Mbay, Vox NTT- Lurah Danga, Yohanes Lado, dinilai bertindak diskriminatif terhadap etnik Rendu di Nagekeo.
Hal ini dinyatakan oleh sejumlah pemuda Rendu menyikapi aksi Lado menghentikan klinik hukum di Danga, Mbay pada Minggu (12/6/2022) lalu.
“Ada pernyataan masalah Rendu harus dibahas di Danga. Ini sangat diskriminatif. Kami ini bagian dari Nagekeo. Kalau waduk dibangun di Rendu kami berkontribusi,” tegas salah satu pemuda Danga, Adriyanto Weo di Malapoma, Rendu Butowe, Nagekeo kepada VoxNtt.com pada Senin (13/6/2022).
Tidak hanya itu, tindakan Yohanes Lado juga dinilai tidak mencerminkan posisi dirinya sebagai Aparatur Sipil Negara. Yohanes Lado diduga melanggar hak masyarakat untuk berkumpul dan menyampaikan pendapat.
“Tindakan dia tidak menunjukkan diri sebagai ASN tetapi dia seolah-olah preman yang mengatasnamakan diri sebagai lurah,” tandas pemuda lain, Kanis Tiba.
Para pemuda Rendu ini mendesak Bupati Nagekeo agar menindak bawahannya.
“Kami minta Bupati Nagekeo mengevaluasi sikap dan pernyataan Lurah Danga, mengambil langkah konkret bila perlu mencopot Lurah Danga,” imbuh tokoh muda lainnya, Kristi Minggu.
Oleh karenanya, Yohanes Lado diminta mengklarifikasi pernyataan-pernyataannya saat melarang dilanjutkannya klinik hukum.
Para pemuda Rendu ini pun berniat mengambil langkah hukum terhadap Lurah Danga, Yohanes Lado.
“Sebagai orang Rendu saya tersinggung. Tentu saja saya marah dan mungkin akan ambil langkah hukum,” tegas Kriti Garo yang juga mantan ketua Ikatan Mahasiswa Rendu (IKMAR) Kupang.
Menurutnya, Lurah Danga dengan pernyataannya seolah-olah ketika persoalan waduk dibahas di Danga maka akan terjadi permusuhan antara warga warga Rendu dan Ndora.
Perlu diketahui, Lurah Danga, Yohanes Lado datang ke lokasi kegiatan dan melarang klinik hukum dilanjutkan.
“Kegiatan ini lapor saya kapan? Kasih itu mic ke sini, saya Lurah Danga, saya punya kompetensi di sini. Kau undang orang dari luar yang bukan masyarakat Danga. Tidak ada urusan saya dengan waduk itu,” ujar Yohanes saat itu.
Ia pun meminta agar membubarkan dan menghentikan kegiatan klinik hukum.
Yohanes bahkan mengancam akan menelepon polisi sembari menyampaikan ia adalah bagian dari pemerintah di lokasi itu.
“Saya tidak pernah diinformasikan. Saya minta buat warga Rendu dengan hormat meninggalkan wilayah ini, dari pada orang Danga datang ribut di sini,” tegasnya.
Sementara itu, terhadap sikap para pemuda Rendu tersebut, Yohanes Lado yang dihubungi VoxNtt.com melaluo telepon mengatakan tidak ingin berkomentar.
“Itu haknya mereka ko. Saya tidak bisa tanggapi. Kecuali kalau saya ada masalah dengan mereka,” terangnya.
Tidak hanya itu, Yohanes juga membantah bahwa bukan dirinya yang membubarkan kegiatan klinik hukum tersebut.
Penulis: Are De Peskim
Editor: Ardy Abba