Kupang, Vox NTT -Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, Ruth S. Laiskodat, menyebut angka stunting di NTT menurun dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Meski begitu, Ruth mengaku hal itu bukan kabar yang bikin bangga. Sebab masih ada puluhan ribu anak di NTT tergolong stunting.
“Tahun 2022 merupakan tahun ke lima pelaksanaan operasi timbang di Provinsi NTT dan dari kerja keras yang telah diupayakan oleh pemerintah NTT dalam mewujudkan percepatan penurunan stunting telah membuahkan hasil yang optimal, hal ini terlihat dari prosentase stunting NTT turun signifikan 5 tahun berturut-turut dari tahun 2018 sampai tahun 2022,” ujar Ruth di Kantor Dinas Kesehatan dan Pencatatan Sipil NTT, Senin (06/03/2023).
Tren prosentase stunting turun, menurut Ruth, rata-rata tiap tahun sebesar 4,4 %.
“Diawali dengan prosentase stunting tahun 2018 sebesar 35,4 % atau 81.434 balita tercatat mengalami stunting terus mengalami penurunan tiap tahun sampai dengan posisi terakhir menjadi 17,7 % pada tahun 2022 atau 77.338 balita stunting,” kata dia.
“Persoalan stunting Penekanan kematian ibu dan anak. Masalah stunting merupakan masalah serius.Tahun 2023 sudah harus dituntaskan, stunting harus turun 14% secara nasional, sedangkan Provinsi NTT target di Tahun 2023 turun menjadi 10%,” ujarnya.
Dia mengatakan jika Provinsi NTT sangat memberikan perhatian terhadap masalah stunting.
“Ada banyak inovasi yang dilakukan untuk penurunan stunting. NTT bukan provinsi terstunting. Kita akan terus berjuang. Berhasil menurunkan stunting karena kerja sama semua pihak. Kita berharap gerakan masyarakat bisa membantu penurunan stunting,” ujarnya.
Sementara itu, untuk kasus kematian ibu dan anak, Ruth mengatakan jika terjadi penuran kasus sebanyak 10/kasus di Tahun 2022.
“Dari 181 menjadi 171 di tahun 2022,” katanya.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba