Kupang, Vox NTT – Charles Jonas Mesang merupakan, anggota DPR RI selama empat periode berturut-turut. Ia merupakan politisi senior dari Kabupaten Rote Ndao yang sedari awal mendukung karier politik Emanuel Melkiades Laka Lena.
Meskipun usianya sudah tidak lagi muda, Charles masih kekeh hadir dalam setiap kampanye dan tatap muka Melki Laka Lena sebagai calon gubernur NTT.
Sebagai seorang ‘guru politik’ asal Pulau Sasando, Charles tidak hanya mendukung tetapi juga pasang badan untuk Melki Laka Lena.
Nama Charles bukan baru di dunia politik NTT. Pria berdarah Rote Ndao itu merupakan anggota DPR RI dari partai Golongan Karya sejak tahun 1997 hingga terpilih kembali sampai tahun 2014.
Untuk pemilihan umum 2009, Charles maju untuk daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur II dan berhasil memperoleh kemenangan sebanyak 53.798 suara.
Charles lahir di Kupang pada 3 Januari 1952. Bapak dua orang anak ini tinggal dan menerima pendidikannya di Kupang hingga jenjang sekolah menengah atas.
Setelah lulus SMA, Charles memutuskan untuk hijrah ke Jakarta untuk mewujudkan mimpinya menjadi dokter.
Ia kemudian memilih Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia sebagai tempatnya menimba ilmu.
Dari sinilah, Charles nantinya akan terjun ke dunia politik. Charles mengawali karier politiknya dengan bergabung sebagai anggota DPP Organisasi masyarakat Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR).
Seiring dengan berjalannya waktu, karier Charles di dunia politik pun terus berkembang.
Pada tahun 1988, suami Wilmientje Marlene itu dipercaya untuk menjadi Ketua Departemen Kesra DPD Tingkat II pada Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
Tidak hanya itu, Charles saat itu juga mulai berkecimpung dalam kepartaian dengan bergabung sebagai anggota Partai Golkar. Partai inilah yang mendorong Charles untuk maju menjadi anggota DPR.
Nama berikut yang getol memperjuangkan Melki Laka Lena yang juga arsitek politik asal Rote Ndao adalah Ibrahim Agustinus Medah.
Jejak karier politik pria yang biasa disapa Iban Medah itu bukan kaleng.
Iban Medah memulai kariernya sebagai Aparatur Sipil Negara.
Ia pernah menjabat sebagai Wakil Camat Rote Barat Laut tahun 1972, lalu menjadi Camat Rote Barat Daya tahun 1973.
Kemudian Iban menjabat sebagai Camat Lobalain tahun 1976.
Dari daerah asalnya Iban Medah kemudian hijrah ke Pulau Timor menjabat Kasi Tata Pemerintahan Kabupaten Kupang tahun 1978. Lalu menjabat sebagi Kepala Kantor Sospol Kabupaten Kupang pada Tahun 1978.
Kemudian dia menjabat sebagai Kepala BP-7 Kabupaten Kupang tahun 1991.
Purna tugas dari ASN, Iban kemudian masuk ke dunia politik dan menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Kupang tahun 1992 sampai 1997.
Kemudian dirinya menjabat sebagai Staf Ahli Gubernur NTT tahun 1997.
Selanjutnya menjabat Kepala Biro Organisasi Kantor Gubernur NTT tahun 1998.
Iban Medah sempat menjabat sebagai Sekretaris DPRD NTT pada tahun 1999.
Kemudian dia menjabat sebagai Bupati Kupang tahun 1999—2004 dan dilanjutkan pada tahun 2004-2009.
Iban Medah kemudian terpilih sebagai Ketua DPRD NTT tahun 2009 sampai 2014. Selanjutnya terpilih sebagai Anggota DPD RI pada tahun 2014 sampai 2019.
Pada Selasa, 5 November 2024,Iban Medah menyatakan sikap untuk mendukung Melki Laka Lena menjadi gubernur NTT.
Kepada Melki, Iban menitipkan banyak hal tentang pembangunan di NTT.
Tak sampai di situ, sebelum pisah, Iban Medah berdoa secara khusus bagi Melki Laka Lena.
Politisi kawakan asal Pulau paling selatan di Indonesia yakni Rote Ndao yang menyatakan sikap mendukung Melki Laka Kena adalah Josia Nehemia Manafe.
Josia Nehemia Manafe atau yang biasa disapa J N Manafe adalah sosok yang tak asing di kancah politik NTT.
Ia pernah memimpin Partai Golkar dan menjabat sebagai Ketua DPRD NTT. Sosok ini pula yang berandil besar dalam karier politik mantan wakil gubernur NTT, Josef A. Nae Soi.
Mengutip RakyatNTT.com, Josef pernah mengisahkan perjalanan karier politik dalam acara syukuran ulang tahun ke-90 J N Manafe.
Josef mengatakan ia bergabung dengan Partai Golkar pada tahun 1997. Namanya pertama kali masuk pengurus Partai Golkar atas usulan JN Manafe. Menariknya, saat itu ia sama sekali belum mengenal sosok J N Manafe, yang juga mantan militer itu.
Pada 1997 Josef mulai mngenal sosok yang namanya J N Manafe. Ceritanya pada saat itu, Josef dan Bachtiar Ali, dan Eki Syafrudin baru pulang sekolah dari luar negeri.
Ketiganya datang menonton Munaslub Golkar di Hotel Indonesia. Saat itu ketiganya sebagai dosen muda.
“Begitu baca nama, nama saya disebut untuk menjadi pengurus Golkar. Saya mendapat bocoran, nama saya dimasukkan oleh bapak Os Manafe (J N Manafe). Mulai saat itu jasa bapak Os kepada saya dalam karir politik saya,” kisah Josef, setahun yang lalu.
Yang membuatnya bangga terhadap sosok J N Manafe, yakni sikap profesionalnya di politik. Sebab, saat itu, ia belum mengenal sosok J N Manafe.
“Saya bahagia, karena Os adalah panutan saya dan bapak saya yang mengantar saya sampai menjadi Wagub NTT saat ini. Tanpa beliau saya tidak mungkin berkiprah di dunia politik,” kata mantan Staf Ahli Menkumham ini.
Menurut Josef, salah satu yang membanggakan dari sosok JN Manafe adalah tidak memandang atau melihat suku, ras atau agama. Tapi ia melihat dengan mata hati.
“Sampai kapan pun saya tidak akan lupa,” katanya.
J N Manafe juga hadir sebagai sederet tokoh politik papan atas asal Rote yang mendukung Melki Laka Lena sebagai calon gubernur NTT.
Di pundak Melki Laka Lena, J N Manafe menitipkan agar senantiasa low profile dan harus lurus jika menjadi pemimpin. [*]