, Vox NTT- Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) merupakan program kemitraan antara pemerintah Australia dengan pemerintah Indonesia.
Lembaga ini bekerja langsung dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
INOVASI berupaya memahami cara-cara untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa di sekolah-sekolah yang ada di berbagai kabupaten di Indonesia, terutama dalam hal kemampuan literasi dan numerasi.
Sebagai wujud nyata kepedulian kepada literasi sekolah langkah inovatif yang dilakukan oleh Lembaga Inovasi adalah mengadakan pelatihan Pemanfaatan Buku Berjenjang untuk Dosen STKIP Weetebula di Sumba Barat Daya pada 6 April 2022.
Pelatihan ini bertujuan untuk membagi pengetahuan dan ketrampilan langsung bagi dosen-dosen di STKIP Weetebula agar ilmu tersebut dapat berguna dan dibagikan kemahasiswa atau kelompok kategorial lain yang membutuhkan.
Hadir dalam kegiatan itu, Provincial Manager NTT-INOVASI, Hironimus Sugi bersama staff Inovasi, Wilhelmus Yape Kii, M.Phil., M.A sebagai Ketua Lembaga STKIP bersama 20 orang dosen sebagai peserta dan Lembaga YLAI (Yayasan Literasi Anak Indonesia).
Wilhelmina Kurnia Wandut, S.Pd., M.Hum, salah satu Dosen STKIP Weetebula dalam keterangan tertulis Kepada VoxNtt.com, Jumat (08/04/2022), mengatakan pelatihan ini berlangsung dengan lancar dan dikemas secara menarik.
“Di awal pelatihan, para dosen melakukan pre-test mengenai kegiatan membaca terbimbing menggunakan buku berjenjang. Lalu, Narasumber yang merupakan trainer dari Lembaga YLAI (Yayasan Literasi Anak Indonesia) memberikan pelatihan yang dibagi ke dalam empat sesi. Peserta diberikan pengetahuan mengenai diferensial keterampilan dan penilaian diagnostik yang sangat berguna dalam mendeteksi kemampuan, karakter dan kebutuhan siswa. Dengan begitu, guru dapat memberikan penguatan literasi yang berdasarkan kemampuan dan kebutuhan dari siswa/i tersebut,” jelasnya.
Menurutnya, para dosen juga diajarkan keterampilan langsung dalam menggunakan buku berjenjang dengan melakukan simulasi langsung.
Selain itu, dosen-dosen juga dibekali dengan cara menilai kemampuan peserta didik dalam menggunakan buku berjenjang ini.
Sementara, Pater Doni Kleden, CSsR sebagai Kaprodi Bahasa Indonesia mengatakan, pengetahuan yang didapatkan dalam kegiatan pelatihan itu sangat bermanfaat dan dikemas dengan cara yang sangat menarik.
“Harapannya, metode membaca terbimbing bisa digunakan mahasiswa sebagai salah satu topik yang diangkat dalam skripsi-skripsi mahasiswa. Metode ini efektif dalam mendukung kemampuan membaca siswa di kelas rendah,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ferdinanus B. Sole, M.Pd sebagai dosen PGSD mengakui bahwa pelatihan ini sangat baik dan menjawab isu literasi bukan saja yang terjadi dalam kampus STKIP tetapi juga yang terjadi secara general khususnya bagi dosen PGSD yang akan menghasilkan guru Sekolah Dasar.
Ia sangat berharap agar dosen-dosen yang telah mengikuti pelatihan ini dapat menjadi fasilitator bagi mahasiswa atau guru-guru yang membutuhkan.
Program Manager STKIP, Herlinda mengatakan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat dan inovatif untuk diterapkan khususnya pada Prodi Paud, PGSD dan PBI. Pelatihan ini juga dilakukan dengan sangat detail dan sangat menarik.
“Jika kegiatan membaca terbimbing menggunakan buku berjenjang dengan baik ini dilakukan secara baik mahasiswa pastikan termotivasi untuk terus membaca dan sampai pada kemandirian untuk mengembangkan kemampuan literasi mereka,” ujarnya.
Inovasi Sumbang Buku
Selain memberikan pelatihan, Inovasi juga memberikan sumbangan berupa 4000-an buku berjenjang yang siap dipakai oleh Lembaga STKIP Weetebula.
Wilhelmus Yape Kii mengucapkan terima kasih atas sumbangan yang diberikan karena akan sangat bermanfaat untuk Lembaga STKIP yang mendidik calon guru di pulau Sumba ini.
Provincial Manager NTT-INOVASI, Hironimus Sugi mengatakan bahwa usaha peningkatan literasi dalam dunia Pendidikan memang bukan usaha yang mudah.
“Kita perlu berkerja sama dan berjalan beriringan untuk memecahkan persoalan bersama. Pelatihan ini telah memberikan pengetahuan dan ketrampilan konkret kepada para dosen dalam menggunakan buku berjenjang,” ujarnya.
Hal ini, kata dia, dilihat dari hasil post-test dan refleksi yang diberikan diakhir pelatihan.
Harapannya, dengan adanya kerja sama antar pihak yang bergerak dunia Pendidikan, persempitan terhadap kesenjangan dari learning loss dapat dilakukan dan budaya literasi dapat berakar sedini mungkin pada pelajar di pulau Sumba.
Menurutnya, pandemi Covid-19 memberi dampak pada semua aspek kehidupan manusia termasuk Pendidikan. Pandemi yang sudah berlangsung kurang lebih selama dua tahun ini menyebabkan learning loss yang sangat berdampak pada perkembangan Pendidikan.
Perlu diakui tidak mudah untuk mengejar ketertinggalan yang telah berlangsung cukup lama ini. Lembaga Pendidikan harus mengambil Langkah-langkah inovatif yang diambil dan bekerja sama untuk menyediakan solusi-solusi terbaik bagi kondisi Pendidikan saat ini.
Learning loss ini terjadi di semua level Pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Meskipun dalam masa pandemi ini, begitu banyak cara yang diupayakan agar proses belajar mengajar tetap dilaksanakan.
Hironimus Sugi sebagai Program Manager Lembaga INOVASI mengatakan, corona ini mengakibatkan ketertinggalan secara general dalam Pendidikan kurang lebih sebanyak 6-7 bulan.
Namun, Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) mengalami ketertinggalan dalam Pendidikan selama 26-48 bulan.
Hal ini disebabkan karena sebelum adanya pandemi, Provinsi NTT sudah mengalami ketertinggalan dalam pendidikan.
Hal ini membuat semua pihak harus bekerja sama dengan lebih optimal agar percepatan atau akselerasi dalam Pendidikan dapat terwujud.
“Budaya literasi perlu dipupuk sedini mungkin. Oleh karena itu, guru-guru pada level kelas rendah perlu memiliki bekal yang baik dalam menyajikan pembelajaran yang berkaitan dengan penguatan literasi,” tutupnya. [*]