Ruteng, Vox NTT- Empat atlet Federasi Kempo Indonesia (FKI) Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berlaga pada Kejuaraan dunia di Hammamet Tunisia pada tanggal 10 hingga 15 Mei 2022 berhasil meraih sepuluh medali. Keseluruhan medali tersebut terdiri dari empat medali emas, lima medali perak dan satu medali perunggu.
Empat atlet tersebut masing-masing bernama Aprilianus Marko Jolo Jahang, Maria Devianeta Nanggor, Maria Devianita Nanggor dan Yohana Dwi Putri Gadansi. Dari keempat atlet ini, tiga di antaranya berasal dari Kabupaten Manggarai dan satunya lagi dari Kabupaten Manggarai Timur.
Yohana Dwi Putri Gadansi yang merupakan atlet asal Manggarai Timur berhasil meraih dua medali emas dengan dua jenis pertandingan yakni ‘Self Defence Femele’ dan ‘Self Defense Mix’ dan satu medali perak pada jenis pertandingan ‘Kata Syncron Femele’.
Atlet lain yang juga menyabet medali emas yakni Marko Jolo Jahang. Ia berhasil meraih meraih satu medali emas pada jenis pertandingan ‘Self Defense Male’. Sedangkan untuk ‘Self Defense Mix’, ia meraih medali perak dan perunggu untuk jenis pertandingan ‘Kata Syncron’.
Adapun Maria Devianeta Nanggor berhasil meraih dua medali yakni satu medali emas dan satu medali perak. Devianeta berhasil meraih medali emas pada jenis pertandingan ‘Self Defence Femele’ dan perak pada jenis pertandingan ‘Kata Syncron Female’.
Sedangkan Maria Devianita Nanggor yang merupakan kembaran Devianeta berhasil meraih dua medali perak pada dua jenis pertandingan berbeda yakni ‘Self Defence Mix’ dan ‘Kata Syncron Female’.
BACA JUGA: Negara Perlu Beri Apresiasi Atas Prestasi Marco Jahang
Keempat para atlet ini telah kembali ke Ruteng, ibu kota kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Sabtu (21/05/2022). Mereka disambut dengan hangat di Sekretariat Federasi Kempo Indonesia (FKI) NTT yang terletak di Golo Dukal, Kelurahan Leda, Kecamatan Langke Rembong.
Sebelum sampai di sekretariat FKI, para atlet bersama rombongan melakukan konvoi mengelilingi Kota Ruteng sebagai bentuk kebanggaan atas prestasi yang berhasil diraih.
Setelahnya, mereka kemudian menuju sekretariat FKI. Di sana, para atlet disambut dengan ritual adat ‘tuak kapu‘ sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan.
Setelah ritual selesai, para atlet dan rombongan diarahkan masuk menuju Sekretariat FKI NTT yang juga merupakan rumah dari Ketua FKI NTT Kanisius Nasak.
Di hadapan sejumlah wartawan, Kanisius mengungkapkan kebahagian dan rasa bangganya atas raihan prestasi yang diperoleh empat atlet dengan total medali sebanyak sepuluh.
Kanisius meyakini, prestasi yang diraih pada kejuaran bergengsi tingkat internasional tersebut merupakan buah dari kesetiaan pada setiap proses yang diterapkan selama ini.
“Saya meyakini bahwa hasil tidak akan mengkhianati proses. Proses yang saya maksudkan adalah latihan dan persiapan,” terang Kanisius.
Kepala Dinas (Kadis) Lingkungan Hidup Daerah Manggarai itu juga mengemukakan bahwa keempat atlet tersebut tercatat sebagai atlet berprestasi karena sudah pernah juga mengikuti berbagai kejuaraan sebelumnya. Mereka tercatat sebagai atlet yang berhasil menoreh prestasi gemilang.
“Mereka kemudian mendapat kepercayaan dari pengurus FKI NTT dan FKI pusat untuk mengikuti kejuaraan tingkat internasional di Tunisia. Mereka meraih hasil yang sangat maksimal karena Indonesia meraih juara dua umum dengan perolehan tujuh medali emas, sembilan perak dan 21 perunggu,” tuturnya.
BACA JUGA: Kisah Marko hingga Sabet Medali Emas dalam Turnamen Tingkat Dunia
“Dari total ini, atlit NTT menyumbang empat emas dari tujuh emas yang diperoleh Indonesia dan lima perak dari sembilan perak yang diraih Indonesia serta satu perunggu dari total keseluruhan perunggu yang diraih Indonesia. Sehingga jumlah sebanyak sepuluh,” tambah pria kelahiran Cancar Kecamatan Ruteng itu.
Prestasi tersebut menurut Kanisius, merupakan prestasi yang sangat luar biasa karena penyiapan para atlet di tengah keterbatasan keuangan sebagai akibat langsung dari pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia.
BACA JUGA: Bawa Pulang Medali Emas, Marko Jahang Diharapkan Menjadi Energi bagi Generasi Muda Manggarai
Ia kemudian berkomitmen agar FKI NTT terus melakukan giat-giat positif dengan terus-menerus melakukan pelatihan, sehingga prestasi itu tidak hanya berhenti pada para atlet yang sekarang melainkan juga pada para atlet lain di FKI NTT.
“Prinsip kita adalah melatih tanpa harus ada kejuaraan. Kita latihan setiap saat, tidak harus tunggu ada kejuaraan. Karena target kita adalah harus melahirkan generasi-generasi berikut yang berprestasi seperti halnya yang diraih oleh para atlet yang sekarang dan selama ini. Jadi target kita tidak hanya sampai pada meraih prestasi tetapi harus sampai pada regenerasi prestasi sehingga ada Marko-Marko lain. Itu tugas dan target kami sebagai pengurus,” tutupnya.
Terpisah, Yohana Dwi Putri Gadansi, atlet asal Manggarai Timur yang berhasil menyabet dua medali emas mengungkapkan kebahagiaannya karena telah menunjukan dan memperoleh hasil memuaskan dalam kejuaraan bergengsi tingkat internasional itu.
“Saya sangat senang. Ini semua juga berkat doa dan dukungan dari teman-teman, keluarga dan para pelatih sehingga sekarang saya bisa mendapatkan hasil terbaik,” tutur gadis yang kerap disapa Dwi itu.
Ia pun berharap agar prestasi yang berhasil diraihnya bisa menjadi energi bagi para atlet yang lain untuk terus semangat mengikuti latihan yang dijadwalkan, sehingga bisa meraih prestasi sampai pada tingkat internasional.
Senada dengan Dwi, Marko juga mengemukakan hal yang sama yakni ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat sehingga ia bisa memperoleh hasil yang memuaskan dalam turnamen tingkat dunia.
Ia meyakini bahwa prestasi yang diraihnya merupakan berkat dukungan dari semua pihak mulai dari orang tua, para pelatih serta teman-temannya.
“Tidak ada kiat-kiat khusus yang saya tempuh selama ini selain pada kesetian mengikuti latihan-latihan yang dijadwalkan. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada para pelatih yang telah melatih dan membimbing saya sehingga saya bisa mengharumkan nama FKI NTT, nama Manggarai dan nama Indonesia di kancah internasional,” tutupnya.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba