Oelamasi, Vox NTT-Belasan Mahasiswi Program Studi D-III Kebidanan Politeknik Kesehatan (Poltekes) Kupang melakukan edukasi dan diskusi bersama puluhan umat Katolik di Kapela St. Kristoforus Matani, Desa Penfui Timur, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Minggu 02 Desember 2018.
Dalam diskusi itu mereka menyampaikan pendidikan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan keluarga.
Materi-materi yang didiskusikan adalah Program Keluarga Berencana (KB), SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri), IMS (Infeksi Menular Sexual) dan Gizi yang seimbang bagi anak.
Tampil sebagai pemateri, Elisabeth Noben menjelaskan tentang pentingnya mengikuti Program KB. Dalam pemaparanya, ia menyampaikan, Pemerintah sudah mencanangkan usia 20-24 tahun adalah usia yang tepat untuk menikah.
“Dulu banyak anak banyak rezeki, kini dua anak cukup. Jadi jarak untuk hamil lagi 2 tahun,” jelasnya (02/12/2018).
Lanjut dia, program KB Paling efektif adalah KB suntik. Itu adalah KB metode steril dan harus ada kesepakatan suami dan istri, karena tidak akan memiliki anak lagi.
Sementara itu, Grace Detan membawakan Materi SADARI, tentang Pemeriksaan payudara sendiri. Materi ini kata Grace, penting karena bertujuan untuk mendeteksi keadaan payudara sendiri.
“Sebaiknya 7-10 hari setelah menstruasi,” imbuhnya.
Kristian Kurnawi, membawakan Materi tentang IMS (Infeksi Menular Sexual). Dengan apik ia menjelaskan jenis-jenis IMS wanita dan pria dan juga model penularannya. Dia Juga menjelaskan tentang HIV/AIDS, gejala dan juga penularan HIV/AIDS bagi perempuan dan laki-laki.
“Jika pasangan sudah terkena, maka anggota pasangan lain harus diperiksa atau dalam keluarga,” tuturnya.
Terakhir, Nestaviano Lina Batu membawakan materi tentang Gizi seimbang pada bayi balita.
Ia berujar Standar ASI versi WHO maksimal 2 tahun. Memberikan makanan pada anak harus perhatikan asupan gizi. Sumber protein sangat penting bagi Balita.
“Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak membutuhkan protein. Jika tidak, bisa menyebabkan stunting (gizi buruk yang mengakibatkan anak kerdil),” Tutupnya (02/12/2018).
Ujung diskusi, sebagai pernyataan akhir, Mariana Nguju Awang, dosen pembina yang turut hadir menyampaikan, alat kontrasepsi itu sama. Reaksinya tergantung pada masing-masing manusia.
“Priksa dulu, konseling untuk memastikan mana yang paling cocok dan kecil resikonya,” ucap dosen pembina mahasiswa itu.
Ia juga menekankan, tidak boleh ada kasus bayi kurang gizi karena itu terkategori sebagai kejaian luar biasa. Kegiatan diskusi ini dimodetaori Ira Ungkur.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Boni J