(Ranah Filosofi)
Oleh: Aron Seran
Realitas kehidupan, selalu didasarkan pada ribuan pertayaan dari semua orang terkai pertayaan filosofis tentang Siapakah Saya, Who Am I.
Pertayaan ini sering muncul disetiap pikiran manusia sebagai makhluk yang berakal budi atau bernalar. Baik itu yang muda maupun yang sudah tua, semuanya mempertayakan siapakah saya?
Esensi manusia adalah makhluk yang berada dalam lingkaran dan bingkai kehidupan yang masih dalam bayang-bayang, yang masih di pertayakan.
Mungkinkah dengan keberadaan manusia ini, sehingga muncul pertayaan mengenai siapakah saya?
Manusia terkadang tidak puas dengan diri sendiri, bahkan menginginkan sesuatu yang lebih untuk diri sendiri yang merujuk pada pemuasan diri untuk hal-hal yang bersifat komsumtif.
Munculnya pertayaan siapakah saya adalah misteri yang masih dicari tahu oleh setip manusia, keberadaan manusia sebagai makhluk hidup memiliki hasrat tinggi dalam mengenal dan mengetahui tentang dirinya sendiri.
Pertayaan who am I? Mungkin berada dalam pola yang sudah terpahat dan terbingkai didalam pikiran manusia, sehingga manusia siapa pun dia selalu mencari tau tentang dirinya.
Itulah bentuk dari nalar dan akal budi yang dimiliki oleh manusia sehingga selalu mempertayakan tentang dirinya.
Who am I dalam ranah filosofi. Pertanyaan Tentang Siapa Aku (sebuah pertayaan filosofis)
Siapakah saya, dua kata yang lebih menguatkan pada identitas kedirian bahwa diri tidak tahu tentang wujud.
Kalau ada yang menjawab, aku adalah aku yang tidak sama dengan orang lain, itu bukan jawaban tepat atas pertayaan siapakah saya.
Munculnya pertayaan terkait dengan siapakah saya, adalah pola terpahat yang ada di dalam pikiran manusia.
Siapa saya? Masih menjadi misteri, dan masih banyak orang mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Mengenai pertayaan siapakah saya dapat dilihat dari beberapa perspektif.
Menurut para filsuf, (Pertayaan siapakah saya), melahirkaan beberapa pendapat. Pertama, secara materialisme, Saya adalah tubuh, suatu materi yang terlihat, disentuh dan bahwa bisa menimbulkan interaksi.
Sebuah tubuh yang memiliki anggota seperti kepala, badan, tangan, kaki. Saya adalah Tubuh yang secara material berada di dunia ini.
Yang kedua, secara identitas. lebih terkhusus kepada identitas seseoran misalnya nama, saya adalah messi, saya adalah plato, aristoteles, dll.
Saya adalah filsuf, pemain bola, saya lahir dari keluarga petani, saya anak pertama dan lahir di sebuah kampung.
Karena itu pertayaan terkait siapakah saya dapat dijawab dengan dua sudut pandang ini baik secara material maupun identitas.
Menurut George barkeley, dalam teori idelaisme yang bersebaran dengan teori materialisme, ia mengatakan bahwa “Aku adalah Pikirannku” pikiran dan persepsi adalah satu-satunya eksistensi, dan eksistensi ini harus bisa ditangkap oleh indera.
Hakikat aku bukanlah materi melainkan pikiran.
Kuncinya adalah saya adalah manusia. Saya adalah manusia, sebuah makhluk sosial dan makhluk biologis ciptaan Allah yang diberi akal pikiran dan hawa nafsu.
Saya adalah sebuah Roh dan pikiran yang tinggal di sebuah wadah yang bernama Tubuh Jasmani. Yang ada didunia ini untuk mencari jati diri, mencari nilai-nilai kehidupan dan mempersiapkan diri untuk hal lain kedepannya.
Dan akhirnya sampai kepada pertayaan, mengenai esensi atau hakikat manusia sendiri. mencari jawaban dari sebuah pertanyaan “SIAPAKAH AKU?”
Manusia yang bertanya, tahu tentang keberdaannya dan ia menyadari juga dirinya sebagai yang bertanya. Manusia mencari dan dalam pencahariannya, ia mengandalkan bahwa ada sesuatu yang bisa ditemukan, yaitu segala kemungkinan-kemungkinannya.
Apakah saya ini? Apakah manusia? Apakah kemungkinan-kemungkinan saya dan manusia pada umumnya? Apakah makna kehidupan saya? Benar-benar pertayaan yang mendasar dan menawan hati.
Bahkan dapat ditanyakan lebih mendasar lagi: Apakah kehidupan saya masih memepunyai makna? Pertayaan-pertayaan filosofis mengenai siapakah saya, menjadi satu hal yang tidak terpisah dari manusia.
Manusia selalau mempertayakan esensi dari dirinya. Pertayaan filosofis ini menjadi misteri yang belum bisa terjawab.
Who am I.
Ribuan pertayaan terkait siapakah saya, sudah banyak kali dan sering kali dipertayakan oleh manusia. Saya juga sering kali mempertayakan siapakah saya, mengapa saya hidup dan untuk apa saya hidup?
Semua pertayaan ini, saya golongkan dalam ranah filosofi, kenapa karena sulit dan masih dipertayakan oleh saya dan semua orang disekitar saya.
Untuk menjawab ini, saya melihat dan menjawabnya dari segi identitas. mungkin dengan segi identitas ini saya dapat menguraikan siapakah saya dan lebih mengenal diri sendiri.
Saya adalah Jellsin, sebuah nama yang diberikan oleh kedua orang tua saya, lahir di Jakarta 27 November 2011.
Dan jika saya menjawab dari segi material, saya adalah tubuh yang memiliki anggota-anggota tubuh lainya, yang salalu memiliki hasrat untuk kenikmatan dan kepuasaan diri.
Karena itu terkait dengan kenikmatan dan kepuasan diri ini. Maka saya akan simpulkan bahwa apa yang saya pikirkan adalah apa yang saya inginkan. Misalnya saya berpikir untuk menjadi dokter, guru, pemusik, dll.
Mungkin itu sebabnya kemudian muncul istilah dari salah seorang Filosof Rene Descarte “Aku Berpikir Maka Aku Ada” yang sangat sering kita dengar. Karena saya seperti yang saya pikirkan. Saya adalah pikiran, rasa, diri dan hawa nafsu saya.
Semua yang dipikirkan tidak boleh dilarang oleh orang lain. Hal ini seperti yang dikatakan juga oleh George Berkeley bahwa aku adalah pikiranku.
Pikiran dari setiap individu menunjukan siapa itu dia. Aku adalah pikiranku seperti yang George katakan.
Saya berpikir menjadi seseorang maka itu adalah saya, yang mengerakannya adalah pikran saya, menginginkan sesuatu adalah pikiran yang mengontrolnya.
Oleh karena itu dalam ranah filosofi Who am I. saya hanya bisa menerangkannya melalui pikiran saya. what I think that is me.