Oleh: Jefrianus Nyoman
“Sesungguhnya toh bahwa membangun suatau negara, membangun ekonomi, membangun teknik, membangun pertahanan adalah pertama-tama dan pada tahap utamanya membangun jiwa bangsa” (Bung Karno).
Gagasan ini sering kita kenal dengan istilah Nation and Character Building (NCB).
Menurut Bung Karno, nation building adalah upaya membina bangsa. Sedangkan nation and character building dimakna sebagai upaya membentuk karakter atau mental bangsa Indonesia.
Mengapa diawal tulisan ini penulis menggunakan pemikiran Bung Karno? Karena hemat penulis pikiran Bung Karno memberikan semangat serta motivasi kepada Negara melalui pemerintah untuk membangun bangsanya.
Bawasanya upaya membangun jiwa dan karakter anak bangsa yaitu melalui lembaga pendidikan.
Pendidikan dimaknai sebagai peroses memanusiakan manusia agar menghilangkan pengisapan manusia atas manusia, bangsa atas bangsa.
Sebabnya pendidikan menjadi sangat penting bagi hidup dan kehidupan manusia. Dikarenakan pendidikan menjadi urat nadi peradaban manusia.
Dengan pendidikan yang baik, kualitas kehidupan seorang juga diharpkan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Negara- negara maju dan makmur di dunia itu dikarenakan memiliki sistem pendidikan yang baik dan profesional.
Sebut saja Negara Firlandia dengan penduduk berjumlah 6 juta jiwa yang terbilang sangat kecil dari Indonesia itu, memiliki sistem pendidikan yang sangat baik dunia. Serta masih banyak negara-negara lain di dunia yang maju di bidang pendidikannya.
Tentu, baik, buruk, dan majunya pendidikan salah satu faktornya adalah fasilitas dan sarana prasarana seperti, segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru dan peserta didik.
Fasilitas dan sarana prasarana yang memadai mampu membawah proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berjalan dengan baik, efektif dan efisien.
Realitas Pendidikan Manggarai Timur
Manggarai Timur merupakan kabupaten yang terbilang jumlah sekolahnya cukup banyak. Dengan jumlah 556 sekolah (https://data.sekolah-kita.net).
Saking banyaknya, beberapa jumlah sekolah pun cukup sulit mendapatkan akses pembangunan sarana prasarana yang baik. Ataukah mungkin sengaja untuk dilupakan.
Sarana dan prasarana tidak memadai itu seperti kepemilikan dan pengunaan media belajar rendah, gedung yang tidak layak pakai, ketidak lengkapannya buku perpustakaan, laboratorium yang tidak standar, tidak lengkapnya sanitasi, tidak memadainya penggunaan teknologi dan informas, dll.
Seperti keadaan sekolah di SDN Reweng, Desa Rana Gapang, Kecamatan Elar.
Sekolah itu berdiri pada tahun 2005 yang pada waktu itu masih Tambahan Ruang Kelas (TRK) Reweng dari sekolah induk SDI Tiwu Lenang, Kecamatan Elar.
Sekolah yang terbilang usia yang sangat mudah itu masih jauh dari harapan kemajuan.
Bagaimana tidak, satu gedung dengan dua ruang kelas saja yang masih layak di pakai padahal muridnya dari kelas 1-6.
Adapun gedung dengan ruang kelas yang lain, itupun digunakan saat musim kemarau kalau musim hujan sudah tidak bisa pakai karena gedungnya sudah reyot dan sudah tak layak pakai hanya dipaksa untuk digunakan.
Kalau tidak, para siswa masing-masing kelas pun menggunakan jadwal proses KBM hanya di dua ruangan kelas yang masih bisa dipakai.
Miris lihatnya ketika kelas 1-6 hanya menggunakan dua ruang kelas. Ini boleh dibilang sekolah terlantar yang tak diperhatikm Negara. Sangat diskriminatif jadinya.
SDI Compang Ngeles, Kecamatan Elar pun mirip. Masih menggunakan ruangan kelas yang sebagiannya sudah reyot dan sebenarnya sudah tak layak dipakai.
Kondisi ini mengambarkan ketidakseriusan atau bisa dibilang kegagalan Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur dalam mengurus pendidikan di wilayahnya.
Pemda seolah-olah kurang simpatik apalagi empatik dalam mengurus sekolah-sekolah di Manggarai Timur.
Semangat Presiden Jokowi dalam membangun generasi yang unggul mestinya, disingkronisasi oleh daerah dalam bentuk pembangunan politik pada faktor-faktor yang menunjang majunya pendidikan.
Bagaimana mungkin majunya pendidikan di Manggarai Timur kalau kemudian para murid merasa kurang nyaman dalam proses KBM akibat fasilitas yang kurang memadai?
Hal demikian menjadi penting di perhatikan oleh pemangku kepentingan. Jangan kemudian sekolah-sekolah menjadi alat politik saat kontestasi politik dengan tidak menghadirkan kebijakan politik yang tepat dan baik dalam dunia pendidikan.
Sebuah Harapan
Pada momentum hari pendidikan yang kita rayakan setiap tanggal 2 Mei, yang perlu dilakukan adalah pembenahan di bidang pendidikan.
Terkhusus harapannya kepada Pemda Manggarai Timur barangkali kedua sekolah yang saya sebutkan di atas menjadi perhatian serius untuk dibenahi.
Sebab, sekolah-sekolah tersebut benar-benar membutuhkan fasilitas penunjang seperti penambahan dan peningkatan gedung sekolah, kelengkapan buku perpustakaan, laboratorium yang standar, sanitasi, dan penggunaan teknologi dan informasi yang memadai.
Pada ahirnya membangun fisik, teknik, ekonomi, pertahanan serta jiwa dan raga bangsa dibutuhkan semangat gotong royong kita sekalian agar menjadi bangsa yang besar dan disegani. Sekian.
Penulis adalah Aktivis Relawan Peduli Rakyat Kecil. Tinggal di Elar, Manggarai Timur