Ruteng, Vox NTT- Community Based Rehabilitation (CBR) Yayasan Karya Murni Ruteng menggandeng Seksi Pastoral Sosial Orang Berkebutuhan Khusus (PSOBK) Paroki Santa Maria Bunda Segala Bangsa Narang menggelar kegiatan Seminar Desa Inklusi tingkat Kecamatan Satarmese Barat di Aula Lorenzo, Rabu (27/04/2022).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh 12 Kepala Desa Induk dan tujuh (7) Penjabat Kepala desa persiapan pemekaran yang ada di wilayah Kecamatan Satarmese Barat.
Selain PSOBK Paroki Santa Maria Bunda Segala Bangsa Narang, kegiatan seminar tersebut terselenggara melalui kerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Satarmese Barat, dan Komunitas Ekstarkurikuler Jurnalistik SMA Negeri 1 Satarmese ‘Pers Smansa Narang’.
Dengan mengangkat tema ““Membangun Desa yang Berpihak Pada Kaum Difabel” kegiatan seminar desa inklusi tingkat Kecamatan Satarmese Barat tersebut menghadirkan dua narasumber yakni Sebastianus Hanu, S. Pd, dengan judul materi “Memahami Disabilitas dan Gerakan Manggarai Menuju Desa Inklusi” dan narasumber kedua Yohanes Nerdi, SP dengan judul materi seminar “Desa Inklusi”.
Kepala Desa Terong Theodorikus Atong, S. Pd mengatakan dirinya dan seluruh staf Desa Terong menyambut baik kegiatan Seminar Desa Inklusi.
Menurutnya, pembangunan yang bersifat partipatif bersumber pada kekuatan semua elemen masyarakat yang ada di Desa Terong, termasuk kaum difabel.
“Kami menyambut baik tentang hal ini karena pada dasarnya pembangunan yang bersifat pastisipatif itu berangkatnya dari seluruh elemen masyarakat yang ada di desa, baik dari masyarakat kaum difabel maupun unsur-unsur masyarakat lain yang memang punya keahlian atau keterampilan khusus di bidang masing-masing,” terang Kades Oris saat dimintai komentar usai seminar berlangsung.
Kades Oris mengatakan, ke depan pihaknya akan merancang sebuah program inklusi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang kemudian ditindaklanjuti melalui musyawarah khusus mengenai hal-hal yang baik berupa program yang dapat menyentuh langsung kaum difabel.
“Ya, memang itu benar adanya. Jadi selama ini, tidak ada program yang memang tersentuh langsung kepada kaum difabel. Itu kita akui, nah konsep yang saya bangun terkait ke depannya, yang pertama kami memang rencananya akan memasukan ke dalam sebuah Rencana Jangkah Menengah Desa (RPJMDes). Kemudian berangkat dari situ, kami akan melakukan musyawarah khusus terkait dengan hal-hal paling baik dan tepat sasaran terkait dengan program yang tersentuh langsung kepada kaum difabel,” tutur alumnus Universitas Flores itu.
Terpisah, Camat Satarmese Barat, Fransiskus Janggut, S. IP menyampaikan hal yang sama bahwa dirinya selaku kepala wilayah Kecamatan Satarmese Barat, merasa bersyukur dengan adanya kegiatan Seminar Desa Inklusi di wilayahnya.
Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan hal baik yang dapat menunjang kemajuan Satarmese Barat di masa yang akan datang.
“Begini, kegiatan hari ini sangat bagus sekali karena demi kemajuan Satarmese Barat ke depannya terutama saudara-saudara kita, sahabat-sahabat kita kaum disabilitas,” kata putra asli Satarmese Barat itu.
Lebih jauh dia mengatakan selama ini kaum disabilitas di wilayah Satarmese Barat kurang diperhatikan atau dikucilkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena itu, dia menerangkan dengan kegiatan tersebut kepala desa dapat memulihkan stigma ini melalui program inklusi di desa yang ada di wilayah Kecamatan Satarmese Barat.
“Selama ini mereka (kaum disabilitas) terpinggirkan. Dengan adanya kegiatan hari ini kiranya mereka dapat diperhatikan melalui program di desa masing-masing di wilayah Kecamatan Satarmese Barat, karena mereka juga adalah warga negara yang memiliki hak yang sama,” terangnya.
Ia juga menegaskan sebagai tindak lanjut dari kegiatan seminar tersebut agar kepala desa melakukan sebuah rencana tindakan dengan memasukan program inklusif pada Rencana Pembagunan Jangka Menengah (RPJM) dan selanjutnya bisa direalisasikan dalam RKPDes.
“Desa-desa yang ada di Satarmese Barat sekarang harus memasukan program inklusi dalam RPJMDes, itu enam tahun dia, nanti dari situ setiap tahunnya akan dialokasikan dalam RKPDes. Nanti dari situ ada APBDes. Kalau itu sudah dianggarkan atau dimasukan dalam RPJMDes dengan jelas akan dilaksanakan programnya. Seperti itu dia alurnya,” jelasnya.
Manager program Community Based Rehabilitation (CBR) Yayasan Karya Murni Ruteng, Suster Christine Pasaribu, KSSY usai kegiatan menyampaikan dirinya merasa bahagia karena kegiatan Seminar Desa Inklusi se-Kecamatan Satarmese Barat dapat terlaksana dan berhasil melakukan deklarasi bersama mewujudkan desa inklusi.
“Saya merasa Bahagia, merasa senang karena kegiatan ini sudah menyepakati untuk menjadi desa inklusi dengan indikator-indikator yang sudah dikatakan oleh narasumber dalam kegiatan tadi. Dan itu sudah dideklarasikan bersama, baik dengan desa-desa, dengan kepala desa, dan juga ibu PKK yang menanda tangani tadi serta disahkan lebih resmi oleh camat. Ini merupakan kabar gembira sebagaiman ini tentunya sudah direncanakan. Sehingga kegiatan ini sungguh mendukung keluarga disabilitas dan anak disabilitas,” tutur suster kelahiran Medan itu.
Ia pun berharap agar kegiatan seminar itu bukan akhir tetapi awal dari pada kegiatan aksi nyata atau tindak lanjut dari apa yang telah dideklarasikan bersama.
Menurutnya, mengeksekusi sebuah program yang berpihak pada kaum disabilitas tentu adalah hal penting bukan hanya sekadar wacana desa inklusi.
“Tentu harapan kami selanjutnya, supaya ini ditindaklanjuti bukan hanya sekadar deklarasi tetapi apa yang dikatakan oleh romo tadi, kita eksekusi bukan hanya sebagai wacana tetapi eksekusi dari semua apa yang telah kita nyatakan dalam deklarasi tadi,” tutup suster Christine.
Seminar Desa Inklusi tingkat Kecamatan Satarmese Barat tersebut dibuka secara resmi oleh Camat Kecamatan Satarmese Barat.
Kegiatan seminar diakhiri dengan penandatanganan deklarasi bersama Pemerintah kecamatan Satarmese Barat, Program CBR Yayasan Karya Murni Ruteng dan Pastoral Sosial Orang Berkebutuhan Khusus (PSOBK) Paroki Narang dengan melibatkan 12 Kepala Desa se-kecamatan Satarmese Barat.
Adapun pihak yang membubuhkan tanda tangan sebagai saksi dalam deklarasi tersebut adalah, pastor Paroki Santa Maria Bunda segala bangsa Narang, RD. Stefanus Sawu, Manager program CBR Yayasan Karya Murni Ruteng, Suster Christine Pasaribu, KSSY dan Ketua PKK Kecamatan Satarmese Barat, Maria Agustina N. Janggut.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba