Betun, Vox NTT- Beberapa hari terakhir ini, publik Malaka dihebohkan dengan dugaan pencemaran nama baik dan fitnah yang dilakukan oleh Henri Melki Simu (Ahingku), Ketua Fraksi Golkar DPRD setempat kepada Bupati Simon Nahak.
Tim kuasa hukum bupati Malaka dalam jumpa pers beberapa waktu lalu menjelaskan akan menempuh jalur hukum.
Hal ini dilakukan apabila Henri Melki Simu tidak melakukan klarifikasi terkait pernyataannya, yang menuding Bupati Malaka “masuk angin” dengan beberapa proyek di Malaka, yakni proyek Seroja dan pembangunan Puskesmas Weliman.
Dikonfirmasi terkait hal itu, Henri Melki Simu dengan santainya menjawab bahwa dia sudah siap menghadap polisi, apabila dipanggil.
“Saya siap menjawab dan menghadap polisi,” kata Melki Simu beberapa waktu lalu.
Henri Melki Simu terkenal karena sikap kritisnya terhadap pemerintah. Memang tugas DPRD adalah mengawasi jalannya pemerintahan, namun sikap kritis Henri Melki Simu diduga agak ekstrem dibandingkan dengan beberapa anggota dewan lainnya di Malaka.
Dia dikenal aktif mengkritisi pemerintah, baik itu zaman pemerintahan Stefanus Bria Seran dan Wendelinus Taolin (SBS-WT) hingga Simon Nahak dan Kim Taolin (SNKT).
Terkait kisruh ini, beberapa masyarakat memberi respons yang beragam. Ada yang mendukung tindakan Bupati Malaka melalui pengacaranya. Ada juga yang mengatakan bahwa tidak perlu menempuh jalur hukum. Bahkan, ada beberapa menyarankan agar segera berdamai.
“Tidak semua masalah harus ditempuh lewat hukum. Budaya Malaka Sabete-seladi itu saling memaafkan. Tidak elok, apa sedikit main lapor polisi saja,” ungkap seorang pemuda desa Wehali yang enggan disebutkan namanya.
“Yang korupsi dana desa saja dimaafkan, apalagi ini hanya karena mulut dan perkataan yang kurang etis,” tambah pemuda itu lagi.
Selain itu, ada juga beberapa masyarakat mendukung tindakan Bupati Malaka bersama tim kuasa hukumnya.
“Bupati orang hukum, jadi mungkin beliau mau tegakkan hukum di Malaka ini. Kita dukung, intinya semua baik adanya,” kata seorang pemuda lagi yang menolak namanya dimediakan.
Melki Simu Hampir Dipecat dari Golkar Gara-gara Dukung Simon Nahak
Terlepas dari kisruh Bupati Malaka versus Henri Melki Simu (Ahingku), ternyata keduanya memiliki masa lalu bersama yang menarik untuk diulas.
Henri Melki Simu adalah politisi Partai Golkar Malaka Dapil l. Dia sudah menjabat dua periode berturut-turut dengan mendulang suara yang cukup banyak untuk ukuran pemilihan legislatif.
Henri ternyata memiliki hubungan baik dengan Simon Nahak saat sosialisasi dan kampanye Pilkada Malaka tahun 2020 lalu.
Diketahui, Henri Melki Simu adalah salah satu motor penggerak munculnya SNKT (Simon Nahak – Kim Taolin) di Kabupaten Malaka.
Tahun 2019, dengan beberapa tokoh politisi dan pemuda, Henri Melki Simu mendeklarasikan diri untuk mendukung Simon Nahak dan Kim Taolin, menuju Bupati dan Wakil Bupati Malaka.
Walupun saat itu Partai Golkar sudah menyatakan diri untuk kembali mendukung petahana, Stefanus Bria Seran. Namun, tekat kuat Henri Melki Simu tidak goyah. Dia justru makin gencar mendukung SNKT.
Bahkan, di kediamannya Henri Melki Simu membuat posko SNKT bernama Istana Presiden.
Di sana, hampir setiap hari, banyak politisi, tokoh pemuda, pakar hukum berkumpul dan berdiskusi, menyusun rencana memenangkan SNKT di Pilkada Malaka tahun 2020.
Tidak hanya itu, Henri Melki Simu bersama keluarga besarnya juga ikut menyumbangkan materi demi mendukung SNKT, yang mana saat itu sangat kekurangan anggaran.
Aksi terang – terangan menyimpang dari keputusan partai ini, Henri Melki Simu hampir saja dipecat. Beruntung, Henri Melki Simu dapat memberikan alasan yang logis saat diinterogasi pihak Partai Golkar.
Menurut sumber VoxNtt.com, kelompoknya Henri Melki Simu adalah perdana, yang dengan berani mendukung SNKT dan menolak SBS – WT.
“Bos Ahingku ini orang yang berani dan siap menanggung resiko. Salut untuk dirinya,” ungkap salah satu pemuda desa Wehali.
Berdasarkan uraian di atas dan apabila dikaitkan dengan kisruh Henri Melki Simu dan Bupati Malaka, bagaimana tanggapan para penghuni media sosial?
“Saling memaafkan saja,” kata Andri, pemuda Malaka yang aktif di media sosial.
Penulis: Frido Umrisu Raebesi
Editor: Ardy Abba