Oleh: Yefri Kuafeu
Mahasiswa Pascasarjana Geografi UGM
Tubmonas adalah sebuah desa di Kecamatan Kuatnana, Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan luas wilayah 24,18 Km2 dan berada pada ketinggian 671 mdpl, (BPS: Kecamatan dalam angka, 2018).
Letak desa dengan topografi berbukit-bukit berdampak pada aksesibilitas yang sulit dijangkau.
Dana desa yang digelontorkan pemerintah sedikitnya mengurangi tetesan air mata dari senyapnya sunyian malam selama 74 tahun Indonesia merdeka. Sekarang, listrik sudah masuk ke desa pada 22 April 2019 lalu.
Meski demikian, problem utama warga desa setempat masih belum terselesaikan.
Masalah klasik yang selalu mendera masyarakat adalah sumber air yang didapati melalui mata air musiman (intermittent springs) yang sangat tergantung pada curah hujan.
Tipologi desa dengan formasi geologi yang didominasi oleh Kompleks Bobonaro tentunya impermeable terhadap suatu proses siklus hidrologi melalui tingkat infiltrasi air ke dalam tanah yang sangat sedikit.
Selain itu, letak desa ini berada pada anak sungai ordo pertama dan kedua yaitu anak sungai Noel Toko yang mengalir dari utara hingga timur desa, dan Noel Tonom yang mengalir dari tenggara hingga selatan.
Sistem aliran kedua sungai ini berlangsung periodik yaitu pada saat musim hujan dan sebagai penyuplai DAS Muke yang bermuara pada cadangan airtanah (CAT) Mina.
Desa Tubmonas bagaikan teka-teki berpindah kata, airmata suka menjadi mata air duka. Bagaimana tidak? Ketika air mata suka cita adanya aliran listrik selama Indonesia merdeka seakan belum sirna dengan mata air yang tak tercukupi.
Kebutuhan akan air masih menjadi goresan luka pada setiap perubahan musim terutama musim kemarau. Mata air musiman yang ada pada desa tersebut hanya dapat digunakan warga masyarakat dari bulan Desember hingga Februari, sedangkan dari bulan Maret hingga November masyarakat harus membeli air 1 drum (200 liter) seharga Rp. 25.000.
Harga ini masih dapat dijangkau warga desa jika dibandingkan dengan harga tangki 5000 liter air bersih mencapai Rp. 700.000 hingga 800.000 sekali antar.
Mungkinkah masalah ini menjadi catatan kecil bagi wakil rakyat yang baru dilantik kemarin?
Pembangunan Embung
Implementasi penanganan krisis air pada Desa Tubmonas hanya dapat dilakukan dengan pembangunan embung semi permanen dan sistem drainase yang tertata pada hilir anak sungai.
Idealnya dibangun pada pertemuan anak sungai (outlet) Noel Toko dan Noel Tonom untuk kebutuhan air jangka panjang. Konsep dasar pembuatan embung adalah menyimpan kelebihan air di musim penghujan dan mempergunakannya sebagai cadangan air di musim kemarau.
Porositas dan tekstur tanah dengan material lempung dan lanau yang susah meresapkan air ke dalam tanah pada saat musim hujan, dapat menyebabkan banjir (overlandflow), dan sebaliknya kekeringan pada musim kemarau.
Pembangunan embung harus pertimbangkan kelayakan bangunan fisik dengan memperhitungkan kebutuhan domestik air sehingga tidak mubazir.
Pembangunan jangka panjang pada outlet anak sungai seharusnya menjadi rujukan untuk menangani krisis air yang bukan hanya di desa tersebut, namun bagi desa tetangga yang topografi wilayahnya adalah dataran rendah dari Desa Tubmonas.
Secara sederhana dilakukan saluran peresapan pada lereng yang miring dan mengikuti erosi parit (gully erosion) pada dataran rendah yang berbentuk datar atau cekung.
Lebih efektif dibuat lubang penampung air pada mataair “oe’poi” (bahasa lokal) agar aliran air permukaan dapat tertahan lebih lama sehingga dapat meresapkan air ke dalam tanah.
Konsep ini yang sering dikenal dengan tanam air berbasis masyarakat, yang sekarang sudah dikembangkan beberapa rumah tangga dengan sistem bak tanam.
Pemerintah Desa Tubmonas harus mencanangkan program PAH dengan tiga komponen utama, yaitu: 1) Atap bangunan/rumah sebagai penangkap (catchment) air hujan; 2) Saluran/talang berfungsi untuk mengakumulasikan air larian dari atap; dan 3) Bak penampung untuk menyimpan air hujan.
Hal ini hemat saya lebih efektif dengan adanya aliran listrik yang sudah terinstal, dapat memperlancar sistem pembagian air untuk pemenuhan kebutuhan domestik.