Kupang, VoxNtt.com-Maraknya berita hoax yang berseliweran di media sosial menjadi ancaman serius dalam interaksi sosial masyarakat khususnya mahasiswa di era kekinian.
Menyikapi fenomena ini, redaksi VoxNtt.com memberikan pendidikan literasi media kepada sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Pelajar Satar Mese (IMPS) Kupang, Rabu (01/02/2017) malam di Aula CHMK Tablolong, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang.
Kegiatan ini merupakan yang kedua kalinya digelar oleh VoxNtt.com setelah sebelumnya diberikan kepada mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Mahasiswa Pelajar Kecamatan Ruteng, Lelak dan Rahong Utara, Sabtu (28/1/2017) di Aula Sanlima, Penfui Kota kupang.
Literasi media adalah sebuah istilah yang sedang populer untuk menyebut berbagai aktivitas terkait dengan sikap kritis terhadap media.
Dalam literasi media, audiens tidak hanya gemar membaca media tetapi juga punya kemampuan analisis kritis untuk mengkaji kebenaran suatu teks berita.
Pada pemaparan materi, pemimpin redaksi VoxNtt.com, Irvan Kurniawan menyampaikan bahwa materi ini sangat penting mengingat pemahaman kaum muda, khususnya mahasiswa masih rendah dalam mengeritisi isu hoax.
“Banyak dari antara kita, baik itu mahasiswa, akademisi, aktivis yang tertipu dengan berita hoax lalu tanpa pikir panjang membagilkan ke akun facebook kita” kata Irvan.
Pasalnya, kata dia untuk memeriksa validitas berita tersebut membutuhkan ketelitian dan daya kritis yang tinggi ketimbang sekedar membagikannya.
Irvan mengangkat contoh kabar hoax yang sempat menggegerkan dunia beberapa tahun lalu yakni tentang “ bidadari turun dari langit”.
“Kabar tentang seorang bidadari yang jatuh dari langit ini kemudian ditulis oleh sebuah media abal-abal kemudian dibagikannya ke sosial media, setelah membacanya orang ramai-ramai membagikan berita itu. Anehnya, yang membagikan itu ada akademisi, mahasiswa, aktivis dan kaum intelektual lainnya. Ternyata setelah dicek, berita itu hoax. Kejadian sebenarnya adalah seorang nelayan menemukan sebuah boneka besar di tengah laut dan wajahnya mirip bidadari. Namun, apa mau dikata orang sudah terlanjur ingin diakui sebagai orang yang keren, yang up to date” katanya disambut gelak tawa peserta.
Ia mengingatkan agar, sebelum membagikan sebuah berita pastikan dulu bahwa berita itu benar atau hoax, termasuk dalam membuat status di Facebook dan aplikasi sosial media lainnya.
Literasi media juga menurut dia bersentuhan dengan framing dan agenda setting media dalam membangun opini publik.
Sebagai pembaca yang kritis kita diharapkan mampu memahami cara dan strategi media mengkemas bahkan merekayasa isu.
“Saya tidak ingin adik-adik, suatu saat berurusan dengan hukum gara-gara membagikan berita-berita hox” tuturnya.
Bijak Menggunakan Sosial Media
Pemateri lainnya, Boni Jehadin mengatakan bahwa membutuhkan ketelitian dalam membedakan mana media arus utama dan mana media hoax.
Karena itu kata dia literasi media harus menjadi budaya kaum intelektual.
“Literasi media itu tidak sekedar membaca kemudian membagikan, tetapi setelah membaca harus dianalisis apakah berita ini benar atau tidak. Untuk membedakan bahwa berita itu benar atau tidak, maka perlu dicek kredibilitas medianya, sumber beritanya dari mana, kapan peristiwa itu terjadi, tempatnya di mana, siapa yang terlibat dalam peristiwa itu” tegasnya.
Sebab kata dia, dalam berita hoax cenderung mengabaikan hal-hal prinsip jurnalistik, yang terpenting judulnya menarik karena target dari berita hoax itu adalah bagaimana memenangkan perhatian publik dan ikut terpengaruh dengan berita yang dia tuliskan.
Boni juga menjelaskan berita-berita hoax itu adalah hasil karya manusia yang mempunyai daya imajinasi tinggi serta mempunyai kemampuan dalam membangun, menggiring dan mempengaruhi opini publik.
Bahkan tak jarang, kata Boni media arus utama terkecoh dengan berita-berita hoax dan menjadikannya sebagai sumber berita.
“Ini tentu sangat berbahaya” katanya.
Oleh karena itu, Boni berpesan agar sebagai mahasiswa harus bijak dalam menggunakan sosial media.
“Kita harus membiasakan diri untuk menjadi orang yang bijak dalam menggunakan sosial media, bijak berarti sebelum membagikan berita harus ditelusuri dulu akurasi dari berita tersebut, sehingga kita tidak berurusan dengan hukum hanya karena kabar hoax yang kita bagikan, sebagaimana yang disampaikan pembicara sebelumnya” ujar Boni.
Tak berbeda dengan kedua pembicara sebelumnya, Ancik Habur menyampaikan bahwa akhir-akhir ini di NTT, khususnya di Kota Kupang begitu banyak masyarakat kita khususnya mahasiswa yang menjadi korban dari berita hoax.
Dia mengangkat beberapa kasus tentang beberapa berita hoax yang beredar belakangan ini. Menurut dia hoax itu tak selamanya dilakukan media abal-abal, tetapi banyak juga hoax yang dilakukan oleh media arus utama yang karena berbagai kepentingan individu di dalamnya kemudian menuliskan berita yang mengorbankan orang-orang tertentu dengan cara mengutip pernyataan seorang kemudian diplesetkan sesuai kepentingannya.
Kepada mahasiswa Satarmese dia mengingatkan agar sebagai kaum terpelajar harus kritis dalam membaca media.
“Jangan asal baca lalu percaya, tetapi dilakukan analisis untuk mencari tahu kebenaran dari berita tersebut, sebab media sekarang menjamur, setiap orang bisa mendirikan media kemudian bermodalkan android dia menghasilkan berita, tetapi apakah beritanya kredibel atau tidak itu urusan belakangan” katanya.
Selain itu dia juga mengatakan bahwa media saat ini banyak yang sudah terkoptasi dengan kepentingan elit, apa lagi dalam musim politik seperti sekarang media ada di mana-mana. Karena itu ia menekankan agar tetap bijak dalam menggunakan media. (AH/BJ/Von)